Twenty Three

8K 529 9
                                    

Jangan berdiri di belakangku, karena aku tak yakin bisa jadi pemimpinmu.

Jangan berdiri di depanku, karena aku ragu bisa mengikutimu.

Tapi berdirilah disampingku. Agar kita melangkah bersama, karena aku percaya aku bisa bertahan.

=====

Prilly pov

Aku menggeliat pelan saat dingin bercampur hangat kurasa. Aku menenggelamkan diriku di bawah selimut hangat nan wangi ini. Bahkan matahari yang masuk melalui celah-celah gorden tak membuatku membuka mata.

Aku mengintip dari balik kelopak mataku dimana ada dorden asing di depanku. Aku mengerjap...

Pemandangan yang pertama kulihat adalah gorden asing. Cat dinding yang beda. Dan segalanya asing bagiku...

Dan aku sadar ini bukan kamarku. Sontak aku langsung bangun. Dan memang benar, ini bukan kamarku. Lalu ini kamar siapa?

Aku mencoba mengingat. Tetapi, kepalaku terasa berdenyut, seperti hampir meledak. Dengan sedikit aku teringat, semalam aku bersama albert. Dan aku minum banyak sampai membuat kepalaku pusing hingga aku tak sadar.

Jangan bilang ini rumah albert! Aku menggeleng cepat...

Lalu aku mengintip pakaianku. Masih utuh.... Aku menghela nafas.

"Eh, kamu udah bangun?" aku menoleh ke arah pintu. Dan menemukan ali disana. Ali?

"Ali?" tanyaku memastikan, "kok kamu... Aku... Bisa... Kok bisa sih?" cerocosku heran.

"Udah deh. Jangan dulu dipikirin. Mending kamu ganti mandi terus kita sarapan keluar" ali hendak keluar lagi tapi dia berbalik, "oh ya... Kamu pake aja bajunya aku dulu di lemari sana..." ali menunjuk lemari di sudut kamar.

Seketika perasaanku merasa bersalah mengetahui aku ada dikamarnya. Sementara semalam aku bersama albert, musuh terberatnya.

"Ali..." panggilku cepat ketika dia hendak keluar kamar.

Ali menoleh, "mmm... Kenapa?" tanyanya.

Aku jadi merasa bersalah. Sungguh, untuk mengucapkan maaf pun rasanya sulit dab kelu. Lidahku seperti tak selincah bicara biasanya.

"Aku.... Aku minta maaf" ujarku lalu menunduk.

Suasana mendadak hening sebentar. Lalu aku rasa dia mendekat berjalan ke arahku. Lalu duduk ditepi ranjang, "loh, kok minta maaf sih? Minta maaf buat apa emangnya?" aku mendongak berusaha menatap matanya. Dan ketika itu aku bertemu senyum manisnya. Aku tau wajahnya seakan tak terjadi apa-apa. Tapi aku tau dengan jelas dari matanya menyiratkan kekecewaan yang teramat besar kepadaku. Dan seketika itu perasaan ku bertambah merasa bersalah.

"Maaf... Maaf... Aku... Aku udah..." aku tak bisa melanjutkan ucapanku dan aku menangis pelan tak sanggup menagan sesak di dada yang tiba-tiba datang.

Ali menarik kepalaku untuk dia sandarkan di dadanya. Aku menurut. Dan aku menangis didadanya, "maafin aku. Aku gak mau denger kamu..." ali mengelus kepalaku. Dan aku juga tau, perasaannya sedih.

"Udah gak papa... Mungkin kemarin kamu khilaf. Gak papa aku maafin kok... Asal ada syaratnya!" aku mendongak cepat.

"Apa syaratnya?" tanyaku cepat.

"Ini yang terakhir kamu ngelanggar perkataan aku. Dan setelah ini kamu dengerin aku..." aku mengangguk.

"Iya, aku janji"

Ali tersenyum, "nah ini baru piyi aku" aku tak bisa menahan senyumku.

"Makasih, sayang" ucapku malu-malu.

"Sama-sama"




Pendek? Gappa ya asal update!

Happy new year yah! Semoga tahun 2016 bisa tambah panjang ceritanya *eh ga janji tapi

Mau promo lagi nih. Baca ceritaku juga ya... Judulnya Kita Beda dijamin lebih panjang. Dan seru deh.

Makasih vote dan commentnya yg membeludak kemarin kemarin. Bahagia banget sama para readers yang setia nunggu updatetan aku. Makasih ya!

Salam Racer!

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang