SUN

351 17 0
                                    

Suara kicawan burung yang berada di samping jendela kamar Helia bersuara sangat indah, burung itu selalu membangunkan Helia di pagi hari, Ditengok jam beker disebelahnya, yang menunjukan pukul lima, Helia segera mengambil air wudhu, lalu bergegas untuk solat, bagi Helia, ini salah satu cara menenangkan diri. sehabis solat ia membuka jendela kamarnya, langit yang tadinya berwarna biru tua mulai berubah menjadi putih, sinar berwarna orange mulai terlihat, ini momen dimana Helia tunggu di setiap paginya, sunrise.

matahari segera terbit, ya tuhan indahnya setiap ciptaanmu.

Cahaya matahari masuk menembus sela-sela ventilasi dan jendela kamar Helia. Pagi ini benar-benar sangat indah, baru kali ini Helia menatap jelas sunrise di kota Jakarta, udara yang sejuk pun membuat Helia semakin menikmati kemunculan sunrise, udara yang dingin pun dikit demi sedikit menjadi hangat karena sinar matahari mulai bersinar menerangi hari ini, ucapan rasa syukur tidak lupa Helia panjatkan.

Setelah melihat sunrise, Helia bergegas menuju kamar mandi untuk bergegas berangkat kuliah
Helia mengingat perkataan Novi, mungkin untuk hari ini ia harus belajar bersikap biasa ke Tyo, seperti Tyo yang selalu bersikap biasa ke dirinya, ya, dia harus menghapus perasaan yang lebih ini ke Tyo.

Helia menuruni anak tangga, wajahnya ceria, tidak seperti biasanya, Helia tersenyum dan mencium kedua orang tuanya, dan juga Rena, sebelum ia duduk di depan meja makan.

"Widih bun, liat wajah kakak, ceria banget, mentang-mentang semalem di samperin cowok tampan." Rena mulai meledek Helia.

"Apaan sih kamu de." Helia menjulurkan lidahnya.

Bundanya tersenyum, saat melihat tingkah laku kedua anaknya, "Siapa kak namanya ?" Tanya bunda.

"Alan bun, dia senior aku." Ucap Helia.

Dengan cepat, Rena langsung menghabiskan susu yang ia minum, "Tau nggak bun itu cowok, beuuu ganteng banget bun, Rambo, Dude Herlino, Khrithik Roshan, Brad Pitt, lewat bun." Rena berbicara dengan serius, memastikan ucapannya kali ini benar, sampai berhasil membuat seluruh keluarganya tertawa riang.

"tetap aja gantengan ayah kamu." ledek Bunda sambil mencubit pipi ayah.

Rena dan Helia tertawa, "tapi serius bunda, nih fotonya nih." Rena menunjukan foto dirinya dan Alan yang semalam diambil, "liat bun yang nge-like foto aku, banyak kan ? Kak sering-sering ajak kak Alan kerumah ya, atau jangan-jangan dia pacar kakak ya ?" Rena melotot ke Helia.
"... tapi nggak mungkin, mana mau dia sama kakak, kakak kan pacarnya buku." Ujar Rena, sambil tertawa jahat. Helia yang merasa kesal, langsung melemparkan roti kearahnya, hingga berhasil terkena mukanya Rena, alhasil membuat Helia tertawa puas.

Bunda yang mengetahui tingkah anaknya langsung memarahinya, "Kakak apa-apaan sih, makanan di lempar-lempar. Kamu lagi Rena, emang kenapa kalo dia suka sama kakak kamu ?" Ucap Bunda.

"Dia iri Bun, pacar dia kan jelek-jelek." Sindir Helia tidak lupa ketawa jahatnya yang ia tunjukan.

Rena yang merasa tidak terima dengan perlakukan Helia, segera membalas perlakukan Helia dengan cara yang sama, tetapi belum sempat ia melakukan nya, Bunda sudah menahan tangannya dan melotot kearah Rena untuk memberi peringatkan agar tidak melakukannya.

"Tyo kok jarang kesini Hel ?" Tanya ayah.

Helia terdiam sejenak, "di..dia sibuk sama tugas kuliahnya kali yah." ujar Helia asal menjawab.

Ayah hanya mengangguk mengerti, Suasana kembali Hening, sampai Bi Inah datang memberi tahu bahwa ada tamu di depan. Bunda pun segera keluar untuk menemui tamu itu.

"Sini masuk Nak, kita sarapan bareng." suara bunda terdengar dari meja makan. Hati Helia mulai bertanya-tanya, bunda bicara sama siapa ? Jangan-jangan... ?

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang