Godaan

26.5K 1.3K 13
                                    

Ini pukul dua belas malam tepat dan aku belum tidur karena harus berjaga. Marsha kini tengah tertidur lelap disampingku sedangkan aku berdiam diri. Hari ini aku memang kebagian shift malam dengan Marsha.

Ketika mataku benar-benar ingin terpejam terdengar suara bell dari kamar nomer sepuluh. Aku bejalan seperti zombie menuju kamar nomer sepuluh. Sampai didepan kamar nomer sepuluh aku mengucek mata dan menata penampilanku agar tak terlihat seperti orang yang tengah menahan kantuk.

Aku melihat perempuan paruh baya masih terjaga dan terlihat gelisah. Aku tersenyum pada perempuan paruh baya yang tertidur lemah di tempat tidur. Ia tak ditemani keluarga atau kerabat terdekatnya.

"Ada yang bisa saya bantu bu?" tanyaku sambil tersenyum berharap ia tak melihat bahwa aku kini tengah menahan kantuk.

"Sus kenapa ya saya gak bisa tidur?" tanya perempuan paruh baya yang menatapku dengan nanar karena ia tidak bisa menutup matanya. Ini benar-benar memilukan ketika aku harus terjaga aku malah mengatuk luar biasa sementara perempuan ini yang seharusnya istirahat malah tak bisa menutup matanya untuk istirahat.

"Coba ibu pejamkan mata sambil berdoa atau ibu bisa menghitung dalam hati hingga tertidur" cuman itu ide yang ada dikepalaku yang sangat butuh tidur.

"Oh gitu ya sus maaf ya saya menganggu suster" ucap perempuan itu membuatku mengelak bahwa ia tidak mengangguku karena itu sudah kewajibanku.

Dengan jalan sempoyongan menahan kantuk aku kembali ke nurse stasion (tempat untuk perawat). Di meja aku menemukan sebungkus makanan yang masih hangat. Aku melirik kesana-kemari karena tak menemukan ada orang. Lalu siapa yang menaruh makanan ini, apa mungkin Marsha? Tapi Marsha masih terlelap di kasur lipat yang ada.

"Hei" aku memegangi dadaku kaget karena sapaan dari Revan. Tunggu kenapa Revan ada disini. Ini bukan shiftnya untuk bekerja karena aku tadi bertemu saat aku berangkat ke rumah sakit ia tengah berjalan untuk pulang.

"Lo ngapain disini? Kan lo gak dines malam?" tanyaku bertubi-tubi sambil menatapnya dalam. Ia malah menyuruhku diam dan melihat kesekeliling bahwa orang-orang tengah tidur.

"Stt nanti orang-orang bangun, ikut gue" ia membawa bungkusan makanan dan menunjuk dengan dagunya kearah luar.

"Gue lagi jaga" tuturku karena semua orang tidur jika ada masalah bagaimana.

"Sha bangun" aku tak menyangka Revan membangunkan Marsha dan sekali hentak Marsha bangun meski masih terlihat ia mengantuk.

"Sha gantian jaga ya gue mau pinjem Audry" ucap Revan yang dijawab anggukan kepala oleh Marsha. Dengan masih menguap Marsha melambaikan tangan memberi kode bahwa aku boleh pergi dengan Revan.

Aku di bawa ke rooftop rumah sakit yang sama sekali belum terjamah olehku. Aku bahkan tak tau jika rumah sakit ini punya rooftop yang dihias oleh taman dan bunga-bunga. Disana juga ada bangku-bangku berserakan seperti sengaja untuk orang-orang melihat pemandangan dari sini.

"Nih gue tau lo pasti belum makan" ia memberikan bungkusan makanan yang tadi ia bawa. Aku menatapnya kenapa ia tau bahwa aku belum makan. Aku mengerutkan dahi, jangan-jangan ia membututiku.

"Gue gak pernah buntutin lo" ya ampun kenapa ia tau aku berpikiran itu.

"Stop curiga dan makan saja karena bunyi perut lo mengganggu" aku memegang perutku dan menatapnya. Aku tak mendengar perutku berbunyi, ini pasti akal-akalan Revan agar aku malu.

"Kenapa kesini? Shift lo kan udah berakhir" tanyaku sambil memakan sandwhich yang dibawakan oleh Revan.

"Kangen sama tunangan gue" aku hampir tersedak. Aku tau ia bercanda tapi ia tak pernah bercanda padaku mengenai pertunangan jadi ini mengejutkanku.

Love You, My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang