Fifteen

9K 614 2
                                    

Ali pov

"pasien sudah membaik, apakah anda keluarganya?" tanya dokter itu, aku menatapnya was-was. Takut sesuatu itu akan terjadi.

"iya dokter, saya sahabat dekatnya. Ibunya tadi pulang sebentar" aku mengangguk, mencoba meyakinkan dokter.

"oh baiklah. Bilang kepada ibunya untuk menemui saya di ruangan saya! Tolong sampaikan itu"

"apakah prilly bisa saya lihat dokter? Apa ia mengalami sesuatu, dok?" aku kembali panik.

"oh silahkan, untuk itu saya belum mengetahui jelas, tapi yang pasti sekarang anda bisa melihatnya" dokter itu tersenyum lalu meninggalkanku yang sedang bergelut dengan pikiranku. Oh ayolah, kenapa prilly?

Aku masuk kedalam ruangan, bau obat dan bunyi alat medis adalah hal-hal yang sudah biasa bagiku selama hampir 2 minggu ini.

Aku melihat tubuh mungil itu berbaring tak berdaya dengan hampir seluruh alat medis menyelimutinya. Perasaanku kembali getir mengingat hal apa yang aku lakukan kepada gadis didepanku ini.

Tiba-tiba jarinya bergerak pelan, tapi mataku masih bisa melihatnya jelas.

"sayang kamu bangun? Hey, aku disini! Buat kamu, kamu bangun! Kalo enggak, aku yang bakalan ikut tertidur selamanya!" ucapku lalu duduk disamping tempat tidurnya, suaraku bergetar, aku menyembunyikan wajahku disela-sela tangankku yang menggenggam erat jari jemari prilly. Berharap ia bisa membuka matanya.

Jari-jarinya kembali bergerak pelan, "a,,a,,alll,,llii" suara pelan dan kaku itu aku dengar jelas. Aku mengangkat wajahku, melihat kearah prilly. Matanya mengerjap berat. Oh tuhan, bangunkan prilly sekarang, batinku.

"iya sayang, aku selalu disini! Kamu bangun? Bangun ya, sayang!" aku menatapnya penuh harap. Mataku memanas merasakan ini. Tapi, aku berusaha tegar.

"a,,,ak,,uu, cin,,ta,,,kaamm,,mu!" matanya kembali tertutup damai. Aku mematung sesaat, apa ini yang dinamakan kematian?

"prill, prill,,, pprrriiiillllllyyyyyyyy!!!" pekikku panik. Dan setelah itu, beberapa dokter dibantu para suster berdatangan keruang prilly, tempat kami sekarang.

"maaf, mas bisa tunggu diluar!" ucap seorang suster sedikit membingbingku keluar, sedikit mendesak.

Akhirnya aku menuruti suster itu, untuk menunggu diluar. Dengan perasaan, kacau yang sudah menyebar keseluruh badan. Aku terduduk dikursi panjang tepat didepan pintu. Aku menarik rambutku ftustasi.

"kenapa musibah ini yang terjadi sama kamu prilly, sayang?" ucapku pelan, atau lebih tepatnya pada diriku sendiri.

"aliiii,,,,," mama prilly datang menghampiriku. Aku menoleh dan mendapati tante resi berjalan tergesa kearahku.

"gimana keadaan prilly? Dia udah sadar?" tanyanya ketika berada tepat didepanku. Aku ikut berdiri dan menghela nafas sejenak.

"baik tante, tadi prilly bangun. Tapi gak tau kenapa, setelah itu prilly manggil nama ali tante, tapi udah itu,,,"

Ucapku menggantung ketika melihat dokter keluar dari ruangan prilly.

"dokter gimana keadaan prilly?" aku langsung menghampiri dokter itu dan diikuti tante resi.

"dia baik-baik saja. Tadi hanya gerakan refleks pasien karena ingatannya kembali beroperasi. Saya harap, anda tidak terlalu memaksa soal ingatan pasien, karena itu berdampak buruk untuknya" dokter itupun pamit lalu meninggalkan kami berdua didepan pintu.

Aku dan tante resi masuk kedalam ruangan prilly. Tak berbeda dari semenjak aku masuk tadi. Prilly masih tertidur.

"hey, prilly! Kamu kok tidur lagi? Aku udah seneng banget loh kamu bangun, tapi kamunya tidur lagi. Kamu malesin, ah!" aku berbicara manja seolah aku dengannya sedang bercanda. Dan aku sedikit melupakan keberadaan tante resi disini.

"ali..." aku menoleh kebelakang, dan melihat tante resi dengan mata memerah seperti menangis.

"iya, tante?"

"apa kamu beneran sayang sama prilly?" ucapnya dengan pandangan ragu menatapku.

"tentu, tante. Bahkan jika prilly tak akan bangun lagi, ali akan ikut bersamanya. Jika ini pilihan, ali akan menggantikan posisinya sekarang, tante! Ali menyesal melakukan hal bodoh ini tante, ali gak kuat jika ngeliat prilly terus kaya gini" pertahanan ku runtuh. Aku menangis dan kembali duduk. Sakit dan rasa bersalah menghampiriku jika mengingat kejadian itu.

"maafkan tante, ali. Jika kamu beneran sayang sama prilly, maka tante akan merestui hubungan kalian. Maafkan tante, jika sudah meragukan kamu, ali. Jaga prilly ya!" ucap tante resi. Aku terhenyak dengan perkataan mama prilly.

"makasih tante. Pasti, gak akan sesuatu pun yang bisa nyakitin prilly, mulai saat ini. Makasih banyak, tante!" ucapku, aku terlalu bahagia untuk ini. Tante resi mengangguk dan tersenyum sebelum akhirnya kami berpelukan saling menguatkan diri, melihat orang yang kami sayang terbaring tak berdaya di tempat tidurnya.

Lama updatenya? Maaf, mau publish selalu eror. Terus, 2 minggu ini terus difresh disekolah. Jadi gak sempet banget nulis.

Oh, dan terima kasih untuk penantian chapter ini. Semoga menghibur dan gak garing ya!

Vote dan comment ditunggu! See you, friend racing.

Salam Racer!!!⚠

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang