Fourteen

9.4K 622 3
                                    

Author pov

Ali membuka matanya. Putih. Yang pertama kali ia lihat adalah putih, dan aroma obat yang mendominasi sangat tercium.

Saat ia ingin memegangi kepalanya, yang dirasakan sangat beratnya itu. Sebuah jarum dan selang dipasangkan dipunggung tangan kirinya. Apa aku diinfus? Batinnya bertanya.

Ali kembali menggerakan badannya agar mengurangi rasa kaku yang ia rasakan. Ali memiringkan badannya kearah kiri, matanya melebar seketika, ketika melihat seseorang terbaring disana dengan berbagai alat medis. Ali berusaha menggapai tangannya, karena jika ia bangun, ali tak yakin akan berdiri. Lebih baik seperti ini!

"pp,,pri,,prill,,, prilly!" dengan suara yang serak dan kaku ali mengapai-gapai tangannya. Ia tak bergeming, tetap setia dengan wajah dataranya.

Ali kembali memutar memori semalamnya. Seketika ia teringat, akan kejadian semalam. Ah, sialan. Brengsek, anjing! Ali mengumpat dalam hati.

Air matanya tak kuasa lagi ditahannya, hingga akhirnya lolos begitu saja. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa semalam ia bisa meninggalkan prilly disana sendirian? Ah, sialan!

"arggghhhh" ali sedikit memekik ketika kepalanya, terasa berdenyut dengan dahsyatnya saat memutar memorinya semalam.

"ali? Kamu sudah sadar?" tiba-tiba budhila masuk kedalam ruangan dan melihat anak semata wayangnya sudah sadar. Ia berjalan mendekat. Lalu duduk disamping bangker ali.

Budhila tersenyum tapi kekhawatirannya masih bisa terlihat jelas disana, "mama kira kamu masih betah tidur gitu!" ucap budhila, ia menatap anaknya nanar. Sementara, ali hanya mengalihkan pandangannya.

"hmmm. Ma gimana kabar prilly?" ali akhirnya menatap mamanya, karena jika bukan kepada mamanya ia tak tau harus bertanya kepada siapa lagi.

Budhila menunduk, tiba-tiba saja air matanya lolos dari matanya, mengingat menantunya yang baru tadi siang dikenalnya dan ternyata bisa membuat anaknya berubah. Entah kenapa, ia merasa sedikit takut jika harus kehilangan prilly, mengingat sifat baik dan sopannya.

"ma, gimana keadaan prilly?" ali kembali bertanya, setelah melihat budhila hanya menunduk tapi kali ini suaranya bertambah tinngi.

"pr,,pri,, prilly,,, hiks,,, dia belum sadar karena koma. Dia hiks,,, hiks banyak kekurangan darah. Dan dokter bilang prilly bukan tidak mungkin akan mengalami hilang ingatan sementara" jelas budhila. Jujur saja ia tak ingin melihat anaknya kembali murung, tapi itu sepertinya gagal, karena,, lihatlah ali hanya menatap kosong ke atap-atap rumah.

"yaudah, mending kamu istirahat lagi aja ya! Mama mau kedokter dulu buat konsultasi gimana tindakan selanjutnya buat prilly. Semoga prilly baik-baik aja ya!" budhila keluar kamar dengan perasaan ngilu, tentunya. Melihat anak semata wayang dan menantu yang cantiknya berbaring dirumah sakit adalah hal yang paling menyakitkan baginya, jika bisa ia akan memilih untuk menggantikan posisi mereka. Tapi ia tau, itu tak mungkin! Impossible.

=====

Ali pov

Hampir 2 minggu prilly tak bergeming dari komanya. Tapi aku tetap setia menungguinya. Aku tak pernah pulang jika tidak ada hal yang penting yang perlu kuurus.

Makan, mandi, tidur, dan melakukan hal-hal lain aku lakukan disini.

Seperti sekarang, dari kemarin aku belum pulang. Tapi mama tadi membawa baju ganti untukku ganti.

Mengingat mama, kalian pasti bertanya tentang mama prilly. Benar, bukan?

Aku sudah memberitahunya, dan akhirnya aku yang jadi pelampiasannya. Tapi untung saja, mama prilly bijak, hingga akhirnya ia memaafkanku karena ia tau bencana tak mungkin direncanakan. Pengertian sekali, mama prilly.

Hari ini aku sendiri menemani prilly. Mama pulang dulu karena ada beberapa urusan. Sedangkan, tante resi pulang untuk mandi dan makan.

Aku menatap gadus didepanku dalam-dalam. Hanya cowo bodoh yang akan menyia-nyiakan cewe secantik prilly. Dan sialnya, aku juga adalah orangnya.

Aku menggegam tangan mungil itu dengan sayang. Hatiku terasa teriris-iris melihatnya begini. Oh, terkutuk kau, ali!

Tiba-tiba aku merasakan tangan mungil yang kugenggam ada gerakan. Aku rada dia sadar, matanya pun mengerjap pelan.

"sa,,sayang, kamu sadar? Hey, aku disini! Kamu bangun?" aku mengelus pipinya yang baru kusadari akhir-akhir ini pipinya tirus.

"a,,a,,ali!" prilly terlihat berusaha keras mebuka matanya.

"iya sayang? Aku selalu disini" aku semakin menggenggam tangannya erat.

"kamu tunggu sebentar ya? Aku panggil dokter dulu" aku keluar kamar sedikit tergesa dengan hati yang teriris.

Setelah memanggil dokter, aku kembali keruangan bersama seorang dokter. Dokter itupun masuk, sementara aku menunggu diluar. Dengan perasaan yang kacau.

Tak lama dokter itupun keluar, "pasien........."

Penasaran? Sama saya juga. Hehehe, vote biar sama-sama gak kemal.

Dan makasih vote dan comment. Next, waiting......

Dan oh iya sedikit bacot dari aku, setiap aku post chapter yang baca itu lumayan tapi vote nya sedikit.

Jangan jadi PG yah! Makasih banyak atas antusiasme kalian terhadap story ini.

Love you, all readers.....

Salam Racer!⚠

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang