Nineteen

9K 589 4
                                    

Author pov

Suara tepuk tangan riuh mengelilingi prilly dengan motor ali, tentunya.

Senyum terus mengembang saat prilly membuka helm full face milik ali. Tak menyangka, ternyata bakat yang dulu pernah ia punyai kini bisa ia perlihatan lagi.

Sewaktu sekolah sekolah menengah pertama, prilly memang bukan tipikal anak rajin atau pun pintar. Dibilang nakal pun tidak. Ia hanya nakal ketika naik motor saja. Kebut-kebutan, balapan, atau pun aksi motor lainnya.

Tapi, semua itu hilang ketika ayahnya melarangnya dan memarahinya karena pernah satu kali ia hampir kehilangan prilly.

Ditambah kehilangan ayahnya menjadi pantangan untuk prilly jika berdekatan dengan kendaraan yang melaju cepat.

Tapi, setelah kejadian beberapa minggu lalu, saat ia tertabrak truk. Aneh, bukan seharusnya ia malah lebih takut dengan kecepatan tetapi sesuatu dalam jiwanya terdorong untuk melakukan hal ekstrim itu. Apalagi kalau bukan balapan liar?

Senyum prilly lebih mengembang saat melihat ali mencoba menerobos lingkaran yang orang-orang sedang bertepuk tangan buat.

"aku gak nyanka? Kamu tenyata bisa menang lawan albert. Padahal perlu kamu tahu, selama aku suka balapan aplagi sama dia. Kemungkinan aku buat menang itu sedikit banget. Tapi kamu? Kamu udah nunjukin ke aku kalau kamu emang bisa" ucap ali saat berada didepan prilly, "tapi aku harap. Ini terakhir kalinya aku ngizinin kamu ikut balapan. Setelah ini, aku marah sama kamu selamanya kalau kamu tetep nekat buat balapan. Ngerti?!" ucap ali dengan nada mengancam.

Prilly tersenyum lalu mengangguk, melihat over protective ali kepada dirinya.

Tak lama, lingkaran itupun mengendur seolah memberi jalan seseorang untuk masuk.

Prokk,,,Prokk

Albert tersenyum sambil bertepuk tangan dengan wajah mengejek, "oke. Gue akui pacar lo hebat, li. Tapi... Gue belum puas buat balapan ini. Gue mau tanding ulang, gimana? Lo setuju kan prill?" albert menatap prilly dengan mengangkat satu alisnya.

Sementara ali, memberikan tatapan maut bagi siapa saja yang melihatnya. Tak disangka, albert akan melakukan ini, "gak! Gue gak akan izinin lo buat balapan sama prilly. Bert, ajak aja gue buat balapan tapi jangan dia! Gue bakal bunuh lo kalo sampe dia kenapa-kenapa gara-gara balapan sama lo!" ali menunjuk geram kearah albert. Sedangkan yang ditunjuk hanya tersenyum sinis sekaligus mengejek.

"owww... Gue takutttt..... Hahaha....." balas albert dengan nada dibuat-buat ketakutan lalu diikuti tawa ejekannya.

"udah prill, kita pulang yuk! Pasti kamu cape banget abis balapan?" tanya ali penuh kekhawatiran pada prilly. Prilly tersenyum lalu mengangguk.

Belum sempat ali menarik prilly untuk naik motornya. Albert menarik tangan prilly. Hingga kini posisi prilly ada diantara dua laki-laki tampannya.

"gue tunggu ya prill..."

"lepasin tangan lo dari cewe gue, brengsek!" ucap ali penuh penekanan. Sementara prilly diam mematung, bingung dengan apa yang dua laki-laki ini bicarakan. Ditambah badannya yang melemas.

"oke, dah prill...." albert tersenyum pada prilly lalu pergi menjauh. Sementara ali menatap tajam punggung albert yang mulai menjauh.

"kamu jangan dengerin dia ya, sayang?" ali mengusap lembut pipi prilly sebelum akhirnya mereka pergi dari tempat terkutuk itu.

=====

Ali pov

Seperti biasa, jika tak ada kerjaan. Tidur dikamar dan malas-malasan adalah rutinitasku.

Aku tak bekerja walaupun kutahu, umurku tak wajar lagi jika masih meminta pada orang tua.

Tapi, apa daya. Mama sendiri yang bilang jika dia masih mampu untuk bekerja, tapi untuk apa cape-cape melawan mama sekaligus menambah dosa saja. Iya kan?

Aku membenamkan wajahku kedalam bantal empuk dikamarku.

Tiba-tiba smartphoneku berdering menandakan ada yang memanggil. Aku tak menghiraukan panggilan itu dan tetap melanjutkan tidurku. Hingga panggilan ke lima yang membuatku kesal akhirnya aku meempelkan benda pipih itu ditelingaku tanpa melihat siapa yang menelpon.

"halo..." ucapku dengan suara khas bangun tidur.

"ali? Li, ini tante resi, mamanya prilly" ucap suara perempuan diujung sana.

"iya tante, kenapa?"

"li, kamu lagi sama prilly gak? Dari pagi prilly pergi, sampe sekarang belum pulang juga. Kamu tahu gak dia dimana?" aku langsung terlonjak kaget lalu melirik sekilas jam digital yang ada diatas nakas.

16.45

"nggak kok tant. Emang prilly pergi sama siapa? Dia gak bilang mau kemana dulu?"

"nggak, li. Tapi dia tadi dijemput sama laki-laki, ganteng, putih tapi kayaknya dia bukan anak baik-baik deh, li... Tante takut terjadi apa-apa sama prilly..."

Albert?!......

Nahkan.... Makin gaje ya? Lanjut atau enggak?

Voment juga, jangan lupa! Satu lagi jangan jadi PEMBACA GELAP! Please... deh.

Tiap liat chapter yang udah diupdate. Iya sih yang baca sampe 200 an gitu tapi yang vote kok dikit amaat.

Aku kecewa, readers...

Semoga yang ini nggak ya! Dan kalo itu terjadi maka aku akan stop updatetan story ini sama aku hapus juga. Kecuali, masih tetep komen aku akan pertimbangin lagi deh...

Makasihh...

Salam RACER

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang