024: The Destiny

321 21 2
                                    

C H A P T E R 2 4

"Kalian harus tiba sebelum matahari esok terbenam. Menuju Winstead. Kita bertemu di depan meja Angelie."

Liam, Zayn dan Niall saling berpandangan. Mereka mendapatkan pesan yang sama dari Eleanor. Sudah setengah perjalanan mereka lalui dan harus menuju bandara sekali lagi untuk penerbangan ke Italia.

"Waktunya kurang dari 25 jam lagi." Ujar sebuah suara seorang wanita tiba-tiba, membuat mereka yang saling berpandangan menoleh langsung ke sang empunya suara merdu tersebut. Nabel yang mendapat tatapan bertanya hanya mengangkat bahu acuh, lalu mengalihkan pandangannya lagi menuju jalanan yang ramai lalu lalang kendaraan.

"Kau tau?" Akhirnya, Niall bisa membuka suara. Sebelumnya ia tampak terkejut dengan reaksi Nabel yang bisa mengetahui fikiran mereka. Nabel menoleh ke arah Niall, hidung mereka yang mancung bergesekan, nafas lembut Nabel menyapu permukaan kulit wajah Niall. Membuat Niall memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan Nabel. Nabel yang tersadar langsung menjauhkan kepalanya yang sebelumnya hanya berjarak beberapa centimeter saja.

Dilihatnya kearah bangku kemudi, Liam menatap kearah mereka melalui kaca spion sedangkan Zayn hanya memasang ekspresi datar menatap kearah Niall dan Zayn. Nabel menyadari tatapan Zayn dan Liam yang menuntut langsung angkat suara, sebelum fikiran mereka melayang jauh ke hal yang buruk.

"Dua hari belakangan ini, aku, kadang bisa mendengar fikiran kalian ataupun orang-orang." Ujar Nabel tenang tak menyiratkan kegelisahan sama sekali, pandangannya terpaku pada Zayn yang juga tengah menatapnya. "Bagaimana, bisa?" Zayn mengernyit.

Menggeleng, Nabel memejamkan matanya. Ia sendiri bingung apa penyebabnya menjadi seperti ini, "Apa kau melakukan sesuatu?" Tanya Liam dari balik kemudi, Nabel menatap tatapan Liam melalui kaca spion.

"Berapa umurmu sekarang?" Tiba-tiba Niall berujar cepat, Nabel berusaha mengingat sesuatu, yang sekiranya sudah ia lupakan.

"Sembilan bel-Astaga! Dua hari yang lalu adalah ulang tahunku yang ke Dua Puluh." Nabel menutup mulutnya dengan tangan kanannya, ia menatap Niall dengan bingung. Mereka hanya diam, seolah menyadari sesuatu yang ganjil pada diri Nabel.

"Kau? Astaga! Kau selama ini...." Niall membelalakan matanya, ia sudah mengetahui semua ini. Dan bodohnya ia tak mengetahui semua yang ganjil pada diri Nabel bukan merupakan sebuah kebetulan, melainkan takdir!

"Apa maksud mu?" Tanya Nabel tak mengerti, Keningnya sudah berlipat. Dan ia masih tak bisa mencerna maksud perkataan Niall yang terdengar saling tumpang tindih.

"Apa kau ingat obat penawar yang aku berikan saat Nabel terkena ramuan milik Dean?" Tanya Niall,

Ketiganya serempak mengangguk.

Niall menepuk dahinya kesal, ia sampai lupa bahwa penawar tersebut memiliki efek samping yaitu: seseorang yang meminum jika umurnya 20 tahun-dan jika usianya masih dibawah maka efek samping tersebut baru akan bekerja hingga sang pemilik tubuh tersebut sudah beruisia genap 20 tahun. Akan memiliki kemampuan untuk membaca fikiran, namun hanya bisa membacanya tidak bisa berkomunikasi.

"Kalian bertiga pasti sudah tau apa yang aku maksud." Nabel mengangguk sambil mengernyit, ia benar-benar bingung. Semenjak ia mengenal keluarga Hutingson, semua nya tidak ada yang mudah, rasanya kepalanya ingin pecah karena begitu banyak jebakan yang malang melintang. Tanpa sadar Nabel sudah menempukkan telapak tangannya kearah kepalanya berkali-kali, dan mendapatkan tatapan heran dari Zayn yang masih berada tepat dihadapannya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Zayn dengan nada hati-hati, seolah perkataannya yang salah akan membuat kesalahan. Nabel mendongakkan kepalanya yang menunduk, lalu mengangguk. Ia menegakkan tubuhnya kembali, lalu bersandar pada mobil.

About You Is Impossible// h.s & n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang