Simple Happiness

215 13 0
                                    

Helia merasa lelah dengan semua ini, ia ingin sekali bertemu dengan Sandra, tapi Sandra entah pergi kemana, padahal sudah tiga hari ia tidak kuliah, nomernya pun tidak pernah bisa di hubungi.

Helia terdiam dalam keheningan kamarnya, ia melihat dream catcher yang diberi Tyo saat dirinya ulang tahun, Helia memegang dalam pelukannya dream catcher itu, matanya terpejam disandaran kursi ayunan rotan yang tepat menghadap jendela kamarnya, udara malam yang dingin membuatnya hanyut dalam masa lalu, masa lalu yang begitu bahagia, masa dimana ia masih telihat lugu, rasanya masa itu sangat indah, tidak perlu memikirkan betapa rumitnya soal cinta, punya pacar, atau hal apa pun yang begitu berat, yang ia tahu hanyalah main dan main, tidak seperti sekarang, sejak ia tumbuh menjadi dewasa ia semakin tahu hidup ini berat, hal yang dahulu terlihat sepele sekarang berubah menjadi hal penting, kesedihan, kebahagiaan, kekecewaan, itu menjadi hal mutlak yang dirasaan ketika beranjak dewasa.

Helia sangat rindu Tyo, pria yang selalu ada untuknya, tapi sekarang entah dimana.

☀☀☀☀

Tiga minggu lagi hari wisuda Alan, semua perjuangan suka duka semasa kuliahnya pun akhirnya mampu ia lewati, ia sangat bahagia, ia sudah tidak sabar untuk memakai jas putih dan menolong seseorang seperti sang Mamah.

"Singapure, mamah dan papah sudah menentukannya Alan." Ucap sang Mamah. Suasana menjadi hening saat mendengar keputusan mamahnya yang sudah memberikan tugas untuk Alan bekerja di singapure kelak wisudanya berakhir.

Alan pun tidak bisa menolak keputusan dari kedua orang tuanya, padahal memang ini yang dia harapkan nya sejak awal masuk ke fakultas kedokteran, tapi entah ketika diakhir kelulusannya justru harapan itu musnah, mungkin karena adanya Helia yang masuk dalam ke hidupannya sekarang, rasanya ia tidak sanggup untuk meninggalkan Helia.

Mamah melihat raut wajah anaknya yang terlihat murung, "kamu takut kehilangan Helia ya ?"

Alan hanya membalas senyuman kecil, "Gimana ke adaan Tyo mah ?" Alan mempalingkan pembicaraannya.

"Entahlah sayang, semakin hari kondisinya semakin memburuk, terkadang ia suka menyebut nama Helia. mau sampai kapan kalian bersandiwara seperti ini, walau semua ini ide Tyo, tapi,seharusnya kamu tidak memutuskan untuk ikut membohongi Helia. dalam kondisi Tyo yang seperti ini, dia butuh semangat Al, dan mamah rasa penyemangatnya ya Helia, sahabat kecilnya." Saran Mamah.

Alan meresapi setiap perkataan mamahnya, yang menurutnya semua ucapan mamahnya memang benar.

☀☀☀☀

Hey..
Sandra menyapa ke tiga sahabatnya, dan betapa terkejutnya Helia dengan kehadiran Sandra.

"Lo tiga hari nggak masuk, sekarang lo dateng hanya bilang hey ? Lo kemana aja San ?" Tanya Sifa.

"Emm tiga hari gue sakit, nggak enak badan Sif." Ucap Sandra.

Helia yang sudah muak dengan semua kebohongan yang di simpan Sandra, atau lebih tepatnya Helia ingin kebenaran.
"Buku lo ke tinggalan di gue." Helia memberikan buku milik Sandra, dan Sandra terlihat terkejut, ia langsung mengbolak balik setiap halamannya, Sifa dan Novi tahu apa yang mungkin Sandra cari, tapi tidak ada sedikit pun dari mereka berbicara atau menanyakan apa yang Sandra cari.

"Lo cari ini San ?" Helia memberi amplop itu, "apa maksud semua ini ?, apa ini punya Tyo ?" Nada bicara Helia mulai meninggi, ia benar-benar butuh kepastian.

"Iya itu punya Tyo, maafin gue Hel, gue hanya_" Sandra terdiam sesaat, matanya berkaca-kaca seolah tidak sanggup menahan kesedihanya.

"Hanya apa ?" Helia membentak sahabatnya itu, kebohongan ini berhasil membuat perasaannya sangat hancur.

SUN ☀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang