Seventeen

8.6K 560 4
                                    

Prilly pov

Bahagia itu sederhana. Hidup bahagia bersama orang yang kita cintai. Sampai akhir nanti. Bahagia bukan?

"yuk, pulang. Udah malem!" ucapku saat kami baru saja memakan makanan disalah satu restaurant terdekat.

"yuk! Bentar, ya, aku bayar dulu!" aku mengangguk. Setelah memberikan dua lembar lima puluh ribuan, kami pun keluar restaurant. Dengan ali yang terus memeluk pinggangku possesif. Seolah menunjukan, aku miliknya.

Sampai diparkiran motor, sport ali tentunya. Kami pun naik, dan melajukan motor ali keluar area parkiran.

Malam ini terasa lebih dingin dari sebelumnya. Entah karena hanya aku saja yang memakai kemeja tipis atau memang malam ini dingin?

"kamu kedinginan, ya?" ucap ali di balik helm fullfacenya.

Aku mendekatkan wajahku kearahnya, "iya. Dingin banget!"

Ali menepikan motornya. Lalu saja ia turun dari motor, meninggalkan aku yang masih duduk di motor.

"loh, kok turun, sih?" tanyaku heran.

Ali tersenyum, lalu melepas jaketnya tanpa komando, "nih katanya dingin?" ali menyerahkan jaketnya kearahku.

"iya sih dingin. Tapi kamunya gimana? Emangnya kamu gak kedinginan?"

"enggak, pake sama kamu aja!" ucapnya dengan senyum, paling menariknya menurutku.

"yakin? Kamu gak papa?" tanyaku meyakinkan.

Ali mengangguk, "iya" jawabnya.

Setelah memakai jaket dan kembali naik motor, kamipun kembali melajukan motor ali.

Bremmmm....
Bremmmm....

Ckckitttt....
Ckckitttt....

"ali itu suara apa?" tanyaku saat suara bising terdengar tak jauh.

"ng... Mmm... Gak tau! Gak usah dipikirin ya? Yuk kita lanjutin pulang" jawab ali. Dari nada suaranya aku tau, ada apa-apa.

"aku mau liat, li" ucapku. Dapat kurasakan badannya menegang saat aku berucap. Tapi aku coba fokus dengan otakku yang memerintahkan untuk ketempat itu.

"aduhh... Inikan udah malem, kita pulang ya?" ucap ali.

"gak mau! Pokoknya aku mau liat. Please.., li" emisku. Entah, tapi sesuatu dalam diriku mendorongku untuk membantah dengan segala apa yang dia ucapkan.

Dengan hembusan nafas kasar, akhirnya ali menjawab, "yaudah tapi jangan lama-lama, ya?" akupun mengangguk antusias.

Ali membelokan motornya dipertigaan jalan yang kami lalui. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling jalan itu. Rasa, rasanya... Aku kenal tempat ini, tapi kapan ya?

Aku menepis pikiranku, ketika krumunan orang bersorak riuh didepanku.

"tuhkan, disini rame banget. Kita pulang ya?" pintanya. Jika biasa-biasanya aku akan luluh setelah ia memberikan puppy eyesnya, tapi malam ini... Tidak.

"nggak, pokoknya kita liat kesana, ayolah, li!" akhirnya dengan hembusan nafas kasar ali mengikutiku.

"aliiii....." belum sempat langkah kami sampai, tapi sebuah suara membuat kami berhenti.

Aku melihat seorang laki-laki berjalan mendekat kearah kami. Cowo itu tinggi, putih, dan tampan. Tak jauh beda dari penampilan ali.

"eh, lo apa kabar, li?" cowo itu menggembas tangan ali, khas laki-laki sedang bersalaman. Orang ini, sepertinya akrab dengan ali.

"eh, lo prillykan?" cowo ini berbalik menghadapku.

Aku tersenyum lalu mengangguk, "wah... Udah sembuh, ya? Baikkan?" lagi-lagi aku mengangguk, "baik kok" jawabku.

Tunggu, ada yang aneh denganku? Aku menjadi sedikit... Berani.

"asyikk... Bagus deh! Lal..."

"aliii..."

Lalu seorang laki-laki datang menghampiri ali, tapi laki-laki ini lebih berbeda, dengan wanita-wanita yang sexy didekatnya, laki-laki itu berjalan santai kearah ali.

Aku melirik ali, berbeda dengan laki-laki sebelumnya. Ali memberikan tatapan tak suka pada laki-laki ini.

Aku mencoba mengingat siapa laki-laki ini. Tapi nihil, aku tak mengingatnya.

"lo jangan sok akrab sama gue! Mau lo apa?" ali berucap dengan nada tegas.

"wey...wey santai dong, bro! Gue ngajak lo balapan malam ini, gimana?" ucap laki-laki ini sambil menepuk bahu ali.

"gue lagi gak ada waktu" ucap ali ketus, lalu dengan cepat menarik tanganku. Aku hanya mengikuti.

Belum sempat kami melangkah, laki-laki tadi menghalangi langkahku dan ali.

"PENGECUT!"

Bukk...

Satu pukulan dari ali tepat mengenai wajah laki-laki itu.

Aku dengan cepat menahan bahu ali yang sudah naik turun menahan amarah.

"li, li udah" ucapku.

"gak bisa, prill. Cowo kayak dia gak bisa dibiarin, karena dia ud..."

Ucapan ali terpotong, karena terlihat seperti menyadari sesuatu.

"kenapa, li?" ucapku heran.

Tapi, laki-laki yang ali pukul tadi berdiri.

"udah, gue cuma mau ngajak lo balapan atau enggak..." dia menatapku dengan seringai nakal.

"cewe disamping lo gak bakal tenang"

Bukk...

Satu pukulan lagi mengenai sudut bibir laki-laki itu, sampai mengeluarkan darah.

"jangan coba-coba lo sentuh dia, brengsek!"

Ucap ali yang akan siap-siap meninju laki-laki itu lagi, tapi aku menahan lengannya.

"yaudah, lo tinggal pilih? Lo milih balapan atau..."

"gue..."

"gue yang akan ikut balapan!"

Hello,,, maaf selalu terjadi keterlambatan update, itu karena pengaturan postnya yang selalu bermasalah *mintadigebukin*

Makasih udah vote dan comment. Untuk chapter ini aku tunggu, oke?

Sekali lagi mau ngucapin HBd buat kak prilly. Anggap aja chapter ini aku dedikasikan buat kak @PrillyMHLTC96 *maafkalosalah*

See you next chapter...

Salam Racer!!!

MY RACERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang