C H A P T E R 2 3
Berjalan berdampingan, sesekali mata mereka beradu pandang namun hanya saling terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Langkah kaki mereka menggema di sebuah lorong yang hanya berhiaskan obor yang menempel di setiap dinding, untuk sekedar pencahayaan agar siapapun yang melintas tidak terjatuh ataupun salah memasuki ruangan.
"Kita harus menunggu beberapa menit." Angelie menoleh, menatap sepasang kekasih yang berdiri dibelakangnya.
Tak berapa lama, pintu dihadapan mereka terbuka. Menampilkan sebuah ruangan luas bagaikan istana kerajaan di Inggris. Ketika langkah kaki pertama mereka menapak diruangan tersebut, suasana mengasingkan langsung menyambut mereka.
"Well, kita lihat siapa yan datang." Ujar Zack tenang, ia sedang berdiri menghadap sebuah lemari besar dan terdapat buku-buku tebal lain dengan berbagai tema. Zack menaruh buku bersampul hitam kembali ke tempatnya, lalu memutar tubuhnya menghadap tamunya.
Ray dan Jill masih terduduk disebuah kursi dengan sandaran yang tinggi, menunjukkan seberapa tinggi kekuasaan mereka di dunia Vampir. Dengan ukiran berbahasa Yunani kuno di bagian punggungnya, Eleanor yang sudah menjadi vampir berpuluh-puluh tahun masih tidak mengerti arti tulisan tersebut, dalam klah Hutingson hanya Harry, Niall dan Anthony saja yang bisa mengerti. Di atas tempat duduk mereka terdapat sebuah figura foto yang menempel dengan indah dinding, menampilkan masing-masing pemilik tempat duduk bersejarah tersebut. Pandangan mereka monoton, tak berkedip ataupun teralihkan.
"Angel kau boleh pergi, banyak wisatawan yang menanti gilirannya." Kini Ray yang sedari bungkam angkat suara, ia sudah mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. Pandangannya masih seperti sebelumnya. Angelie yang mendengar perintah tersebut langsung berbalik tanpa mengucapkan sepatah katapun. Setelah terdengar suara pintu yang tertutup dengan kencang, dengan gesit Zack langsung duduk diantara kedua petinggi Winstead lainnya. Duduk di bangku paling tinggi.
"Ada yang ingin kalian jelaskan, Louis?" tanya Zack yang lansung mengerti kedatangan Louis dan Eleanor. Louis masih berdiam diri, ia memandang Eleanor yang kini tengah menatap Jill dengan sengit. Yang hanya mendapatkan pandangan lurus oleh Jill.
Eleanor memandang langit-langit yang terdapat lampu besar yang bergantung di langit-langit ruangan ini, di bagian pinggirnya terdapat gambar yang mengisahkan perjalanan para kaum Vampir, bahkan didalam gambar tersebut bukan hanya Vampir saja yang terlihat, namun mahluk lainnya seperti Werewolf, penyihir yang dulu terlihat hidup saling berdampingan. Tak hanya saat dulu saja, namun, hingga saat ini mereka masih hidup saling berdampingan dengan damai, Mereka semua bersembunyi ditempat yang mereka jadikan perlindungan dari manusia yang mengincar mereka.
Pandanganya menatap langsung kedalam retina Zack yang memiliki iris berwarna merah darah yang kental, Louis berbicara, "Kita ingin mengatakan bahwa Dean pernah mengambil alih pikiran kalian."
Tertawa, Zack bertepuk tangan, di iringi senyuman mengejek yang menghias diwajah Jill dan Ray. Kedua tangan Louis sudah terkepal kuat dalam genggamannya. Eleanor mengingatkan dengan isyarat tubuh, bahwa yang berada dihadapan mereka bukan seorang Dean, camryn ataupun Vanessa yang dapat dibunuh tanpa mendapat balasan yang kejam. Mereka adalah Winstead, hakim di dunia Vampir.
"Kau harus percaya itu."
"Kau pikir, kau siapa." Itu pernyataan, bukan pertanyaan yang telontar dari bibir berwarna marun milik Jill.
"Aku tidak meminta pendapatmu, Jilliana." Zack yang menyadari ada aura hitam diantara keduanya, langsung bangkit. Ia menuruni beberapa anak tangga, berjalan menuju Eleanor.
"Apa aku bisa melihat buktinya? Kalian pasti sudah tau, apa balasan yang akan kalian dapat jika ini adalah sebuah kebohongan." Eleanor menelan air liurnya, tenggorokkannya terasa kering tiba-tiba, padahal sebelumnya mereka sudah menghabiskan darah dua ekor rusa sekaligus. Eleanor dan Louis sudah tau, bahwa perkataan mereka saat ini diduga kebohongan, maka mereka akan diasingkan atau lebih tepatnya tidak dianggap keberadaanya oleh Winstead.
Eleanor mengangkat dagunya, seolah menantang Zack. "Oke." Hanya satu kata namun dapat membuat Zack berang. Sebagai petinggi yang disegani, ia harus menahan amarahnya dan menjaga ekspersinya tetap tenang. Ia tak akan kalah oleh wanita berambut coklat dihadapannya.
Tersenyum, Zack meraih telapak tangan Eleanor, ia tersenyum sebelum membaca fikiran Eleanor. Jill dan Ray tertawa tertahan mengingat kesalahan yang Louis dan Eleanor perbuat.
"Shit!" Louis mengumpat pelan di samping Eleanor yang kedua tangannya masih berada dalam genggaman Zack. Ia hampir menyerang Zack, namun Ray yang lebih dulu menyadarinya langsung memiting tangan Louis kebelakang.
"Kau, lupa Eleanor, bahwa kau hanya bisa melihat masa depan. Bukan mengingat masa lalu." Jill menatap Eleanor mencemooh, kedua tangannya sudah tertarik lepas dari genggaman Zack.
"Kit-a, kita, butu-hhh! Am, Lia-mmm!" suara Louis tercekik karena posisinya saat ini menempel di dinding dengan kaki tak menapak tanah. Lehernya di cengkram erat oleh Ray, yang sedang menatapnya seolah ia hanya ingin mematahkan kayu.
Eleanor yang masih memiliki kesempatan menggunakan kemampuannya, langsung menghubungi saudara-saudaranya melalui fikirannya. Sebelum suara Zack mengejutkannya, "Hentikan menggunakan kemampuanmu mulai sekarang." Kemudian Eleanor merasa setengah jiwanya terangkat, saat Zack mematikan kemampuannya.
"Kumohon, beri kami kesempatan. Tunggu hingga Liam datang. Kami bisa memberikan bukti yang kuat." Ujar Eleanor tersenggal, padahal saat ini ia hanya berdiri dihadapan Zack.
"Oke, kami tunggu hingga salju tiba." Setelah Zack mengatakan hal tersebut, Ray langsung melepaskan Louis. Membuat tubuhnya lunglai dan jatuh terduduk dilantai, wajahnya mulai membiru dan dingin. Eleanor yang tersadar dengan reflek langsung menghampiri Louis, Jill yang menatapnya hanya mampu tersenyum masam. Eleanor menngalungkan tangan Louis yang kekar, ia perlahan membantu Louis berdiri yang masih setengah sadar. Mereka kemudian melangkah menjauhi ruangan Winstead.
"Sampai ketemu nanti, sayang." Ujar Zack terakhir sebelum Eleanor memasukkan Louis kedalam mobilnya. Eleanor tampak bergeming sejenak sebelum menyalakan mesinnya dan melajukan kendaraanya menuju hotel yang mereka singgahi di Italia.
Tingga dua hari lagi sebelum salju tiba.
-TBC-
A/N: maaf yaa pendek. selanjutnya aku panjangin kok ceritanya, makasih udah mampir :)
KAMU SEDANG MEMBACA
About You Is Impossible// h.s & n.h
VampireSemua berawal dari kedatangannya ke Philadelphia negara bagian Amerika Serikat, takdirlah yang membawanya ke tempat tersebut. Mempertemukan dengan sebuah kehidupan lain yang tak pernah gadis itu kira. Semua kejadian tak terduga menghampirinya satu p...