Eleven

10K 676 6
                                    

Prilly pov

Kini aku berada dirumah yang bisa disebut besar juga, halamannya terlihat sejuk karena beberapa bunga dan rumput-rumputan hijau menghiasinya.

Aku menarik nafas dalam-dalam....

"ayo masuk" ali menggandeng tangan kananku sementara tangan kiriku memegang kue bolu yang sengaja aku beli saat perjalanan hendak kemari. Oh dan ya, kalian pasti tidak tau bagaimana ali melajukan motornya, cepat sekali. Aku hampir beberapa kali terjengkang.

"loh, ko malah diem. Ayo katanya mau nyambut mama?" ulangnya lagi saat aku masih diam mematung. Bukannya aku ingin jadi patung, tetapi perasaanku jadi gugup sekarang.

"iya, tapi aku gugup," ucapku memasang wajah ragu.

"loh ko gugup. Tadi aja waktu ngajakin aku nyambut mama kamu yang paling semangat ko sekarang jadi gugup sih?" aku nyengir khasku lalu ikut dengannya masuk rumah.

Saat aku masuk rumahnya. Aku benar-benar kagum, rumahnya sangat tertata rapi mulai dari barang-barangnya, tempat barang-barangnya, dan juga beberapa foto yang dipajang. Benar-benar tertata rapi.

=====

Kini aku dan ali sudah siap di depan pintu. Dengan kue yang sudah aku hias tadi aku berharap semoga mama ali suka ini.

Ruangan yang kata ali adalah ruang tamunya kini aku juga sedikit ubah, dengan balon-balon yang berjajar rapi bertuliskan "welcome in home".

Tak lama terdengar suara mobil yang berhenti didepan rumah. Aku yakin itu mobil mama ali. Aku semakin gugup, bagaimana jika nanti mama ali tidak menyukaiku? Tapi ah, sudahlah aku menepis pikiran itu jauh-jauh.

Aku melirik ali sekilas, sepertinya ali sangat tidak peduli dengan kedatangan mamanya. Aku semakin yakin kalau hubungannya dengan mamanya pasti tidak harmonis.

"li, kamu ko gak semangat sih!" bisikku kepada ali, tapi mataku menatap lurus kedepan.

"lagian kamu. Aku ajak jalan-jalan juga malah ngajakin kesini. Ya, gini deh" ucapnya sepertinya ia kesal. Aku hanya nyengir kuda khasku, tapi aku sedikit merasa bersalah juga. Kasian ali diakan hanya ingin jalan-jalan bersamaku saja. Tapi sudahlah, masa semua yang kusiapkan sejauh ini hanya akan sia-sia saja. Maafkan aku, li.

Ceklek

Terdengar suara pintu dibuka.

"selamat datang, tante!" ucapku bersemangat. Mama ali terlihat terkejut. Tapi entah terkejut dengan kejutan ini atau terkejut kepadaku?

Aku menyodorkan kue tart yang ada ditanganku tadi, "ini tante, kuenya semoga suka ya!" ucapku lagi dengan penuh semangat. Tapi ali diam saja? Aku menyinggung lengannya dengan sikutku.

"selamat datang ma,," ucap ali dengan nada lemas. Lalu kulihat reaksi selanjutnya dari mama ali. Matanya berkaca, apa ia akan menagis?

"sayang, terima kasih...." ucapnya akhirnya. Mama ali memelukku, dengan sebelah tangan yang memegang kue aku membalas pelukan hangatnya.

"sama-sama tante" aku bahagia sekali. Ternyata mama ali suka juga. Hufftt.

"oh, yaudah ayo masuk. Kita makan kuenya bareng!" mama ali melepaskan pelukannya. Dan menarikku ke sofa. Aku mengikutinya, setelah sebelumnya aku menatap ali seolah berbicara 'ikut!'. Akhirnya ali juga mengikuti.

Aku duduk di sofa, disamping mama ali. Karena memang mama ali yang menarikku. Sementara ali duduk disofa seberang kami.

"nama kamu siapa, nak?" tanya mama ali menatapku sambil memegang tanganku. Aku tambah gugup seketika.

"sa,,,saya prilly bu. Prilly diza" ucapku  mencoba biasa.

"nama kamu cantik, secantik orangnya ya!" mama ali menggodaku atau memuji sih? Salting deh.

Aku pun tertawa kecil, "makasih,,,mmm"

"tante dhila, panggil aja gitu. Nama tante budhila" ucap mama ali yang ternyata bernama budhila, seolah mengerti aku.

"oh iya, makasih tante!" aku tersenyum manis kepada tante dhila.

"oh iya, prill kamu tunggu disini ya, tante kedapur dulu mau buatin minum. Li kamu temenin prilly dulu ya" ali membalas hanya dengan berdehem. Aku langsung mencegah tante dhila yang hendak beranjak.

"aku bantu ya, tante? Kasian tante, baru aja pulang masa harus langsung kedapur!" kataku dengan wajah merasa bersalah.

Tante dhila pun tersenyum lalu mengangguk. Aku balas dengan tersenyum senang juga.

=====

"prill, tante mau nanya! Kamu pacar ali?" seketika pertanyaan tante dhila membuat aktifitasku yang sedang memeras jeruk berhenti. Aku mengangguk malu sekaligus gugup.

"i...iya tante!"

"wah, ali pinter banget ya. Cari pacar udah cantik baik banget lagi!" aku tersenyum dengan pipi yang sudah pasti memerah.

"kamu ko bisa tahan sama sikap ali?" tanya tante dhila lagi.

"hmmm... Mungkin hanya butuh kesabaran sama perhatian saja, tante"  ucapku.

"wah, tante bener-bener salut sama kamu prill. Tante berharap semoga kamu sama ali langgeng ya, prilly" ucap tante dhila lagi. Aku dapat melihat sinar bahagia dari sorot matanya yang teduh. Seperti ali.

"aminn, tante!" aku balas.

Gimana ya? Masih gak ada feel? Atau tambah ancur?

Vote comment nya jangan lupa. Oiya,,kali kali kasih comment dong biar nambah semangat nulisnya!

Makasih banyak buat partisipasinya dalam cerita ini!

Salam para RACER!
"cintaku sepanjang jalur balapku"

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang