Maaf jika extra partnya gak sesuai dengan yang kalian mau.
Tangan Revan terus-menerus mengelus rambutku membuatku ingin tidur dipangkuanya padahal kami tengah menonton film. Aku menguap karena terbuai oleh usapan tangan Revan di rambutku. Aku tak menyangka Revan tiba-tiba saja mem-pause film yang tengah kami tonton. Aku mendongak menatap wajahnya yang jauh karena kini aku tengah tidur di pangkuannya.
"Kalo ngantuk tidur aja yuk" aku menggeleng, aku tau betul Revan sangat ingin menonton film ini kemarin ketika kami menemukan film ini ia sangat bahagia dan bilang ingin segera menontonnya. Aku juga sudah berjanji akan menemaninya menonton film ini dan kami sudah sepakat akan menonton film ini diakhir pekan.
"Gak mau" ujarku yang kini merubah posisi dari tidur menjadi duduk.
"Oke tapi kalo ngantuk tidur aja pindah kekamar, aku gak perlu ditemenin" ujarnya yang kini mulai kembali menjalankan film yang sempat ia pause. Aku hanya mengangguk mengerti sambil memberi senyum terbaik yang aku bisa. Tak mau tidur di pangkuan Revan karena takut mengantuk lagi aku memilih duduk. Tak lama aku tak kembali tidur di pangkuan Revan, ia menarik diriku dan membuat kepalaku bersandar tepat di bahunya dan tangannya juga tersamping di bahuku.
"Kemana?" tanya Revan yang tiba-tiba melepaskan rangkulannya dan berdiri. Aku menunjuk dapur dan bilang aku sangat-amat lapar.
Aku kira ia akan membiarkan aku pergi kedapur namun aku salah. Ia malah menggenggam tanganku kemudian bilang ia akan mengambilkan apapun yang aku mau. Sungguh aku beruntung sekali mempunyai pasangan seperti Revan yang sangat amat perhatian. Meski itu hanya perhatian kecil tetap saja menyentuh tepat dihatiku.
"Kamu gak pengen makan apa gitu, ngidam apa gitu?" tanya Revan padaku yang tengah memakan kue brownies yang dikirim mamah Shinta kemarin. Aku menggeleng karena aku tak menginginkan sesuatu seperti ngidam. Sungguh ini sudah bulan kelima aku hamil dan aku belum pernah minta hal-hal yang aneh pada Revan.
"Aneh biasanya kan orang hamil morning sick lah terus ngidam lah, kamu malah gak sama sekali kena morning sick dan ngidam. Perut aja tambah maju tapi semuanya serba biasa aja" ungkap Revan. Bukankah ia harusnya bersyukur ketika laki-laki lain mengeluh karena istrinya yang hamil kelewatan meminta sesuatu dan morning sick yang parah, ia malah bilang aku aneh.
"Yey harusnya kamu bersyukur aku gak kena morning sick emang kamu mau apa aku mual terus muntah mulu" ucapku yang dibenarkan oleh Revan. Memang hanya sedikit perempuan yang tidak mengalami morning sick, kebanyakan perempuan mengalami morning sick selama trimester pertama kehamilan mereka. Aku salah satu perempuan yang amat-sangat beruntung karena tidak mengalami morning sick.
"Kamu juga gak pernah ngidam" ungkap Revan yang membuatku mengangguk-anggukkan kepala. Jika dipikir-pikir selama lima bulan hamil aku memang tak pernah meminta sesuatu yang aneh.
"Habis kamu sama mamah sering banget jejelin aku sama banyak makanan gimana aku mau ngidam kalo semua yang aku mau udah kamu sama mamah sediain" jelasku karena selama aku hamil Revan, baik mamahku dan mamah Revan selalu saja menyediakan berbagai makanan yang biasanya dikonsumsi ibu hamil. Mereka selalu saja menjejalkan kulkas dengan berbagai makanan, mulai dari sayuran, buah yang masam, susu hamil, cemilan berbagai bentuk dan aneka rasa membuatku tak berpikir mengingkan sesuatu yang lain.
"Tunggu-tunggu" ujarku memegangi perutku yang sudah membesar, dengan wajah panik Revan menatapku sambil bertanya 'ada apa?'.
"Kenapa kamu sakit? Mana yang sakit?" tanya Revan membuatku menggeleng kemudian ia terus mendesakku untuk bicara kenapa aku tiba-tiba terlihat panik sambil memegangi perutku.
"Bayinya gerak mulu dari tadi" ungkapku yang kini sudah tak memegangi perutku lagi. Ketika kami tadi sibuk bicara mengenai aku yang tak ngidam, bayi dalam perutku memang terus menendang dan tadi aku merasa ia bergerak lebih aktif dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, My Partner
RomancePertemuan yang tak pernah di duga berakhir menjadi sebuah takdir dari dua hati yang awalnya saling tak suka.