Part 8 - Bukan Wanita Murahan

40.5K 1K 8
                                    

Bolehkah aku berharap banyak yang respect sama this story? Enggak deh kayaknya. Hehehe. Yaudah yuk cuzzz baca aja cerita ababil ini. Happy reading guys ^_^

Hati hati for typo(s)


* * *

'apakah kebahagiaan itu datangnya selalu satu paket dengan kesakitan? Haruskah?!'

* * *



Kyeza POV

5 TAHUN KEMUDIAN . . .

"Sakti sayang kamu dimana? Kok dari tadi belum keliatan sih? Ini abi udah pulang loh, Sakti ga kangen emang nya sama Abi?"

Aku berteriak mengitari rumah mencari keberadaan Sakti, putra pertamaku.

"Yes Bunda. Im here"Sakti berlari memelukku

"Uhhh anak bunda udah wangi nih. Baru selesai mandi ya sayang? Pantes aja bunda panggil Sakti ga jawab"aku memeluk Sakti sambil mencium pipinya sesekali.

Sakti Putra Agnastan Greedy. Sekarang anakku sudah besar. Sudah lima tahun sejak kau meninggalkan kami. Tapi itu bukanlah masalah bagiku. Aku bisa membesarkan Sakti-ku sendirian. Dan aku tidak membutuhkanmu. Batinku

Air mataku kembali terjatuh seiring terputarnya kenangan itu. Aku hancur. Aku sakit. Aku kecewa. Bukannya aku tidak senang akan kehadiran Sakti. Aku sangat senang dan sangat bahagia. Aku merasa telah sempurna sebagai seorang wanita. Memiliki putra yang tampan dan sangat cerdas. Aku tidak pernah menyesal telah melahirkan Sakti kedunia ini. Sama sekali tidak! Namun yang membuatku menyesal adalah kenapa Sakti harus ada dengan cara seperti ini? Kenapa Sakti ada disaat ayahnya tidak menginginkannya? Kenapa harus Sakti yang menjadi akhir pembalasan ini? Kenapa kenapa dan kenapa? Dan kenapa aku tidak pernah merasakan kebahagiaan? Bahkan disaat sedang tersenyumpun penderitaan itu masih terasa. Kenapa?

"Bunda? Kau kenapa? Kau terlihat sedih. Kenapa bunda bersedih?"Sakti mengusap pipiku yang dipenuhi air mata

"Ahh tidak bunda tidak sedih sayang. Bunda tidak apa apa"aku menghapus sisa air mataku di pipiku. Aku tak ingin Sakti melihatku rapuh seperti ini. Aku hanya ingin Sakti melihatku kuat dan selalu tersenyum hangat kepadanya.

"Kau tidak perlu berbohong bunda. Jelas saja kau itu bersedih. Kau sama sekali tidak tersenyum dan aku juga tidak tersenyum ketika aku sedang sedih"Sakti memeluk leherku.
Putraku ini memang sangat cerdas. Dia bisa memahami keadaan sekitarnya dan memikirkan apa yang menarik perhatiannya dan yang seharusnya tidak terpikirkan oleh anak anak seusianya.

"Serius. Bunda tidak sedih sayang. Itu hanya perasaanmu saja"elakku

"Ekheeemmm... Ternyata disini jagoan abi? Daritadi abi cariin ternyata sama bunda hemm? Emang Sakti ga kangen sama Abi? Haaapp"Rezi datang dari belakang dan mengambil alih Sakti dari pelukanku

"Abiiii... Sakti kangen sama abi.. Abi kenapa pulangnya lama?"Sakti memeluk leher Rezi erat

"Hehehe maafkan abi sayang. Pasien abi sangat banyak sehingga harus pergi selama satu minggu ini. Kau dan bunda apa kabar selama abi tinggalkan? Apakah bunda nakal?"bisik Rezi dikalimat terakhirnya

"Enak saja kau mengataiku nakal!! Awas saja ya Rezi..."ancamku. Jika sudah seperti ini dapat aku pastikan bahwa Sakti akan lebih peduli kepada abinya daripada aku

"Hihihii bunda dan abi bertengkar seperti anak kecil saja. Lucu hihihi"Sakti terkikik ketika melihat muka melas Rezi yang mendapat gertakanku

"Sakti,, sejak kapan kau menjadi pembela bunda? Kau itu satu tim dengan abi. Ini tidak fear. Ternyata kau berhasil merebut timku bunda"rajuk Rezi yang membuat aku tertawa geli melihat ekspresinya

Love After Making LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang