Angin berhembus membuat rambutku berantakan. Suara ombak seperti alunan lagu yang terdengar di kedua telingaku. Awan biru juga menambah keindahan semua yang terlihat dari kedua mataku. Perpaduan indah yang membuatku berdecak kagum karena ciptaan Tuhan ini.
Berulang kali aku berucap syukur karena tante Shinta melibatkanku dalam hadiah ulang tahun Revan. Aku juga berterimakasih pada laki-laki yang duduk disebelahku karena sehari kemarin ia sangat-amat baik. Aku tak tau apa yang merasukinya tapi ia benar-benar menjadi tunangan yang baik hati.
Pagi sekali dengan tak terduga ia sudah berpakaian rapi hanya untuk mengajakku ketempat-tempat indah disini. Ia juga tidak protes ketika aku merengek ingin pergi ke toko souvenir untuk memberi hadiah untuk kedua orang tuaku, Marsha dan juga Alfin. Bahkan ia ikut memilihkan hadiah apa yang bagus untuk orang-orang yang kusayangi.
"Lo suka pantai?" tanyanya tiba-tiba mengangguku yang sibuk menganggumi keindahan pantai ini. Aku menoleh kearahnya dan mengangguk dengan bersemangat. Aku sangat suka dengan pantai. Dari kecil aku sering dibawa oleh kedua orang tuaku kepantai. Mungkin itu yang menjadi salah satu alasan kenapa aku sangat suka dengan pantai.
"Ah ya di sana ada penangkaran hiu mau lihat?" ia menunjuk tempat yang tak jauh dari kami. Aku menyerngit heran ada tempat penangkaran hiu. Lalu apa yang akan kita lakukan jika berada disana. Bukankah hiu sangat menakutkan. Aku tak suka binatang buas dan pada dasaranya aku tak pernah menyukai binatang.
"Kita bisa berenang bersama hiu" aku membelalakan mata tak percaya dengan apa yang baru saja Revan katakan. Ia baru saja bilang berenang dengan hiu. Aku saja payah dalam hal berenang dan kini ia menawarkan untuk berenang dengan binatang yang terkenal kejam dan bisa memakan manusia. Tentu aku akan menolak ajakan itu.
"Gue payah berenang dan gue gak suka dengan binatang buas seperti hiu" ucapku beralasan.
"Oh ayolah buktikan Audry bisa melakukan apapun" tantangnya tapi tetap saja aku tak mau.
"Ini lebih menarik daripada harus bersama hiu-hiu yang mungkin akan membunuhmu" ucapku sarkatis dan ia hanya tersenyum.
"Tempat itu dibuka karena aman Audry, gak mungkin pengelolanya membuka tempat yang bisa membunuhmu" ucapnya masih mencoba membujukku.
"Tidak terimakasih, lebih baik melihat ini daripada harus bertemu hiu-hiu" ucapku menggeleng tetap dengan penderianku. Aku tak pernah mau bertemu hiu-huiu itu meski Revan mengatakan hiu yang ada dalam penangkaran masih kecil.
"Lebih baik kita melakukan hal yang menarik lainnya" ungkapku menatap Revan mencari persetujuan dibalik matanya. Keningnya sedikit berkerut seperti ingin tau apa hal yang lebih menarik daripada berenang bersama hiu-hiu.
"Melakukan apa?" tanya Revan yang kini menyuarakan rasa penasarannya. Aku tersenyum misterius kemudian menarik tangannya. Ia nampak tak mau mengangkat tubuhnya yang sangat berat. Aku terus menarik tangannya membuat ia akhirnya menyerah dalam pertahannya dan mengikutiku.
Aku berjalan terus menuju pantai membuat tubuh kami basah. Ketika air mulai naik setinggi lututku aku dengan sengaja mencipratkan air membuat wajah Revan basah. Mulanya ia terkejut namun tak lama ia menatapku membuatku buru-buru berlari.
Berlari dimana ada air yang menggenang membuatku sedikit kesulitan. Aku melihat Revan dibelakang sudah melancarkan aksinya berusaha membalaskan dendamnya. Aku tersenyum melihatnya berusaha untuk membuatku basah sepertinya.
Aku terus berlari tak mau mendapatkan balasan dari Revan. Tanpa kusangka sebuah lengan kekar melingkar dipinggangku. Aku tak bisa melawan ketika dengan mudah Revan membalik tubuhku dan membuatku terjatuh dalam air. Kami berdua tertawa karena tingkah kami bermain air layaknya dua anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, My Partner
RomancePertemuan yang tak pernah di duga berakhir menjadi sebuah takdir dari dua hati yang awalnya saling tak suka.