Chapter 4 : The Escape

20.5K 3K 116
                                    

Mia

Malam itu di penuhi suara tawa mereka yang berpesta di bawah. Ada banyak supply minuman keras dari apa yang bisa ku lihat di atas sini. Mereka terlihat mabuk berat sampai bisa ku lihat seseorang terkapar di hamparan tanah tanpa mau repot-repot masuk ke dalam. Beberapa perempuan, yang tidak ku ketahui terlihat duduk di pangkuan mereka dengan wajah tanpa ekspresi yang kurasa sama sepertiku saat ini.

Jiwa mereka mati, terlihat dari binar wajahnya yang sudah tidak di temukan lagi. Melakukan apapun, untuk siapapun, untuk makanan dan perlindungan.

Api unggun berkobar tinggi menerangi satu blok daerah ini. Warna jingganya menari-nari, menjilati kayu yang mereka kumpulkan dari furnitur rusak yang bisa mereka temukan di sekitar sini.

Aku terus berdiri di tempatku, di depan jendela kamar ini dengan perasaan tumpul yang tidak bisa ku jelaskan.

Pintu kamar tiba-tiba dibuka dan suara gaduh terdengar mencoba berjalan masuk. Aku berdiri dari tempat dudukku di balkon dan menghampiri Tyaga yang hampir terjerembab ke lantai dengan wajahnya terlebih dahulu.

Dia berjalan sempoyongan, berusaha meraihku.

"Aku baik-baik saja Daniell." Tyaga tertawa. "Aku mencintaimu."

Hatiku hancur tiap kali dia memanggilku begitu, walaupun tanganku tetap memegangi pinggangnya dan membantu Tyaga berjalan ke kasur, bukannya lari dari sini untuk menyelamatkan diri.

Sangat hafal, kemana semuanya akan menuju setelah itu.

Hatiku terus menjerit, tidak mau melakukan ini. Tapi kemudian pikiranku menyanggah dan berhasil membungkam hatiku dengan pertanyaannya yang singkat. Lantas mau lari kemana?

Membuatku kalah sebelum mencoba.

Dia jatuh terlentang menarikku bersamanya sampai tubuhku berada persis di atasnya. Kedua tangan Tyaga mengurungku dalam pelukannya.

"Kau cantik sekali Daniell." Dia berbisik disela-sela ciumannya di leherku bersama aroma alkohol yang menerpa wajahku.

Sedetik kemudian Tyaga sudah melumat bibirku. Tangannya bergerak ke setiap sisi tubuhku, dan membalikkan posisi. Sekarang dia menahan berat tubuhnya dengan kedua siku agar tidak meremukkan tubuhku, tanpa melepas pagutan bibirnya.

Aku menutup mataku. Berdoa agar semua ini cepat selesai.

Tidak membalas semua ciuman itu tapi juga tidak menolaknya, bahkan saat dia mulai menarik pakaian lepas dari tubuhku, melanjutkan eksplorasinya, melakukan hal yang membuatku jijik pada diriku sendiri. Aku hanya diam.

Menerima takdir kelam tiap manusia lemah di dunia baru ini.

***
Sesuatu membangunkan Tyaga yang langsung berdiri dan bergegas ke depan pintu. Sedikit kesulitan menarik naik celananya, dia terlihat kesal dengan orang yang mengganggu tidurnya.

Aku tidak bisa mendengar, tapi orang itu mengatakan sesuatu dengan panik. Tangannya terus bergerak liar waktu menjelaskan pada Tyaga yang kemudian berubah marah. Dia berbalik dan segera memakai kaosnya hampir akan keluar dari kamar ini waktu aku memanggilnya.

"Tyaga?" Panggilku gugup sambil menarik rapat selimut. Buru-buru kuraih hearing-aid milikku agar bisa mendengar perkataannya. Karena kamar ini terlalu gelap untukku membaca gerak bibir seseorang.

"Jangan takut, tetap disini." Tyaga kemudian berlari keluar, membanting pintu kamar dan menguncinya.

Aku beringsut tergesa-gesa ke arah jendela tempatku selalu memantau dunia, melihat kebawah. Ke arah survivor yang panik karena ada kepulan asap tebal yang muncul dari sebuah benda, dan saat itulah...

Behind The Wall (Behind The Wall Trilogy #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang