Kenyataan pahit

348 18 0
                                    

Kampus masih terlihat sepi, mungkin ini karena Helia yang datang ke pagian atau mungkin mereka yang ketelatan.

Helia duduk termangun di bawah pohon beringin, tempat dimana ia selalu berkumpul bersama teman-temannya, tapi kali ini Helia duduk sendirian, hanya ditemani sebuah novel yang baru ia beli, kali ini bukan novel soal percintaan atau kisah romantis lainnya, sesuai moodnya sekarang yang kacau, jadi ia lebih memilih novel horor, biar lebih menatang saat mengkhayati kisahnya, dibandingkan dengan kisah romantis yang sering ia baca, yang ujung-ujung bahagia, alhasil bisa membuat Helia baper atau mengkhayal seperti tokoh di cerita novel itu.
Andai kisah cinta gue seperti cerita-cerita di novel atau ftv yang biasa gue liat, yang endingnya selalu bahagia. Khayalan Helia.

"Hei. Lagi ngapain ?" Sapaan Tyo berhasil membuat Helia terkejut, karena saat itu dimana Helia lagi serius membaca adegan dimana si tokoh cerita dalam novel itu sedang di kejar-kejar pocong.

"Tyo ihh bikin kaget, sana ah ngapain sih disini." Helia mendorong Tyo agar menjauh darinya.

Tyo tertawa, kali ini justru Tyo semakin mendekatin Helia, "sejak kapan lo suka novel horor ?" Tyo mengambil buku novel itu dari tangan Helia, "jadi gue ganggu lo nih ?" Tyo semakin mendekat, sampai tidak ada jarak diantara mereka.

Jantung Helia berdetak tidak karuan, keheningan pun terjadi, tidak ada yang berkata sepatah kata pun, Tyo memandang Helia, entah apa yang dipandang dari seorang Helia.

Wajah Tyo benar-benar terlihat jelas di hadapan Helia, Helia sendiri pun sampai sulit untuk bernafas,
Bodoh.. menjauhlah, gue takut semakin lo dekat semakin besar harapan cinta gue ke lo. Batin Helia.

"Lo takut ?" Tyo benar-benar memandang Helia amat dalam, wajah Helia memucat, matanya sesekali terpejam seolah ingin berpaling atau berusaha tidak menatap mata Tyo, tetapi tangan Tyo berhasil menyentuh pipi Helia sehingga Helia tidak bisa berpaling.
Suasana kampus yang masih sepi, Helia semakin takut jika Tyo bertingkah macam-macam padanya, walaupun Helia tahu, Tyo tidak mungkin bertindak macam-macam ataupun menyakitinya, tapi kenapa Tyo melakukan hal ini ? Apa ada yang penting untuk di bicarakan ? Tapi kenapa harus sedekat ini ?,  perasaan Helia kini lebih takut dibandingkan novel yang ia bacanya tadi.

"Tyo apaan sih !" Helia memberanikan dirinya, ia mendorong Tyo sekencang mungkin, sampai berhasil membuat Tyo terjatuh dan sedikit menjauh dari Helia.

Lagi-lagi Tyo tertawa, "Gue seneng lo bertindak seperti itu." Ujar Tyo, sambil menatap wajah Helia yang masih memucat, "Berarti gue bisa melepas lo, gue nggak perlu takut lagi jika ada cowok yang dekat sama lo Hel."

Helia menatap Tyo bingung, apa yang dimaksudnya ? Jadi dia ini hanya mengetesku ? Terus apa maksudnya dia bisa melepaskanku ? Bukannya kita sahabat ? Dan bukannya kita sudah berjanji akan selalu bersama ?, sejuta pertanyaan mengelilingi pikirannya, tapi tidak ada satu pun pertanyaan yang keluar dari bibirnya.

"Gue takut aja Hel, kalo lo deket sama cowok yang baik diluar, tapi ternyata dia busuk didalam. gue cowok, tapi gue nggak kaya gitu, gue takut aja lo mau dibujuk rayuan cowok, gue denger dari Rena, lo belum pernah pacaran, itu semakin gue takut lo mudah di tipu cowok, tapi gue yakin lo bukan pintar dalam pelajaran saja, tapi gue rasa, lo juga lebih paham soal cinta."

Helia mengerutkan dahinya, ada rasa kesal di benaknya, menurutnya ucapan Tyo sama sekali tidak benar,  karena ia sama sekali tidak mengerti soal cinta, dan menurutnya ia hanyalah seorang cewek yang pengecut, yang bisanya mencintai seseorang secara diam-diam dan memiliki perasaan sayang yang lebih terhadap sahabat kecilnya.

Tyo memegang tangan Helia, "Gue sebagai sahabat ..."

Sahabat apa hanya sekedar sahabat yo ?. Batin Helia

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang