Jebakan

23.1K 1.4K 19
                                    

Sebuah gambar dua orang tengah berpelukan muncul dilayar ponselku. Disana ada wajah Revan dan juga Laura tengah tersenyum bahagia. Sial, kenapa juga perempuan itu memberikanku sebuah gambar seperti ini. Apa ia ingin menyombongkan diri bahwa ia dulu pernah dekat dengan Revan. Ah, jika dipikir-pikir aku dan Revan tak pernah berfoto berdua. Satu-satunya foto kami berdua adalah foto candid saat kami melangsungkan pertunangan.

Aku : Lihat kelakuan mantan lo (mengirim gambar yang dikirim Laura)

Revan : Cemburu? Panas? Perlu gue bawain ice?

Sial, sial, sial kenapa Revan malah berkata seperti itu. Bukannya mengerti perasaanku yang mulai dari kemarin diteror oleh mantan pacarnya.

Aku : Are you kidding me? Gue enek liat mantan lo kirim sepuluh foto kemesraan lo

Revan : Mau bikin foto yang lebih mesra daripada itu sama gue?

Aku : Maksud lo?

Revan : Kita foto pra-wed aja biar dia jealous setengah mati

Aku : Great idea terus besoknya kita langsung dinikahin sama nyokap lo!!!

Revan : Slow ya udah gak usah ektrem banget, gimana kalo kita foto couple kayanya kita belum punya

Aku : Lo kira kita pasangan beneran apa sampe niat abis foto couple buat bales si Laura

Revan : Ya lumayan buat kenangan siapa tau kita jadi pasangan beneran

Aku : In your dream

Revan : Ya seenggaknya ada bukti Dry kalo kita bisa pernah 'pura-pura' tunangan dan lo emang gak mau bales si Laura?

Aku : Gue emang gedek banget sama mantan lo itu, lo kok bisa pernah pacaran sama cewek kayak gitu

Revan : Masa jahiliyah Dry masa gue lagi bego-begonya

Aku : Oke kita bakal bales si Luara, besok kita foto :)

Revan : Oke good night my fiancee :)

Sudah berulang kali Revan menggodaku dengan menyebutku 'my fiancee' tapi tetap saja hatiku bergetar setiap kata itu terucap atau ia tuliskan untukku. Lihat saja Laura aku akan berusaha membalas apa yang ia lakukan padaku saat ini.

***

"Mba coba kalungin tangannya keleher masnya nah masnya pegang pinggang mbanya terus matanya saling lihat ya" aku mengikuti arahan sang fotografer. Aku mulai mengalungkan tanganku keleher Revan dan Revan juga memeluk pinggangku. Tubuh kami benar-benar dekat dan aku benar-benar canggung. Aku menunduk belum berani menatap wajah Revan sampai sang fotografer menyuruhku menatap Revan.

Mata kami saling menatap. Aku harus sedikit melihat keatas karena Revan lebih tinggi dibandingkan aku sementara ia menunduk kebawah untuk bisa menatapku. Hanya napas kami yang terdengar membuat aku benar-benar canggung.

"Oke satu.. dua...tiga" kilatan putih itu menerpa wajah kami berdua. Kami masih saling menatap meski aku tau bahwa sang fotografer sudah mengabadikan pose kami tapi aku tak mau memalingkan wajah. Sepertinya hal itu juga berlaku pada Revan karena ia sama sekali tak berpaling dari kedua mataku.

"Ehem mba, mas kita coba pose lain" aku langsung melepaskan tanganku dari leher Revan ketika sang fotografer mengintrupsi kami berdua. Aku juga langsung memalingkan wajah dari Revan. Bisa kurasakan wajahku memanas.

"Sekarang masnya coba gendong mbanya" aku melirik Revan dengan tatapan menolak. Aku tak mau digendong Revan apapun alasannya.

"Bisa ganti pose?" tanyaku protes tak mau ada acar gendong-gendongan.

Love You, My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang