Author pov
"gue yang akan ikut balapan!"
Ucapan prilly menggema, membuat ali yang ingin melontarkan perkataannya pun diam.
"apa?! Nggak, prill itu bahaya banget!" ucap ali sambil mengenggam tangan prilly erat.
"nggak. Gak papa kok, dulu aku sering bawa motor, apalagi sport. Jadi aku udah biasa, kamu jangan khawatirin aku lagi ya?" ucap prilly meyakinkan. Matanya menyorotkan ketegasan.
"tapi aku gak rela kalo terjadi apa-apa sama kamu. Prill, ini tuh bahaya. Please... Dengerin aku!" balas ali. Tak percaya apa yang diucapakan prilly barusan. Terlalu bahaya baginya jika orang yang dicintainya ikut masuk kedalam dunia malamnya.
Tangan prilly terangkat, menangkup wajah ali yang sudah tercampur emosi dan kekhawatiran, "li, dengerin aku. Aku gak mau pacar aku direndahin kayak gitu. Kamu pacar aku, aku pacar kamu. Bukannya dalam hubungan itu butuh kepercayaan? Aku mau kamu percaya sama aku kalo aku bisa! Dan kamu cukup doain aku, ya?" ucap prilly lembut namun penuh keyakinan.
"tapi... Ak...."
Prokkk,,,Prokkk,,,
"bagus, bagus! Jadi kalian gak ada yang jadi tanding? Well, berarti kalian harus tanggung resikonya. Jadi gimama deal?" ucap albert yang dari tadi hanya melihat adegan saling khawatir pasangan dihadapannya.
"nggak! Gue yang ikut balapan!" ucap alu dan prilly barengan.
Ali menatap prilly yang juga menatapnya tak percaya dengan ngotot pacarnya.
"li... Please... Izinin aku buat kali ini aja!" ucap prilly.
Akhirnya dengan nafas kasar yang ia hembuskan, ali merubah tatapan tajamnya menjadi lembut.
"aku gak mau kamu kenapa-napa. Tapi kalo itu mau kamu dan kamu yakin buat ngelakuin itu, aku cuma bisa harap kamu berhasil" ucap ali akhirnya. Sorot matanya tetap saja mengisyaratkan kekhawatiran.
Sontak ucapan ali membuat prilly memeluknya erat, walaupun ia tahu pacarnya masih menyiratkan kekhawatiran padanya walaupun lewat sorot matanya saja.
"makasih udah percaya sama aku" ucap prilly tulus.
"itu kewajiban aku buat selalu percaya sama kamu" balas ali tak kalah lembut.
"oke, oke, gue rasa cukup buat kalian adegan dewasa gini. Jadi udah siap?" albert kembali berucap dengan nada meledek.
"yes, i am" ucap prilly, ia melepas pelukannya kepada ali.
"okay. Good girl"
=====
Grung-an motor berbunyi nyaring digaris start. Tatapan tajam pun saling dilemparkan oleh orang dibalik kendali stang motor.
"udah siap?" seperti biasa, seorang wanita cantik menengahi dengan dua bendera diangkat-angkat.
Wajah prilly yang tertutup helm fullfacenya serta sudah naik motor sport ali, tentunya, mengangguk.
Sementara, disebelah prilly, albert yang juga sudah siap dibalik helm fullfacenya meliril sinis prilly. Namun dengan seringaian meledek.
"oke, 1... 2... 3..."
Wanita itu mengangkat bendera tinggi-tinggi.
Secepat kilat keduanya memacu motor yang dikendarainya dengan teramat cepat. Mata prilly terfokus hanya kepada tiga titik saja, yaitu kesatu jalanan, kedua posisi albert dan ketiga alinya.
Setelah beberapa kali motor keduanya berputar mengelilingi lap, akhirnya garis yang dituju-tuju mereka berdua sampai didepan mata.
Prilly melirik sekilas kearah albert yang masih berada dibelakangnya.
Didalam hati prilly bersorak bahwa ia sudah berhasil mendahului albert. Pria yang belum lama ia kenal. Bahkan namanya pun ia tak tahu.
Tinggal satu lap, prilly semakin mendekati garis finish, sementara albert berusaha mencari celah agar ia bisa mendahului prilly. Tapi prilly tak semudah itu, membiarkan lawannya mendahuluinya begitu saja.
Dan tinggal sekarang...
Yaps! Prilly berhasil mendahului garis finish. Lalu disusul albert yang langsung membuka helmnya. Dan terlihat dengan jelas. Rahangnya mengeras.
Maaf digantung aku ngantuk. Happy satnight.
Salam Racer!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY RACER
FanfictionAku begitu membenci dunia malam. Dunia itu seperti neraka dunia bagiku, tapi apa yang terjadi denganku jika aku masuk kedalamnya? (Prilly Diza) Dunia malam adalah duniaku. Dunia seperti candu untukku. Balapan adalah hobbyku. Tapi bagaimana jika aku...