Twelve

9.9K 662 1
                                    

Author pov

"tante, aku pamit dulu ya!" prilly berpamitan kepada budhila yang berada dengannya didepan pintu.

"nanti dong prilly, tante masih seneng ngabisin waktu sama kamu!" ucap budhila dengan wajah memelas.

"mungkin bisa besok tante. Abis ini udah malem banget" ucap prilly lalu melirik jam tangannya. Sudah pukul 21.15.

"yaudah deh, tapi janji ya, besok kesini lagi!" ucap budhila yang terlihat pasrah dengan kepergian prilly.

Prilly mengangguk sembari tersenyum manis, "iya tante. Yaudah aku pamit dulu ya"

"iya. Hati-hati ya. Li kamu anterin prilly, sampai kedepan pintu ya!" ucap budhila kepada ali yang sedari tadi berada disamping prilly.

Seperti biasanya ali hanya berdehem dingin tanpa ekspresi.

Ali lalu menarik pelan tangan prilly menuju motornya. Lalu naik diikuti prilly. Prillpun yang melihat raut wajah ali hanya mengikuti saja.

=====

Ali pov

Setelah lama tak bertemu mama, kini aku bertemu lagi dengannya. Rasanya seperti orang yang baru lagi.

Saat bersama prillypun terlihat wajah mama yang berbinar bahagia. Walaupun wajah lelahnya masih terlihat jelas. Tapi aku cukup bahagia melihat mama dan prilly yang terlihat langsung akrab.

Aku memfokuskan kembali pandanganku kembali kejalanan malam saat ini. Rasanya aneh sekali, aku mencoba mengingat-ngingat kembali jalanan ini.

Damn! Ini jalanan dulu ketika aku masih suka balapan.

Bremmm....Bremmm
Ckkkkktttttt.....Ckkkkktttttt...

Suara motor terdengar jelas. Rasanya aku rindu balapan. Ketika aku hendak membelokan motorku kearah suara tiba-tiba aku teringat aku sedang membocengi prilly. Dan sepertinya ia ketakukan, terlihat bagaimana ia memegang ujung jaketku kuat-kuat.

"li, itu suara apa? Kok bising sih?" nahkan, prilly pasti ketakutan.

"mmm, gak tau juga. Kita lihat ya?" tanyaku, aku berbohong. Maaf prilly. Ini hanya sekali. Rasanya jiwa pembalapku ini sedang bergejolak.

"ta..tapiii... Yaudah deh!" ucap prilly yang sepertinya sudah pasrah ketakutan.

Aku cepat membelokan motorku ketempat arena balap. Dan benar saja kulihat banyak sekali orang bertepuk tangan sambil berteriak-teriak histeris. Tapi bersamaan dengan itu, tangan prilly tambah kuat memegan ujung jaketku.

Aku memberhentikan motorku didekat pohon tak jauh dari riungan orang-orang tadi.

"udah, gak usah takut. Ini cuma balapan liar biasa kok.... Kamu tenang ya, kan ada aku" ucapku menenangkannya. Tapi bukannya tenang, prilly malah mebelalakan matanya.

"li.. I..in..ini balapan...."

"ali......" belum sempat prilly melanjutkan perkataannya sebuah suara memanggilku. Itu suara.... Brian.

Aku menoleh keasal suara, dan benar itu brian berjalan menghampiri aku dan prilly yang diam mematung.

"eh li, akhirnya lo kesini juga. Eh prill, kesini juga? Li bentar lagi, putaran terakhir, lo main ya? Si revan aja main, masa lo nggak? Iya gak?" Benar juga! Aku rindu tak bermain. Tapi ini beda, aku kesini bersama prilly. Dan kelihatannya prilly ketakutan.

"udah soal prilly gue yang jagain. Iyakan prill?" aku menatap prilly, dia diam dengan wajah seolah berkata 'jangan'. Tapi kemudian dia mengangguk pelan. Lucky!

"yaudah, brian tolong lo jagain prilly ya! Tapi awas, dia punya gue" ucapku yang diakhiri tawa.

Aku melajukan motorku ke garis start. Dan oh iya, aku hampir melupakan albert! Dia juga sudah terlihat berada di sampingku. Hah, tak akan kau kubiarkan menang lagi, dasar brengsek!

"1...2...3...!"

Aku melajukan motorku sekencang-kencangnya. Kini albert yang berada dibelakangku. Hahaha,,, rasakan itu!

=====

Suara tepuk tangan riuh mengelilingiku. Yap! Kali ini aku menang dalam balapan malam ini. Beberapa orang memberiku ucapan selamat.

"wah, bro, gue tau lo itu lebih hebat dari si brengsek albert!" ucap revan sambil menepuk pundakku.

"pastinya, bro! Eh, lo liat brian gak? Tadi gue suruh dia buat jagain prilly?" ucapku sambil mengedarkan pandangannya keseliling.

"wah, lo bawa prilly kesini, li? Wah, gila lo! Parah banget si lo" aku mengerutkan kening, "emangnya kenapa?"

"bahaya tau! Apalagi mungkin prilly belum biasa ke tempat ginian, gimana kal....."

Brakkkkkk

Belum sempat revan melanjutkan ucapannya. Suara keras membuatku, revan, dan juga beberapa orang disini menoleh.

Sebuah truk besar seperti menabrak seseorang. Aku mengalihkan pandangankku kepada seorang gadis yang terpental beberapa meter dari bamper truk. Tapi,,,,, tidak! Itu prilly. GADIS YANG TERTABRAK ITU, PRILLY!

Aku tak mempedulikan lagi orang yang ada didekatku. Aku berlari secepatnya kearah prilly. Saking cepatnya, aku merasa badanku terbang.

Badan dan kakiku lemas seketika. Aku melihat orang yang baru menyelami hatiku terkapar dengan darah yang memenuhi seluruh badannya. Air mataku tak kuasa lagi kubendung. Bodoh sekali rasanya aku, meninggalkan prilly ditempat seperti ini.

Aku segera mendekap prilly kedalam pelukanku. Berharap dengan pelukanku ia akan sadar. Tapi nihil, ia sama sekali tak bergeming.

Air mataku tak kuasa lagi kutahan. Aku menangis sejadi-jadinya. Oke, sebut saja aku cowo tercengeng didunia. Tapi melihat keadaan seseorang yang kita cintai seperti ini. Kuyakin pasti kalianpun melakukan hal yang sama,bukan?

"prilly sayang bangun. Bannngggguuunnnnn..........!" pekikku aku tak tau lagi harus bagaimana sekarang. Ku guncangkan badannya yang lemas tak berdaya. Oh Tuhan, aku tak akan ada didunia ini lagi jika benar terjadi apa-apa dengan prilly.

Aku terus mengguncangkan badannya dengan tangis yang belum reda. Aku menyesal, prilly!

Tiba-tiba hujan deras mengguyurku, seolah tau apa yang ada di dalam diriku sedang kacau. Bersamaan dengan itu aku mendengar suara ambulan mendekat. Aku lihat beberapa orang mendekat dengan mendorong bangker. Tapi setelah itu aku tak tau apa-apa lagi.... Penglihatanku menggelap dan aku tak sadarkan diri.

Loha,,,loha. Maaf, feel nya mungkin gak dapet! Tapi aku makasih sama readers yang sudah berbaik hati memberiku bintang disetiap chapternya.

Oh dan iya, SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA. Selamat berqurban, jangan lupa kasih vote nya juga ya!

Salam Racer!

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang