Seven

13.8K 856 6
                                    

Ali pov

Dengan senang hati ia menemaniku pulang kerumahku. Dan kini aku mengajaknya pergi kesebuah danau. Danau yang selalu aku jadikan sebagai teman curhat hatiku yang hancur. Setelah beberapa saat aku menepikan motorku, dan aku turun dari motor diikuti prilly.

Aku mengajaknya duduk di sebuah bangku panjang yang langsung menghadap ke danau dengan pohon disebelah kanan bangku itu.

Saat kami sudah duduk dibangku itu, tiba-tiba suasana canggung mengahmpiri kami. Dan entah kenapa aku jadi gugup begini. Dan aku rasa iapun merasakan hal yang sama karena dia tak kunjung membuka pembicaraan.

Tiba-tiba saja dua orang berdiri sekitar 10 m dari tempat duduk kami. Si pria itu memegang tangan si gadis, dan bibir si pria itu sedang mengucapkan sesuatu. Dan mata si gadis tampak berkaca-kaca. Gadis itupun langsung memeluk si pria dengan wajah bebinar.

"li...." aku tersentak dengan suara disampingku. Oh ali kau lupa! Kau lupa ada dia, apa ia melihat kejadian yang aku lihat baru tadi.

"hmmm?" aku bergumam tanpa menoleh, dan masih memandang dua orang dihadapan kami yang masih setia berpelukan.

"jadi cewe gak enak ya li!" katanya. Kini aku menoleh dan menatapnya heran.

"gak enak? Gak enak gimana sih?"

"ya, kalo dia cinta seseorang dia gak bisa ngutarain cintanya langsung. Tapi dia harus nungguin dulu cowo itu ngutarain cintanya ke dia. Dan itu menurut aku sakit, banget malahan" di berucap masih tanpa menoleh padaku.

"lo jatuh cinta?" entahlah apa yang aku tanyakan, tapi aku sangat penasaran sekarang.

Dia mengangguk kecil, lalu menatapku dalam. Mata coklat itu? Kenapa sangat damai.

"sama siapa?" tanyaku lagi. Oh ayolah ali!!! Focusss.

"sama seseorang... Tapi... Eh, kok kita jadi ngomongin ini sih?" dia terkekeh kecil. Hmmm,,, padahal selangkah lagi prill.

"yeeee,,, lo kali yang mulai!" jawabku ketus.

Prilly membalasku dengan nyengir khasnya, "maaf deh maaf. Eh li, liat deh. Mau itu!" prilly menunjuk sebuah warung ice cream di pintu gerbang yang tak jauh dari kami.

"ice cream?" tanyaku memastikan. Masa sih, segede prilly masih aja suka ice cream?

"iya, ayo beli, li" dia merengek dilengan atasku, dengan memasang puppy eyesnya. Dan kalian tahu? Itu menggemaskan.

"ihh, nggak nggak, lo aja sendiri" aku bergidik geli ketika dia mengajakku membeli ice cream. Ya, kalian bayangkan saja. Biasanya aku membeli wine atau soda, tapi kini sebuah ice cream. Sangat menggelikan.

Prilly kulihat mengerucutkan bibirnya, "ahh,, ali. Yaudah aku ngambek" dia memalingkan wajahnya dariku dan menyilang tangannya didepan dada. Eh, tunggu tunggu, kenapa dia jadi manja gini sama aku?

"eh, kok ngambek? Yaudah deh,,, ayo!" akhirnya dengan sangat pasrah aku mengikuti kemauannya. Dan prilly langsung berdiri menarik tanganku kearah warung ice cream itu.

"mmm,,, enak! Kamu mau, li?" prilly bertanya padaku, sambil menjilat-jilat ice cream rasa vanila ditangannya. Aku menggeleng sembari tersenyum.

"nggak deh. Malu ah, masa udah gede masih aja makan ice cream?" aku menyindirnya.

Prilly tambah mengerucutkan bibirnya, "aaaa,,, aliiii,,, kok gitu sih? Biarin, wleee" dia menjulurkan lidahnya kepadaku. Aku tertawa kecil saat melihat tingkahnya yang masih seperti anak kecil. Tiba-tiba aku melihat disekitar bibirnya dipenuhi belepotan ice cream. Tanganku tiba-tiba mergerak untuk mengusap belepotan itu.

"duh, yang makan ice cream sampai belepotan gini" ucapku. Prilly menatapku, tapi aku tak dapat mengartikan arti tatapannya. Sesudah aku menyelesaikannya, kulihat dia sedikit tertunduk, dan pipinya pasti selalu merona, seperti sekarang. Menggemaskan, menggemaskan!

"ma, makasih" ucapnya pelan. Aku tersenyum lalu mengangguk.

Maaf, selalu gini. Aku ngantuk, baru pulang sekolah terus langsung nulis deh. Semoga gak bosen-bosen ya? Makasih votenya, yang ini dikasih juga ya!

Salam aprilovers

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang