Aku berhasil mencapai tempat
Baron, walaupun tidak segagah dan berani yang diharapkan. Walaupun dengan tangan yang terus gemetar dan terisak seorang diri sepanjang jalan, tapi aku berhasil menuju arah yang diinstruksikan Alex.Penjaga keamanan Baron yang sering dipanggil Alex dengan nama Drew awalnya menghentikanku dan menghalangi jalan masuk.
Aku pun kemudian memohon padanya untuk memanggilkan Ades keluar, agar bisa menceritakan alasan kedatanganku. Drew sempat memandang lama wajahku sebelum akhirnya setuju dan meminta orang lain masuk ke dalam untuk memanggil Ades.
Drew juga cukup baik untuk menyuruhku duduk dan menenangkan diri sampai akhirnya Ades muncul. Aku menceritakan semuanya dengan terbata-bata ke laki-laki itu. Dengan urutan kata yang terbalik-balik, dengan isakan di setiap sylabel nya.
Tapi Ades mengerti.
Sekarang sudah berjam-jam sejak Ades menyuruhku menunggu di sebuah ruangan seorang diri. Sementara mereka semua sibuk menyiapkan bantuan untuk dikerahkan. Evidance akan dibantu Baron Rahmad dan anggotanya yang tidak sedikit.
Tempat ini menjadi sepi tidak seperti terakhir kali aku berkunjung. Tidak ada sorakan, tidak ada kemeriahan. Lautan manusia yang biasa hadir disini seperti lenyap.
Terlalu tenang hingga membuat jengah.
"Mia..." ku dengar namaku dipanggil oleh seseorang dari arah pintu yang kini terbuka.
Ades berdiri disana, dan memberi tanda agar aku ikut keluar dari ruangan ini.Aku bangkit dan bergegas, melewati pintu yang dia tahan untukku.
Di luar, laki-laki itu ternyata tidak sendiri.
Ada seorang wanita yang ku ingat membagikan minuman waktu Alex membawaku kesini.Sandra wanita yang kukira jalang di tempat ini, tersenyum ramah ke arahku. Berbeda dengan hari itu, Sandra lebih banyak menggunakan baju hari ini.
Dia tidak seperti wanita penghibur dikebanyakan kelompok survivor. Tidak ada mata yang mati, dan ekspresi boneka pada wajahnya. Dia terlihat hidup. Bekerja disini atas kemauannya, dan bukan paksaan untuk bertahan hidup.
"Kami akan menyusul ke wilayah Evidance karena persiapannnya sudah selesai." Ujar Ades sambil menutup pintu. "Aku berpikir, akan adil rasanya jika memberitahumu hal ini dan memberikan pilihan juga."
Aku terus menatap wajah laki-laki itu dengan seksama. Sementara dia mengalungkan sebelah tangannya pada pundak Ades.
"Kau mau ikut atau tinggal disini?"
"Tinggal?"
Mereka mengangguk, "Kami tahu, kau tawanan disana. Tentu saja ini bisa jadi kesempatan bagimu untuk melarikan diri. Dan seperti yang kau tahu, rumah Baron adalah rumah kemerdekaan manusia. Tidak ada yang bisa dipaksa disini. Aku mengerti kalau kau bilang tidak ingin kembali ke Evidance dan memilih kabur." Jelas Ades lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Wall (Behind The Wall Trilogy #1)
Science FictionCover By @an-apocalypse Bayangkan, dengan keadaan survivor di luar dinding yang mulai kehilangan rasa kemanusiaannya. Dan sanggup membunuh hanya demi sebotol air, rasanya hampir mustahil untuk gadis 17 tahun yang tuli, lemah dan penakut sepertiku un...