Jatuh Hati

325 13 0
                                    

Alan memberhentikan motornya,
"kenapa berhenti kak ?" Helia panik karena ini bukan arah jalan kerumahnya, Helia melihat disekelilingnya penuh pohon alang-alang dan bukit kecil di depannya, ia semakin panik mukanya memucat.

Ya tuhan ini apa lagi, ku mohon bisa tidak kali ini kabul kan doaku, jika Alan bertindak macam-macam, aku berharap Tyo disini.

Alan tertawa saat melihat wajah Helia mulai memucat, "Tenang aja Hel, gue nggak akan ngapa-apain lo, gue bukan penjahat kok, dikit lagi kita sampai, gue cuma minta lo tutup mata, please." Alan memohon.

Helia benar-benar panik, kenapa juga Alan menyuruhnya untuk tutup mata ? Memangnya apa yang mau dia tunjukan ke Helia ? Sebelum Helia menutup matanya, ia mengeluarkan sebuah kamus yang cukup tebal dari tasnya, Helia mengingat perkataan Tyo, "buat apa lo beli buku setebal ini, emang bakal lo baca ?, maling di pukul pake ini juga langsung pingsan."
Helia sudah sigap jika Alan melakukan hal yang macam-macam padanya, ia tidak segan-segan akan memukul Alan pakai kamus ini.
Alan hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Helia.

Motor Alan mulai melaju kembali, Helia mulai menutup matanya, walau terkadang ia suka membuka matanya sedikit untuk mengintip dimana keberadaannya.

Alan mulai memberhentikan kembali laju motornya,
"Jangan berani-berani buka mata !" Alan mulai membantu Helia turun dari motor, tangan kirinya memegang erat tangan Alan, sedangkan tangan kanannya tetap memegang erat kamus.
"Pelan-pelan." Alan mengajak Helia berjalan beberapa langkah dari pertama kali ia dan Helia turun dari motor.
"Tunggu lima menit lagi, ini bakal sempurna." Ujar Alan, dipeganglah tangan kiri Helia, sedangkan Helia tetap menutup matanya sesuai perintah Alan.

Entah apa yang Helia rasakan saat Alan memegang tangannya, terasa hangat dan nyaman, bahkan ia sudah tidak merasa takut apa yang sebenarnya Alan rencanakan, yang jelas Helia berfikir bahwa Alan pasti tidak akan melakukan hal yang macam-macam padanya.

"Kak Alan ini nggak lucu, bisa sekarang aja nggak buka matanya ?" Helia berbicara bernada kesal.
"Yaudah, buka mata lo sekarang."
Helia membuka matanya pelan-pelan, Helia terkejut dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Kak Alan, ini..., sempurna." Helia tersenyum bahagia, untuk pertama kalinya Helia menatap Sunset seindah ini, kelihatan begitu jelas, awannya berwarna putih, merah, pink dan matahari yang mulai terbenam, berbentuk setengah lingkaran berwarna orange, yang membuat pemaduan warna yang semakin indah dipandangnya.
"Ini yang aku inginkan, gimana kakak tau, aku sangat suka jika memandang sunset." Helia memandang Alan penuh tanda tanya.

"nama Helia diambil dari bahasa latin yang artinya sinar matahari, begitu juga gue Hel, nama gue Alan yang artinya sinar matahari." Alan kembali mematap Helia, untuk memastikan bahwa kali ini dia berkata jujur.

Helia terkejut, mukanya terlihat bodoh sampai membuat Alan tertawa.

"Lo nggak percaya, tanya aja nyokap gue, lo juga boleh searching di google." Alan memperjelas.

Helia tersenyum, ia benar-benar tidak menyangka, bahwa nama mereka berdua memiliki arti yang sama, sinar matahari, "Wow berarti arti nama kita sama ?"
Helia tersenyum lebar, ia jatuhkan kamus yang ia pegangnya sejak tadi. Helia menari-nari riang, ia benar-benar menikmati suasana saat ini. Bahkan ia bisa melupakan hal yang tadi siang terjadi, dan yang terpenting lagi, pikirannya sudah merasa sedikit tenang, bahkan ia sedikit melupakan rasa cintanya ke Tyo. Alan tidak pernah melihat Helia sesenang ini.

Andai Tyo disini, mungkin kebahagian lo semakin bertambah. Pikir Alan.

"Hel ?" Tegur Alan.

Helia tersenyum, "apa kak ?" Helia terdiam saat melihat wajah Alan yang terlihat jenuh, "Yaampun maaf kak aku asik sendiri, makasih banyak ya kak, sudah ajak aku ketempat ini, ini benar-benar indah."

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang