awal

10K 355 1
                                    

Ini semua salahku. Andai aku tak melakukan hal bodoh. Pasti dia tidak akan terbaring di sana.

"Ini semua salahku bu. Salahku" ucapku pada ibu yang sedang menenangkanku.

"Sudah lah nak. Jangan salahkan dirimu lagi. Ini musibah" ucap ibu sambil menyeka bulir air mata yang jatuh di pipinya.

"Tidak bu ini salah ku. Jika saja aku memaafkannya pasti tidak jadi begini" ucapku. Lalu seorang dokter keluar dari ruang UGD.

"Bagaimana keadaannya?, apa dia baik-baik baik saja?" Tanyaku menghampiri dokter tersebut.

"Tenang nona. Pak Damian baik-baik saja. Tapi untuk saat ini pak Damian belum sadarkan diri.
dia hanya mengalami benturan dikepala, ada sedikit memar di bahu dan kakinya, jadi dia harus di rawat untuk beberapa hari" jawab dokter tersebut.

"Terimaksih dokter" ucapku. dokter pun mengangguk dan berlalu.

Setelah itu Damian di pindahkan keruangan VIP oleh suster.

Hari sudah semakin larut tapi Damian belum juga sadarkan diri.

"Sudahlah nak lebih baik kau pulang dan istirahat biar ibu yang berjaga di sini" ucap ibu menyuruhku pulang.

"Tidak ibu, aku masih ingin menunggu Damian sadarkan diri. Kita akan berjaga bersama-sama" ucapku.

~~~~

Aku terbangun dari tidur karena ada yang mengelus kepalaku. Setelahku lihat siapa yang melakukannya aku tersenyum bahagia dan langsung memeluknya.

"Aaaaggggrrrr..." jeritnya membuatku terkejut dan menjauh darinya.

"Maaf kan aku. Aku tidak sengaja" ucapku.

"Aku tidak ingin memaafkan mu" ucapnya sambil memalingkan wajahnya.

"Aku tau. semua ini salahku jadi tak mungkin semudah itu kau memaafkanku" ucapku lalu berdiri dan ingin pergi. Sebelum aku melangkah ada yang menahan tanganku.

"Jadi kau menyerah begitu saja. Sedangkan aku sampai terbaring di sini untuk mendapatkan maaf mu" ucapnya membuatku merasa bersalah.

"Maksudmu aku harus tertabrak sepertimu baru kau memaafkan ku"

"Tidak juga. Maksudku kau harus berkorbaan untuk mendapatkan maafku" ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Jadi kau memberiku syarat?"

"Ya seperti itulah"

"Baiklah. Apa yang kau inginkan?" Tanyaku memincingkan mata.

"Cukup mudah. Hanya bersanding di pelaminan bersamaku besok" ucapnya santai.

APA!!!???

"Kamu bercanda" ucapku sambil menatap matanya.

"Aku serius" ucapnya. Ada nada keseriusan di sana.

"Tapi kau masih belum pulih"

"Apa hubungannya. Memangnya mulutku juga cedera sehingga tak bisa mengucapkan ijab kabul"

"Tapi..."

"Sudah lah kau mau apa tidak"

"Aku tidak mau"

"Kalau begitu kau harus merawatku hingga pulih"

"Baiklah" ucapku tanpa pikir panjang.

"Permisi" ucap seorang yang bekerja sebagai pengantar makanan untuk pasien. Ia membawa bubur ayam dan meletakkannya di atas meja di samping tempat tidur. Setelah itu ia pun keluar.

"Oke kita mulai, sekarang kau makan dulu" ujarku lalu meletakkan buburnya di meja yang telah di sediakan agar dia bisa makan di tempat tidurnya.

"Tidak, aku tidak mau. Bubur di rumah sakit ini hambar" ucapnya menolak.

"Ayo lah Damian biar kau lekas sembuh. Memangnya kau pernah memakan bubur ini hingga kau tau rasanya" ucapku seperti mengurus seorang anak kecil.

"Aku akan memakan nya jika kau menyuapiku" ujarnya membuatku jengah sambil memutarkan bola mata. Akhirnya aku menyuapinya.

Seperti itu setiap hari. Sebelum pergi kerja, Jam makan siang, dan setelah aku pulang kerja pun aku datang untuk menyuapi dan merawatnya. Terkadang aku harus menginap di RS. Haaahhhh... dia sangat cerewet sekali.

~~~~~~

"Anda besok sudah di perbolehkan pulang pak Damian. Istri anda sudah merawat anda dengan sangat baik" ucap dokter yang sedang memeriksa Damian.

"Maaf, tapi aku..."

"Ya, ya terima kasih dokter. Memang istri saya yang terbaik" ucap Damian memotong.

"Kalau begitu saya permisi pak Damian" ucap dokter dan berlalu pergi.

"Kau selalu begitu. Aku sudah lelah meladenmu" ucapku sambil memutarkan bola mata.

"Memang benarkan tapi dokter tersebut hanya kurang menambahkan 'calon' sebelum kata istri" jelasnya.

"Terserah. Yang jelas aku tak akan menjadi istrimu. Sampai kapan pun. Dan lupakan soal perjanjian bodoh itu dan syarat mu sudah ku penuhi mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Permisi" ucapku lalu pergi meninggalkannya. Tak ku hiraukan dia memanggilku

~~~~

Aku harus bergegas mengemasi barang barangku. Karena aku akan pindah ke Jepang bersama Ryan. Oh iya aku lupa cerita kalau Ryan itu sepupu jauhku, umur kita sama hanya beda 8 bulan dariku. Dulu dia cukup lama tinggal bersamaku sebelum ia pindah ke Jepang mengurus perusahaan ayah nya aku sering kesana kalau liburan tapi sekarang aku ingin menetap di sana agar hidupku sedikit tentram.

"Kau sudah siap?" Ucap Ryan bersandar di ambang pintu kamarku sambil melipat tangan di dada.

"Yes, i ready" ucapku semangat.

"Kau tak pernah berubah masih seperti anak kecil yang di ajak liburan oleh ayahnya" ucapnya mengejek.

"Kau tau lah ayah ku tidak pernah mengajakku seperti ini. Sudah lah ayo kita berangkat" ucapku menarik lengan Ryan.

"keyna kau siap?" Tanyaku pada keyna.

"Ya, aku sudah siap dari tadi" ucapnya.

"Kau itu tak bangunkan aku tadi. Untung saja aku tak ke siangan" omelku pada Kayna.

"Habisnya siapa suruh tidur seperti orang mati" ucap Kayna

Saat aku membuka pintu rumah aku cukup terkejut dengan apa yang ada di hadapan ku. Kenapa dia kemari???

****

Aku lanjut lagi.

pasti nunggu ya (berharap di tunggu)

Vote dan comment nya ya guys

Love Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang