Love You, My Partner

38.2K 1.5K 40
                                    

Entah punya ide darimana Revan bisa menyewa sebuah pulau pribadi untuk bulan madu kami. Aku bena-benar senang ketika mendengar bulan madu kami pergi kesebuah pulau indah dengan sebuah cottage yang sangat nyaman. Revan bilang ia sengaja menyewa sebuah pulau pribadi agar tidak ada orang yang mengganggu kami berdua.

Revan memelukku dari belakang dengan erat, wajahnya ia simpan tepat di lekukan leherku. Ia terus saja memelukku dari tadi seolah tak ingin berjauhan denganku. Kami kini tengah ada di balkon cottage yang kami tinggali. Kami tengah sibuk menatap pantai yang terhampar dihadapan kami. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah.

"Yang" panggilku pada Revan dan ia hanya berdehem saja menjawab panggilanku.

"Lepas deh pelukannya aku mau mandi, gerah nih" ucapku berusaha melepaskan tangan Revan yang melingkar di pinggangku.

"Nanti aja mandinya" ucap Revan manja, entah sejak kapan Revan jadi sangat manja padaku.

"Yang" kali ini suaraku naik satu oktav lebih tinggi tapi ia tetap menghiraukannya.

"Gimana kalo kita mandi bareng aja?" aku melepaskan pelukan dan berbalik kearah Revan yang mesum.

"Gak mau, mesum banget sih kamu" ucapku yang kembali menatap laut yang indah.

"Yey udah sah ini yang" aku mencubit lengannya yang kini kembali melingkar di pinggangku. Ia mengaduh kesakitan namun aku hiraukan.

"Yang mamah udah pesen kalo bisa bulan depan udah bisa punya cucu" aku mendongak menatapnya kemudian memutar bola mataku.

"Pesen? Dikira warung makan apa pake pesen segala" gumamku.

Aku menggelitik pinggang Revan hingga ia melepaskan pelukan. Aku langsung berlari menjauh darinya karena tau ia tak akan tinggal diam diperlakukan begitu saja. Benar dugaanku sedetik saja aku terlambat sudah dipastikan aku mendapatkan balasan dari Revan, untung saja aku masuk kedalam kamar mandi tepat pada waktunya.

Aku bercermin dikaca yang ada di kamar mandi masih tak menyangka aku kini sudah menjadi istri sah dari Revan Wijaya. Rasanya benar-benar tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Rasanya begitu senang hingga sulit untuk mempercayainya.

Setelah merasa penampilanku sempurna, aku keluar tak sabar ingin menunjukan penampilanku pada Revan. Baru saja aku membuka pintu Revan sudah berdiri disana bersandar di sebelah pintu. Ia menatapku tajam, sepertinya ia masih dendam padaku karena menggelitiknya dan pergi meninggalkannya.

"Kamu harus dapat hukuman karena kelakuan kamu" aku memutar bola mataku mendengar ia berkata seperti itu. Melihat reaksiku mendengar ancamannya Revan menyipitkan mata kemudian mendekat kearahku dengan kedua tangan yang ia lipat didepan dada. Aku dengan reflek mundur satu langkah karena aura Revan yang mengintimidasi.

"Yang mending kamu mandi dulu gak lengket apa badan kamu" ucapku masih dengan mundur satu langkah ketika ia maju satu langkah. Aku menggigit bibirku takut juga dengan Revan yang tadi mengancamku akan menghukumku. Sungguh aku tadi hanya ingin menggodanya dan benar-benar tak tahan dengan badanku yang sudah berkeringat jadi melarikan diri darinya untuk mandi.

"Mandi bisa nanti sayang, hukuman buat kamu lebih menarik buat aku" ia mengedipkan sebelah matanya padaku, sial aku mengumpat dalam hati. Apa coba yang ada dipikiran suamiku hingga ia bilang lebih tertarik menghukumku daripada mandi.

Aku semakin terpojok ketika aku merasakan hanya ada dinding dibelakang punggungku. Sungguh aku tak tau apa yang akan Revan lakukan. Kepalaku tak bisa berpikir ketika Revan kini masih menatapku seolah ingin memakanku bulat-bulat.

"Ini hukuman buat kamu" ia mengecup keningku dan ia masih belum menjauh dari wajahku. Beberapa detik kemudian ia mencium hidungku kemudian menarik wajahnya hanya secenti kemudian tersenyum miring membuat jantungku lompat-lompat. Bibirnya kini menyentuh pipi kananku dan sama seperti sebelumnya ia mengangkat wajahnya sedikit kemudian dengan senyum licik ia menatapku.

Love You, My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang