Love you..

401 21 0
                                    

Setelah acara pemakaman, Helia segara pulang dan mengganti bajunya, ia tetap harus menghadiri acara pemeran Tyo.

cafe terlihat sepi, mungkin tidak semua orang yang diundang Tyo, lagi pula sore ini hujan begitu deras, mungkin mereka semua akan datang telat, pikir Helia.
Hanya ada seorang waiters perempuan yang sejak tadi berdiri di depan pintu cafe,

"Mbak Helia Nikolas ?" Ucap waiter itu.
Helia mengangguk pelan, "saya turut beduka mbak atas meninggalnya Mas Tyo." Ucapnya lagi. Helia menarik nafas panjang, berusaha tidak terlarut dalam kesedihannya lagi, lagi-lagi Helia hanya membalas senyuman, "dimana yang lain ?" Tanya Helia.
"Mbak Helia tamu pertama di acara ini. Sebelumnya Mas Tyo sudah menentukan acara ini resmi di buka hari esok untuk para undangan lainnya." Ujar waiter itu, sambil menunjukan arah pameran Tyo.
Helia masih tidak mengerti maksud dari semua ini.

Helia terkejut saat melihat hasil potretan pertama Tyo yang bertema SUN☀, terdapat foto seorang gadis kecil sedang melebarkan tangannya ke arah sunset, gadis itu adalah Helia, dalam foto ini tertulis, "ini pertama kalinya, aku menyukai sunset, dan untuk pertama kalinya aku mencintainya."

Helia berjalan lagi ke foto selanjutnya, matanya dibuat nangis lagi, saat dirinya mengetahui bahwa semua hasil potretan Tyo adalah, foto-foto Sunset dan sunrise yang selalu Tyo tunjukan ke Helia sewaktu kecil.

Helia mengusap lembut foto yang berukuran paling besar di situ, sesekali pikirannya melayang-layang, berusaha mengingat kenangan yang menurutnya tidaklah penting, tapi justru hal itu menjadi kenangan paling penting saat ini.

foto itu adalah foto dirinya bersama Tyo, terlihat jelas senyum Tyo yang manis, dan wajahnya terlihat tampan, tepat di sampingnya Tyo adalah Helia, ia merangkul bahu Tyo, di foto itu mereka berdua terlihat sangat bahagia, foto itu diambil sebelum Helia pindah ke Bandung.

"Andai aku bisa mengembalikan senyum itu." Ucap seseorang, yang baru saja tiba tepat di belakang Helia yang sedang melamun dalam hasil foto itu.

Helia tersadar, "kak Alan ?" Ucapnya kaget.
Alan tersenyum memandang Helia, "aku tetap disini Hel, sulit rasanya bohongin perasaan ini, aku sayang kamu Hel." Alan langsung memeluk Helia,

Helia tersenyum, "aku pikir bukan mudah untuk mencintai seseorang yang bukan kita cinta, tetapi hal itu akan mudah jika kita menjalaninnya." Ujar Helia.

☀☀☀☀

Dua tahun kemudian...

Helia terlihat sangat cantik dengan memakai jas putih, yang kini menjadi fasion kebanggaannya.

"Hay sayang, sudah siap ?"

Helia mengangguk kan kepalanya pelan, lalu tersenyum. Ia melepaskan Jas putih kebanggaannya.

Sore ini terlihat sangat cerah, awan-awan mulai berganti warna, hembusan angin pun membuat pohon-pohon ikut menari-nari.
Helia datang memberikan serangkaian bunga mawar merah.
Sesekali ia memejamkan matanya untuk berdoa, dan untuk mengungkapkan rasa kangennya, karena mendoakan adalah salah satu cara untuk memeluknya dari jauh, dan dengan cara mengingatnya adalah cara untuk merasakan kehadirannya.

"Dia siapa ?" Tanya anak laki-laki yang berada di samping Helia.

Helia hanya tersenyum, lalu memeluk anak laki-laki itu.

"Kenapa nama dia sama dengan nama aku ?" Tanyanya lagi.

"Dia orang yang berarti di hidup mamah kamu sayang, dia sahabat terbaik mamah, nama kamu memang di ambil dari namanya, papah berharap kamu akan menjadi sepertinya, pria yang sabar, dan tidak pantang menyerah." Ujar seorang pria sambil mengusap setiap helai rambut anak pria kecil yang berada tepat di sampingnya.

Anak itu tersenyum, sambil mengusap nisan itu yang tertulis nama ADITYO PUTRA.

"Al, ayo."

"Kalian duluan aja, tunggu mobil." Ucap pria itu. Pria itu adalah Alan, yang sekarang resmi menjadi suami Helia.

"Ayo Tyo kita ke mobil duluan." Helia mengendong anaknya, meninggalkan Alan sendiri di pemakaman,

"Thanks yo, lo sudah ngenalin Helia ke gue, gue janji akan selalu menjaganya." Alan tersenyum, lalu pergi berlalu meninggalkan makam Tyo.

☀☀☀☀

Helia dan Alan sedang asik menikmati sunset di pinggir pantai, sambil melihat anak laki-laki hasil buah cintanya yang sedang bermain pasir bersama dua anak kembar perempuaan, buah cinta Novi dan Hendi, sedangkan Sifa lagi sibuk menimang-nimang anak lelakinya yang baru berusia 6 bulan, dengan Lukman.

mereka semua terlihat bahagia dengan keluarga kecil mereka, begitu juga dengan Sandra, walau dia baru saja menempuh hidup baru, tapi Sandra dan Vero sangat terlihat bahagia dan romantis, hobby mereka pun sama, sama-sama menyukai dunia fotografi.

Mencintai sendirian tuh memang sangat menyakitkan, di cintai seseorang pun terkadang sering terjadi tidak kesesuai, tapi jika saling mencintai dan saling di cintai, rasanya sangat indah, bukan ?
Bahagia itu sederhana, sesederhana hembusan angin yang tak terlihat, namun terasa sejuknya.

-THE END-

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang