-
Kyeza POV.
DUA BULAN KEMUDIAN . . .
Hari ini tepatnya dua bulan aku adan Sakti pindah ke Indonesia. Tak terasa waktu cepat berlalu.
Setiap harinya Erik selalu mengunjungi Sakti dan akan pulang setelah Sakti terlelap.
Jujur saja melihat perlakuan Erik pada Sakti membuatku sedikit tersentuh. Aku tidak menyangka bahwa dia benar benar menyayangi anakku. Setiap harinya kami selalu bergantian mengantar dan menjemput Sakti ke sekolah. Terkadang dia yang mengantar Sakti sekolah dan aku yang menjemputnya pulang, atau sebaliknya.
Hal itu kami lakukan dengan senang hati karena Kami menyadari, Sakti masih kecil dan dia membutuhkan figur orang tua yang lengkap. Kami berjanji akan memenuhi kebutuhan Sakti selagi kami mampu, dan akan mencurahkan seluruh kasih sayang yang kami miliki untuk Sakti. Meskipun kami tidak bersama, bukan berarti Sakti harus kehilangan kasih sayang yang utuh dari ayah dan ibunya, kan?Sekarang aku juga sudah kembali memimpin perusahaan papa.
Disana aku kembali menempati jabatanku sebagai Direktur Keuangan.
Refnia -sahabat manisku- sangat gembira saat aku kembali ke perusahaan. Dan juga untuk kalian ketahui, sekarang Axton dan Refnia yang -katanya- dulu sering bertengkar itu sudah menikah bahkan Sedang menanti kelahiran anak pertama mereka. Jodoh memang tak kemana kan?Saat ini aku sedang mempersiapkan peralatan yang akan ku bawa ke kantor. Sesuai jadwal, hari ini aku yang akan mengantar Sakti sekolah, Maka dari itu aku akan berangkat lebih awal untuk menghindari kemacetan dan tidak telat sampai ke kantor.
"Bundaaaaaa!!!!"
Suara teriakan Sakti menggema di kamarnya bahkan sampai ke kamarku. Sepertinya Sakti membutuhkan sesuatu sampai sampai dia berteriak sebegitu kencangnya. Aku berjalan cepat menuju kamarnya. Aku membuka kamar Sakti.
"Ada apa sa--- Astaga Sakti!!!"
Ucapan ku terhenti berganti dengan teriakan khawatir sekaligus terkejutku. Bagaimana tidak, sekarang baju Sakti sudah dipenuhi oleh bercak merah yang sepertinya.... Darah?!
"Bunda bagaimana ini? Hidungku sakit sekali dan bajuku kotor terkena darah"ucap Sakti sambil memegang hidungnya yang berlumuran darah. Aku berjalan mendekatinya
"Apa yang terjadi Sakti? Apakah kau sakit? Atau tadi membentur sesuatu? Badanmu juga tidak panas, malah terlihat pucat"ucapku Khawtir setelah menempelkan tanganku di dahi Sakti yang tidak panas, dan melihat wajahnya yang pucat membuatku semakin cemas
"Aku tidak tahu bunda, hanya saja sejak seminggu yang lalu kepalaku sering pusing, tetapi hidungku tidak pernah berdarah"keluhnya
"Apa?! Seminggu yang lalu?? Dan kau tidak memberi tahu bunda??? Kau ini kenapa Sakti? Kau membuat bunda khawatir. Sekarang ikut bunda, kita akan berobat"ucapku menaham emosi dan kangsung menggendong Sakti
Aku mendudukkan Sakti di bangku penumpang dan aku sendiri dusuk dibalik kemudi lalu melajukan mobil menuju rumah sakit. Sebelumnya aku juga sudah menelpon Erik, dan dia berkata akan datang secepatnya.
Aku mengendarai mobil secara cepat karena aku tidak tahan melihat keadaan Sakti, ditambah lagi wajahnya yang semakin ouat menambah ke-khawatiranku
Aku memarkirkan mobilku dengan cepat di areal parkir dan langsung berlari masuk kedalam rumah sakit itu. Disana kulihat berdiri Erik tepat di ruang gawat darurat, dia menghampiri kami dengan raut tak kalah kusutnya.
"Ayo, kesana"ucapnya menunjuk ruangan UGD sementara beberapa perawat membawa Sakti memasuki ruangan itu sedangkan aku dan Erik disuruh menunggu diluar
"Apa yang terjadi?"ucap Erik
"Tadi pagi ketika aku tengah bersiap siap untuk mengantarkan Sakti, tiba tiba saja Sakti berteriak memanggilku. Aku sendiri awalnya tidak tahu karena tak biasanya Sakti berteriak teriak seperti itu. Lalu aku menghampirinya, disana ku lihat baju Sakti sudah terkena darah dan hidungnya juga terus mengeluarkan darah. Ketika aku tanya, Sakti bilang dia sering pusing dalam minggu ini, dan dia tidak memberi tahuku.. Aku takut Rik.. Hikss,, Aku takut..."aku menjelaskan peristiwa tadi pagi diiringi isakan ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Love After Making Love
Storie d'amoreLove After Making Love. Cinta setelah Bercinta. Mungkin ini terdengar gila. Namun Kyeza telah membuktikannya. Dia mulai mencintai pria itu setelah kegiatan gila yang mereka lakukan. Kehancuran yang menimbulkan kebencian membuat Kyeza terpaksa menjau...