Prilly pov
Ramai...
Bising...
Hura-hura...
Dan, so hot...Itulah keadaanku sekarang. Berada didalam sebuah club. Bersama albert, pria yang kemarin mengajakku balapan dan dengan bangganya aku kalahkan.
"prill... Lo kok diem aja sih?" lamunanku buyar, setelah sebuah suara mengejutkanku dan tangan yang memegang bahuku.
"eh... Nggak. Mungkin cuma agak asing aja sama suasana disini!" aku membalas dengan senyuman tipis.
"oh gitu. Yaudah gabung bareng kesana yuk? Disana lebih rame daripada diem sendirian disini" ucap albert sambil menunjuk beberapa orang yang sedang tertawa. Dan kuyakin... Dibawah pengaruh minuman atau obat-obatan terlarang.
"nggak. Gue disini aja! Gak papa, lagian disana sama aja kali buat gue" ucapku tersenyum miris.
"udah, lo ikut gue aja sini..."
"tapi..."
Belum sempat aku berkomentar dia sudah menarik cepat pergelangan tanganku. Alhasil, aku hanya mengikuti nya.
"hai, guys" sapa albert kepada beberapa orang yang sedang tertnawa dihadapan kami. Lantas mereka menoleh pada kami. Aku jadi kikuk sendiri melihat beberapa tatapan berbeda dari mereka.
"weeittsss... Siapa ni, bert?" seorang pria yang duduk tepat didepanku bertanya sambil mengedipkan mata jahil.
"kenalin dia prilly, temen baru gue. Dia yang kemarin balapan sama gue dan ngalahin gue dengan mudahnya. Maka dari itu, gue ngajak dia kesini sebagai ucapan selamat sekaligus hadia juga" ucal albert panjang kali lebar.
"Woww... Lo ngalahin albert? Sumpah, gila jago bener lo!" lalu pria yang duduk dipojok sofa yang berbentuk bundar ini bertanya dengan hebohnya.
Aku balas dengan senyuman lembut. Memangnya apa kejagoan dari pria ini? Tanyaku dalam hati.
"yaudah, prill, sini lo duduk deket gue" albert menarikku untuk duduk disampingnya.
Aku tak bisa menolak karena memang aku bingung harus duduk dimana, "lo mau minum?" albert menyodorkan segelas kecil bir kepadaku.
"nggak! Lo aja, gue gak biasa minum yang gituan" ucapku sambil menutup mulut. Tapi kedengarannya kok aku jadi cemen banget ya?
Albert tertawa, "hah? Sumpah lo belum pernah nyobain bir?" aku menggeleng, lagi dan lagi albert kembali tergelak, "yaudah, nih, lo harus coba. Dan gue yakin rasanya gak seburuk yang lo bayangin" albert kembali menyodorkan minuman berakohol itu kepadaku.
Akhirnya dengan ragu-ragu aku mengambilnya, "gue coba" ucapku perlahan.
Aku mendekatkan gelas kecil itu kearah bibirku. Aromanya yang menyengat langsung mengeruak dihidung dna juga paru-paruku. Tanpa sadar aku menutup mataku sambil terus mendekatkan gelas itu ke bibirku.
Perlahan aku minum bir itu. Aku mengecap-ngecap rasanya. Benar, ini tak seburuk apa yang aku bayangkan.
"gimana? Gak buruk kan?" tanya albert. Aku membuka mataku lalu mengangguk sambil tersenyum. Aku kembali meminum bir itu. Mungkin benar, jika seseorang sudah berdekatan dengan narkoba. Kecanduan adalah jawaban dari rasanya dan juga efeknya.
"tambah?" albert mengacungkan sebotol bir sambil menatapku yang sudah setengah sadar ini. Tanpa pikir panjang aku mengangguk. Albert menuangkan cairan itu kedalam gelas ku lagi. Mungkin ini akan menjadi masalah besar tapi... Sangat sayang apabila diakhiri.
Mataku berkunang-kunang. Kepalaku terasa pusing dan berdenyut setelah aku meminum hampir sebotol bir itu. Aku bersandar pada kursi dan mata yang setengah terpejam. Duduk tak berdaya seperti ini sungguh tak mengurangi rasa berat di kepalaku. Perlahan-lahan mataku tertutup. Dan setelah itu kegelapan dan kedamaian menyambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY RACER
FanficAku begitu membenci dunia malam. Dunia itu seperti neraka dunia bagiku, tapi apa yang terjadi denganku jika aku masuk kedalamnya? (Prilly Diza) Dunia malam adalah duniaku. Dunia seperti candu untukku. Balapan adalah hobbyku. Tapi bagaimana jika aku...