Eight

12.3K 805 1
                                    

Author pov

Hampir 2 minggu ini mereka semakin dekat. Bahkan sangat sangat dekat. Tetapi, masih dengan diamnya.

Hari ini, ali mengajak prilly menemaninya bertemu dengan temannya. Setelah dengan susah payah, akhirnya ali berhasil mengajak prilly menemaninya. Ya, sebelumnya prilly menolak dengan berbagai alasan seperti, malulah, gak enak sama teman kamulah, dan lain sebagainya.

"Pagi" sapa ceria prilly kepada ali saat mereka berada didepan rumah prilly.

"pagi, prill, lo ini bener prilly kan?" tanya ali kepada prilly memastikan. Ia benar-benar takjub sekarang. Prilly, teman dekatnya hampir 2 minggu ini sangat cantik sekarang. Dress biru tosca selutut sangat melekat indah ditubuhnya, ditambah rambutnya yang dibiarkan terurai menambah kecantikannya.

"iyalah, emang kenapa? Ada yang salah ya? Kalo gitu aku gak jadi ikut ya?" tanya prilly bertubi-tubi, ia merasa tak enak sekarang. Apalagi melihat ali, yang melihatnya dari atas sampai bawah tanpa berkedip sambil tersenyum-senyum tak jelas.

"eh, nggak, bukan gitu. Lo cantik, prill" ucap ali yang membuat prilly malu sekaligus heran.

"cantik? Ah, kamu bisa aja deh, li" ucap prilly, ali baru kali ini ia menatapnya berbeda. Walaupun, kata memuji seperti tadi sangat sering ali utarakan pada dirinya.

"enggak, gue serius, prill" ali menatapnya tajam kini, seolah ia sedang meyakinkan bahwa yang ia ucapkan tadi nyata.

"makasih. Eh, ayo katanya kamu mau ngajak aku ketemu teman kamu?" ucap prilly mengalihkan pembicaraan untuk menutupi wajah merahnya.

Ali tersenyum, lalu mengisyaratkan prilly agar naik kemotor hitam sportnya. Tanpa berucap lagi, prilly langsung naik.

=====

Ali pov

Kini aku tiba didepan sebuah cafe yang selalu aku datangi ketika aku bertemu dengan teman-temanku.

Sebenarnya ini adalah cafe revan, pemberian dari ayahnya. Tapi revan tak mau mengurusnya, karena menurutnya usaha seperti ini akan membuatnya tersiksa. Akhirnya dengan sangat terpaksa, ayah revan meminta bantuan kepada saudara revan untuk mengurusnya.

Aku kesini karena diajak teman clubku karena katanya aku jarang ke club sekarang. Ya, aku akui itu. Dulu satu malam tanpa club adalah keadaan paling terkutuk yang aku rasakan, tapi setelah kenal dengan prilly entah kenapa, rasanya hanya mengirim pesan lewat line saja sudah seperti kebahagiaan yang langka kudapatkan. Sejak pertama kali bertemu dengannya di halte malam itu, aku merasakaan perasaan aneh ada dari hatiku. Tetapi saat aku ingin mengutarakan isi hatiku, rasa itu hanya seperti ketertarikan saja tidak lebih.

"heyy,,, ali disini!" ucap sebuah suara ketika aku dan prilly masuk ke cafe itu. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru cafe, hingga mataku berhenti pada meja didekat jendela kaca. Dan disana sudah ada revan dan brian. Aku menarik tangan prilly yang sedari tadi kugenggam kearah mereka.

"apa kabar lo?" tanya revan saat aku sudah duduk dihadapan mereka, dengan prilly disampingku.

"seperti yang lo lihat, ini siapa li?" tanya revan lagi yang kini beralih menatap prilly sambil tersenyum.

"oh iya, van, yan kenalin ini prilly. Prill, kenalin ini revan sama brian!" ucapku memperkenalkan mereka.

"brian"

"prilly"

"revan"

"prilly"

Mereka bergiliran berjabat tangan.

"li, prilly ini pacar lo?" tanya brian tiba-tiba, aku menatap brian tajam.

"bukan, kita temenan" entah kenapa, menjelaskan status kami hanya teman ada yang aneh.

"hah? Beneran prill, lo sama ali cuma temenan?" kini giliran revan mulai menyahuti. Tapi ia menatap prilly serius.

"iya, kenapa?" aku menyahuti, karena aku tau, prilly sedang gugup sekarang. Terlihat dari gerak-geriknya sedari tadi.

"li, lo liat dong. Nih liat, prilly itu cantik! Lo gak mau biar buat gue aja" aduh, revan mulutnya kayaknya harus ditutup pake obor deh nih.

Aku melirik prilly sebentar yang sedang menunduk, tapi aku lihat jelas wajahnya memerah.

"eh, emangnya prilly itu apa, hah? Gak boleh!" ucapku tegasnya. Revan dan brian saling menatap satu sama lain dengan tatapan tak bisa ku tebak. Apa aku salah? Entahlah, rasanya aku tak rela bila melihat atau mendengar prilly bersama orang lain. Apa aku ini benar-benar sedang jatuh cinta? Arrggghhhh, aku pusing.

"a..aku ketoilet bentar ya!" ucap prilly tiba-tiba. Aku mengangguk sambil tersenyum. Aku tau, sekarang dia sedang malu dan gugup, terlihat jelas dari caranya berbicara. Asik, melihat punggung prilly yang mulai menjauh aku tak sadar bahwa kedua temanku itu, melihatku.

"lo suka ya sama cewe itu?" tanya brian. Aku terdiam sebentar, apa benar?

"e..emang kenapa?"

"yaelah, bro lo itu teman kita sejak kapan sih? Kita tau, cara mandang lo sama prilly terus sama jalang di club! Beda bangett... Kalo di ibaratin kaya langit sama bumi, tau gak lo?" ucap revan, benarkah? Mungkin iya, AKU JATUH CINTA KEPADA TEMAN GADISKU, PRILLY.

"masa sih?" aku masih meyakinkan.

"aduh, li. Kalo lo gak mau, biar gue yang nembakin dia buat lo" kini giliran brian yang bawel. Sejak kapan sahabatku jadi begini? Biasanya melihat cewe cantik saja, mereka akan langsung berebutan.

"heh, kok lo berdua jadi bawel gini sih! Gak usah, oke fine, gue bakal nembak dia. Karena gue juga ngerasa gitu, ada sesuatu yang bikin gue tertarik sama dia" ucapku akhirnya.

"nah gitu dong li. Lagian gue yakin banget kalo sebenernya lo itu suka sama prilly, gak mungkin lo ninggalin club selama hampir 2 minggu kalo lo gak tertarik sama prilly" yap, revan benar. Dan aku baru menyadari itu.

"yaudah, sana li. Lo ikutin prilly!" suruh brian padaku. Aku tak mengerti, haruskah aku ke toilet cewe?

"ke toilet? Toilet cewe?" tanyaku yang heran. Dan mereka hanya bisa nyengir khasnya. Dasar cabul!

Tak selamanya bisa sempurna. Maaf yah terlambat lagi updatenya, makasih yang masih mau baca, imajinasi tak jelas dari aku. Dan vote + commentnya masih ditunggu ya! Apa yang kurang dari chapter ini? See you at next chapter.

Salam aprilovers

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang