Kehilangan

244 17 10
                                    

Helia berjalan pelan menuju kolidor yang mengarahkan ke kamar rawat Tyo, Helia berusaha menghapus air matanya, tapi masih saja keluar, berkali-kali menarik nafas agar dirinya tenang.

"Hel...Heliaa." teriak seorang laki-laki dari arah belakangnya, ka Alan. Helia mengucap nama itu dalam hatinya. Mengetahui Alan ada di belakangnya ia pun mempercepat langkahnya.
Setibanya di depan pintu kamar Tyo, dilihatnya tante Rita sedang menangis.

"Tante apa yang terjadi ?" Tanya Helia panik.
Tante Rita tidak menjawab, ia hanya nangis terus menerus. Tiba-tiba tante Lily muncul, wajah tante Lily menunjukan ke sedihan, tapi Helia tidak ingin berprasangka buruk.

"Dokter Rita saya mohon maaf sebelumnya jika harus menyampaikan berita ini. kondisi Tyo semakin parah." Kata-kata yang telontar dari mulut tante Lily berhasil membuat Helia kembali menangis.

Air mata tante Rita mengucur deras, Helia menunduk pasrah, sementara Alan yang baru saja datang, tidak mengetahui apa-apa, hanya terdiam dan bingung.

"Separah apa mah ?" Tanya Alan.

"Tyo sudah tidak mempan diberikan obat-obatan lagi, detak jantungnya pun melemah." Ujar tante Lily

Tante Rita segara menghapus air matanya, berusaha kuat menghadapi cobaain ini. Tante Rita memberikan selembar undangan acara pameran karya Tyo ke Helia, "untuk kamu, untuk wanita yang dia cintai." tante Rita akan berbicara jujur, "dia suka kamu Hel, dia terlihat bahagia di samping kamu, tante mohon, kamu akan selalu disampingnya."

Helia melihat selembar surat undangan yang berbentuk bintang, dan berwarna coklat itu, yang berisi


Helia Nickolas☆
Hari :minggu,28 agustus 2015
Pukul: 15.00


"Al, izinkan Helia selalu di samping Tyo, izin kan mereka bersama." Mohon Tante Rita.

Alan tersenyum kecil, "aku akan pergi ke singapura tante setelah acara wisuda, aku titip Helia, Alan berharap Tyo sembuh." Bisik Tyo, sambil memeluk tante Rita.

Alan mendekati Helia, dipeluklah tubuh Helia yang mungil, "Buatlah dia sembuh, buatlah dia bahagia Hel." sedikit demi sedikit air mata Helia keluar lagi, Helia tidak mampu berbicara lagi, Helia merasa takut kalau Tyo akan pergi meninggalkannya, dan rasa sakit di hatinya pun masih terasa, Helia melepaskan pelukan Alan, saat dirinya sadar bahwa hubungan mereka sudah usai.

Sudah 98% pameran Tyo sudah tersusun dengan rapih, ini semua berkat bantuan tante Rita, Rara, dan Sandra. Surat undangan pun sudah dibagikan ke teman-teman Tyo.
Tyo pun berharap pameran karyanya bisa ia hadiri, walau kondisinya tidak memungkinkan.

"mah.. ? Mamah abis nangis ya ?" Tanya Tyo, saat mamahnya baru saja datang, "Tante lily ? Kondisi Tyo memburuk ya mah ?" Tanyanya lagi, tidak ada jawaban dari sang mamah, "mah tenang aja, orang Tyo baik-baik aja, malah Tyo merasa lebih baik, Tante lily bohongin mamah tuh !" Tyo berusaha bangun dari tempat tidurnya, berusaha membuktikan kalau dirinya baik-baik saja.
"... Mamah jangan nangis lagi, kan Tyo jagoan mamah, inget kan itu ungkapan yang selalu mamah berikan ke Tyo, oh iya mah, Tyo nggak sabar ngelihat ekspresi Helia saat nanti acara pameran, menurut mamah apa Helia akan senang melihat hasil potretan aku ?" Tanya Tyo, sambil tersenyum nakal ke sang Mamah.

Sang mamah hanya tersenyum, lalu menganggutkan kepalanya pelan.

"Mah, Helia semakin cantik ya. Aku senang dia selalu di samping aku saat ini" Tyo berkata terang-terangan pada mamahnya, padahal sejak dulu Tyo tidak pernah curhat pada mamahnya, sekali pun itu tentang Helia, sahabat kecilnya.

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang