James Mcavoy as Ades
Enjoy
***
Mia
"Kau tidak boleh ke sana." Ades langsung memegangi tanganku sebelum aku berhasil mendekati kuburan masal tersebut.
"Aku harus melihatnya..."
"Tidak ada yang dapat kau lakukan di sana, percayalah padaku. Kau hanya akan membuat Annona marah padamu." Katanya tegas, "Semua orang sibuk di sana."
"Dengarkan dia, perkataannya benar. Karena itu aku menjauh dari tempat itu." Carlos mengiyakan. Sambil memandang ke arah yang sama dengan ku. Ke arah kerumunan orang yang sibuk. Berlari kesana-kemari berusaha menyelamatkan nyawa yang bisa diselamatkan.
"Dari pada ke sana sebaiknya kau ikut dengan ku." Bisik Ades di telingaku tanpa sepengetahuan Carlos. Kepalaku menengadah ke arahnya untuk melihat wajah laki-laki yang tampak serius itu. Tatapannya mengingatkanku pada Jimmy.
"Kau ikut Carlos?"
"Ke dalam? Ku rasa tidak. Aku akan menunggu di sini sampai Annona bilang aman untuk melihat Alex. Kau diluan saja." Tolak Carlos, "Sebaiknya kau cepat karena Baron sepertinya mencarimu tadi."
"Ada sesuatu yang terjadi?"
"Entahlah, mungkin dia hanya khawatir pada kekasih rahasianya." Canda laki-laki itu setengah hati, "Tapi mungkin juga dia membutuhkan sesuatu, mereka berkumpul di ruang bawah tanah. Kau bisa temui mereka disana."
"Terima kasih." Ujar Ades sebelum berjalan pergi bersamaku di sebelahnya.
Aku menatap kuburan masal itu untuk terakhir kali sambil berjalan tanpa arah, mengikuti tarikan menuntut tangan Ades padaku.
Pandangan ku dan Carlos sempat bertemu beberapa saat. Dia memberiku senyum yang terlaihat seperti senyum penyemangat sebelum berjalan ke arah lain.
Kondisi di dalam gedung masih sama seperti tadi pagi, ketika Alex menarikku keluar untuk menghindari Jimmy. Tidak ada yang berubah selain semua orang tampak berlarian mengosongkan ruang penyimpanan untuk digunakan pada anggota mereka yang tersisa.
Ades tampaknya tahu kemana dia harus melangkah. Tanpa terlihat bingung sedikitpun dia membawaku menuruni tangga yang ternyata berada di bawah lantai di lantai satu. Beberapa petak tegel di lantai terlihat terbuka menunjukkan sebuah lubang dengan tangga di dalamnya. Terlihat persis dengan tangga dari saluran air yang ku gunakan untuk meminta bantuan kepada Baron.
"Kau turun setelah aku ya?" sambil memanjat turun. Aku mengikuti setelah mendengar aba-aba dari Ades di bawah. Mengikutinya menuju ruang gelap dan lembab yang sama menakutkannya.
Aku tidak bisa melihat apapun, bahkan tanganku sendiri. Semua panca indra kuseperti mati. Aku mulai panik waktu tidak kunjung meemukan pijakan tanah. Tangga demi tangga terus bermunculan. Entah seberapa dalam ruangan ini digali, aku tidak tahu. Yang jelas ini sama sekali tidak memberiku rasa nyaman.
"Ades..."
"Aku di sini. Tepat di bawah mu. Jangan berhenti, terus turun. " perintahnya.
Cahaya dari lantai atas semakin kecil. Kami semakin jauh ke dalam. Ada sekitar dua puluh anak tangga lagi yang harus ku turuni sampai akhirnya kakiku menginjak tanah. Dan mulai bisa mendengar suara air yang menetes, tapi masih tidak bisa melihat apapun.
"Baron?" Ades memanggil.
Tiba-tiba cahaya orange muncul dari sebelah kiriku. Menerangi tempat ini sampai aku bisa melihat Ades yang ternyata tidak jauh dariku. Buru-buru aku mendekatinya, dan menatap laki-laki yang memegangi obor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Wall (Behind The Wall Trilogy #1)
Fiksi IlmiahCover By @an-apocalypse Bayangkan, dengan keadaan survivor di luar dinding yang mulai kehilangan rasa kemanusiaannya. Dan sanggup membunuh hanya demi sebotol air, rasanya hampir mustahil untuk gadis 17 tahun yang tuli, lemah dan penakut sepertiku un...