rencana

12.6K 435 4
                                    

Kemana sih Damian kok ngak muncul-muncul batang hidungnya. Tadi siang dia bilang mau pulang bareng. Jam pulang kantor sudah lewat 1 jam yang lalu. Sekarang tak ada siapa-siapa di sini kecuali aku yang sedang menunggunya.

"Maaf, udah buat kamu nunggu lama. Tadi aku harus memeriksa beberapa berkas yang ngak bisa di tunda, maaf ya" ucapnya yang baru datang dengan tergesah-gesah.

"Hmm.. ngak papa kok" jawabku dengan senyum yang di buat-buat.

"Ya sudah, ayo!" Ajaknya sambil menggandeng tangan ku. Aku membelalakan mata ku. Apa yang di lakukannya!!.

"Eh Damian" ucapku sambil berhenti melangkah.

"Ada apa?" Tanyanya. Aku langsung melihat ke arah tangan yang masih di genggamnya. Agar ia melepaskan tangannya.

"Oh kau tak suka ya? Maafkan aku" ujarnya. Memangnya aku seperti wanita yang dia pikirkan apa?. Yang kesenangan saat di pegang-pegang. Yah.. aku-akui, siapa sih yang tak ingin di perlakukan seperti itu dengan pria tampan seperti Damian. Mungkin aku berlebihan tetapi aku merasa itu hal yang janggal buatku.

Di dalam mobil aku merasa canggung karena tidak ada satu pun yang memulai bicara. Akhirnya aku memberanikan di untuk memulai pembicaraan.

"Oh ya! Tadi siang kau bilang ada yang ingin di bicarakan?" Tanyaku saat teringat omongannya tadi siang.

"Astaga!! Aku hampir lupa. Jadi gini ibu ku memintamu datang ke rumah besok. katanya dia membutuhkanmu"

"Membutuhkanku? Untuk apa?"
Tanyaku binggung.

"Aku juga tidak tau" jawabnya sambil mengangkat ke dua bahunya.

"Jadi kau besok tidak usah bekerja, nanti aku akan mengizinkanmu" sambungnya lagi. Aku menatapnya binggung.

"Kenapa harus izin?. Kan aku bisa mampir setelah pulang kantor"

"Ntah lah? ibu yang menyuruhmu tidak usah bekerja dulu untuk besok. Aku boleh meminta nomormu? nanti akan aku email alamatnya"

~~~

Aku berdiri di depan rumah yang cukup megah tak sebanding dengan rumah warisan yang aku tinggali sekarang. Jadi ini rumah Damian?.

"Permisi, aku ingin bertemu dengan ibu Linda. Apakah beliau ada di rumah?" tanyaku pada satpam.

"Nona Refanya ya, anda sudah di tunggu ibu Linda di dalam. Mari saya antar" ujar satpam tersebut dan mengantarku sampai ke dalam rumah.

Di sana tante Linda sudah menunggu ku dengan pakaian yang rapi dan terlihat anggun.

"Ternyata kamu sudah datang. Ayo kita langsung pergi saja" ujar tante Linda sambil menggandengku menuju mobilnya. Baru juga aku menginjakkan kaki disini.

"Eh Maaf boleh saya bertanya kita mau kemana ya?" Tanyaku.

"Memangnya kemarin Damian tidak memberitahu mu?" Jawabnya dengan tatapan penuh tanya.

"Dia hanya bilang bahwa tante menyuruhku untuk datang kerumah. Itu saja" jelasku. Memang benarkan.

"Jadi dia tidak bilang bahwa kita akan fitting baju pengantin untukmu" ucapnya.

WHAT!!?? AWAS KAU DAMIAN.

"Ti-tidak" ucapku gelagapan.

"Oh ya satu lagi jangan memanggilku tante tetapi ibu. Sebentar lagikan kau akan menjadi menantuku. Jadi belajarlah memanggilku dengan sebutan itu" ujarnya. Sambil mengelus pipiku dengan sayang. Aku merasakan kasih sayang seorang ibu yang tulus.

~~~

Sesampai di butik langganan ibu, aku di suruh memilih gaun yang bakalan aku pakai di acara resepsi.

Setelah melihat-lihat terdapat satu gaun yang menarik perhatianku tetapi harganya itu sangat fantastis, wajar saja butik ini mempunyai brend terkenal di luar negeri.

gaji satu tahun saja tak cukup untuk membelinya. Jadi ku urungkan niatku untuk mengambilnya.

"Bagaimana, kau suka dengan gaun itu?" Tanya ibu.

"Ah tidak" dengan cepat aku menyanggahnya.

"Coba lah dulu. Aku ingin melihat kau memakainya"

"Baiklah" aku pun masuk ke ruang ganti dengan seorang asisten yang akan membantuku memakai gaun tersebut.

Setelah aku selesai tirai ruangganti itu di buka lebar-lebar. Dan di depan ku sudah ada Damian yang menatapku tanpa berkedip sedikit pun. Aku cukup terkejut dengan keberadaan Damian. Sejak kapan dia di sini.

"Cantik sekali" ujarnya yang hampir tak terdengar sedikit pun.

"Kau seperti princess di negeri dongeng" ucap ibu yang membuat pipiku memerah.

Sebenarnya saat ini aku sedang marah kepada Damian karena ia telah berbohong padaku soal fitting baju ini.

"Ibu, bisa kah aku bicara berdua saja dengan Damian?" Tanyaku.

"Tentu saja" jawab ibu sambil tersenyum dan meninggalkaan kami berdua.

"Kenapa kau tidak memberi tau ku tentang fitting baju ini. Padahal jelas-jelas kau mengetahuinya" ucapku marah padanya.

"tenang lah, aku bisa menjelaskannya. Aku hanya takut jika kau mengetauinya kau tak bakalan datang untuk fitting baju ini. Ngomong-ngomong kau terlihat cantik dengan gaun ini" ujarnya sambil mendekat merapatkan tubuh kami dengan satu tangan nya melingkar di pinggangku dan yang satu lagi di leherku lalu ia menciumku. Hey! Apa yang ingin dia lakukan.

Ku dorong tubuhnya tapi tak berhasil dia terlalu kuat. semakin aku memberonta semakin kasar ciuman yang ia berikan padaku lalu terlintas di benakku untuk menginjak kakinya dan sempat memanggil ibu tetapi ia malah menutup mulutku.

"Jangan coba-coba kau..."ucapnya terpotong karena ibu datang di saat yang tepat. Dengan segera ia melepaskanku.

"Ada apa nak?" Tanyanya.

"Aku ingin mengganti bajuku"

Setelah menganti baju aku menghampiri Damian dan..

PLAKK!!!..

aku menamparnya. Dia sudah kurang ajar padaku. Ibu hanya terbelalak kaget saat aku menamparnya.

"Dengar ya!! Aku bukan wanita murahan yang seenaknya kau jamah. Jika bukan karena orang tuaku aku tidak bakalan menikah dengan orang sepertimu" ucapku lalu pergi meninggalkan mereka yang masih tepaku.

Bisa-bisanya dia berbuat begitu padaku. Apakah dia lupa dengan perjanjian itu? Hah menyebalkan. Setelah kejadian tadi aku tidak akan menemuinya lagi dan aku juga akan mengundurkan diri dari prusahaannya.

Aku juga ingin hidup jauh dari mereka yang telah mempertemukan aku dengan orang itu.

Ya Tuhan apa salahku hingga aku di takdirkan menjalani hidup seperti ini.

Tanpa sadar aku melewati sebuah taman yang cukup indah di sana juga tidak terlalu ramai. Aku pun menemukan bangku dan duduk sambil meratapi nasibk. Tanpa sadar aku meneteskan air mata dan mulai menangis.

Tidak lama kemudian seseorang memberiku sebuah sapu tangan. Aku pun mendongak kan kepalaku untuk melihat siapa orang itu.

"Ryan" ucapku terkejut.

*****

Hayo penasaran ya siapa itu Ryan.

Jangan lupa vote dan commentnya ya.

Love Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang