Telah usai

232 14 0
                                    

Alan tersandar di balik pohon, duduk di alas rumput yang hijau, menatap awan yang putih di padukan warna langit yang biru, Duduk di bawah pohon beringin yang rindang membuat udara menjadi sejuk.
tepat di bawah pohon ini Alan mengingat kenangan pertama kali ia melihat Helia.
Alan memejamkan matanya sambil mendengarkan lagu lewat earphone, mengingat hari demi hari bersama Helia, ia merasakan hidupnya berubah saat mengenal Helia, hidupnya yang tadinya tidak berwarna sejak di tinggal Nabila, kini warna di hidupnya dikit demi sedikit telah berwarna kembali dengan hadirnya Helia di sampingnya.

Sejak mengetahui penyakit Tyo, semakin hari Helia semakin ingin menghabiskan sisa waktu setelah jam kuliah, untuk menemui Tyo, lagi pula Helia sudah telanjur janji untuk ada di samping Tyo, tapi mengungkap kan janji itu tidak semudah mengungkapkan nya begitu saja, Helia tersadar bahwa bukan hanya Tyo yang menginginkan Helia di sampingnya, tapi pasti Alan pun menginginkan saat-saat bersama nya,
"Ka Alan." panggil Helia lirih. Helia menepuk pundak Alan pelan, mencoba membangunkan Alan.

"Helia ?" Alan terkejut dengan kehadiran Helia di sampingnya, Alan segera melepaskan earphone nya, "ada apa sayang ?" Tanya Alan.

Helia tersenyum, sambil menyandarkan kepalanya di bahu Alan, matanya menatap langit-langit yang biru, "aku mau ngomong sesuatu ?"
Alan menoleh dengan wajah penuh tanya, sambil mencuri-curi pandangan ke arah Helia, wajah Helia terlihat begitu cantik, ada rasa bangga yang nyelinap di hatinya kerana bersyukur sudah memilikinya.

hembusan angin yang sejuk mampu membuat Helia memberanikan diri untuk bicara ke Alan mengenai Tyo, "aku ingin selalu di samping Tyo, aku ingin Tyo sembuh." Helia tertunduk, kalau saja bisa sembuh. Batinnya, "...aku hanya ingin minta izin ke kakak, aku nggak mau kakak salah paham jika aku lebih menghabiskan waktu aku untuk menemani Tyo di bandingkan bersama kakak."

Lagi-lagi Alan hanya tersenyum, digenggamnya tangan Helia dengan lembut, "aku bukan suami atau kedua orang tua kamu Hel, aku juga bukan cowok yang suka mengatur-ngatur hidup seseorang, dan aku ngerti kalau Tyo memang butuh kamu di sampingnya." Alan tersenyum kembali, lalu menarik napas panjang, seolah menenang hatinya, walau memang kenyataannya ia pun ingin Helia bersamanya, tapi ia juga harus mengerti, karena kejadian ini sebelumnya pernah terjadi pada dirinya dan Nabila, "asalkan kamu janji selalu menghubungi aku, dan.." Alan melepaskan genggaman tangan Helia, lalu mengambil selembar undangan dari tasnya, "...seminggu lagi acara wisuda aku, berjanjilah kamu akan datang ?" Sambungnya.

Helia tersenyum bahagia, "soal ini mah tanpa berjanji pun aku bakal datang kak, aku mau liat kakak paling depan, sambil memberikan rangkaian bunga untuk ke suksesan kakak." ucap Helia sambil membayangkan dirinya diacara wisuda pacarnya itu.

Alan tersenyum, ucapan Helia membuat hatinya terasa tenang, karena acara wisuda memang sudah ia tunggu-tunggu sejak dulu.

☀☀☀☀

Helia melangkah kan kakinya di setiap koridor dengan wajahnya yang terlihat bahagia, tangannya memegang erat sebuah kotak berwarna merah yang tertulis Tyo dan Helia, langkah kakinya terhenti di kamar rawat Tyo, dilihatnya Tante Lily yang baru saja memeriksa ke adaan Tyo, beliau tersenyum saat meliat kehadiran Helia.

"Siang tante." sapa Helia, wajah Helia yang tadinya bahagia berubah menjadi penuh rasa bersalah, "Tan.. maaf, aku udah.." Helia berbicara terpata-pata, gimana tidak merasa bersalah kalo sekarang dirinya lebih meluangkan waktu bersama Tyo dibandingkan anaknya, Alan.

Tante Lily tersenyum, "tante tau kok sayang, teruslah membuat dirinya bahagia." ucap Tante Lily, seolah mengerti maksud Helia, dia pun pergi begitu saja.

Uuhhff.. Helia menarik napas, lega.

Helia tersenyum saat melihat Tyo, walau kondisinya masih sama saja, buruk.
"Hay yo, liat apa yang aku bawa ?" Helia duduk di samping Tyo, dibuka lah kotak yang ia bawa, "taaraaaa.. masih inget ? Masih dong ?"

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang