"Fanya bagun donk! Kamu ini tidur mulu. Fanya... ihh kamu mah muka bantal. Ayo ikut mama" suara mama yang cetar membahana badai itu bagaikan petir di siang bolong. Rempong deh emak-emak satu ini.
"Fanya masih ngantuk ma" jawabku semakin menggulung tubuh ku kedalam selimut.
"Ihh.. anak ini bukannya bangun. Ayo kita pergi OOTD. Temenin mama" hah apa kata mama OOTD bah dari mana pula dia tau.
"Ogah ah ma" ucapku masih bertahan di dalam selimut.
"Ya sudah kalau kamu ngak mau. Padahal pulangnya mama mau beliin kamu jaket kulit yang kita lihat di majalah kemarin" ucap mama yang membuatku tergiur dengan tawarannya.
"Beneran ma. Aku mandi dulu yah" ucapku bangun dan langsung ngacir ke kamar mandi.
"Tawaran mama sudah lewat 5 menit yang lalu jadi ngak berlaku lagi" ucap mama saat aku baru mau buka pintu kamar mandi.
"Yah jangan gitu donk ma. Oke kita OOTD dan aku deh jadi fotografer nya aku janji. Ya ya ya" ucap ku pada mama dengan muka memelas.
"Ah kamu di sogok pakai jaket kulit baru mau" ucap mama jengah. Aku hanya cengengesan lalu mandi secepat kilat.
~~~~
"Kita mau kemana ma kok ke tempat spa gini sih. Jangan bilang mama mau prawatan muka dan aku di suruh tungguin. Ngak aku ngak mau" ucapku menolak karena aku pernah nungguin mama di sini hingga tertidur di sofa. Memalukan sekali.
"Bukan mama yang mau perawatan tetapi kamu. Udah ah masuk ke dalam" ucap mama mendorongku ke sebuah ruangan.
What!!! Kenapa aku.
Setelah 2 jam aku berada di dalam sana ternyata tak seperti yang ku bayangkan sebelumnya. Badan ku lebih segar dari sebelumnya.
Aku pun pulang dengan mama sesampai di rumah aku melihat semuanya sudah berkumpul. Aku juga baru menyadari bahwa kak Ryan tidak ada di rumah beberapa hari ini.
"Pa kak Ryan ke mana yah kok dari aku masuk rumah sakit waktu itu dia ngak ada sih?" Tanyaku pada papa sambil duduk di sofa ruang keluarga bersama kayna.
"Ryan lagi ngurusin bisnis om kamu karena beliau memberikan salah satu perusahaannya yang di Jepang pada kakak kamu jadi dia kesana dulu untuk beberapa hari" jelas papa yang ku jawab dengan ber ooh ria.
"Kak besok Kayna jadi pendamping kakak ya" ucap Kayna dengan antusias. Aku hanya mengernyit binggung.
"Pendamping?" Tanyaku binggung. Maksudnya apa coba. Bener ngak ngerti.
"Jangan bilang kakak lupa kalau besok kakak nikah" ucap Kayna yang sukses membuatku menganga.
"Astaga Fanya. Kamu lupa hari pernikahan kamu dengan Damian" ucap papa. Aku hanya nyengir tak berdosa.
"Hehehehe... ingat kok pa cuma pura-pura aja biar gimana gitu" ucapku lalu memalingkan wajah. Padahal dalam hati hampir ngak percaya bahwa aku 'BESOK' nikah. Tapi kalau aku besok nikah kakak Ryan gimana?.
"Besok Fanya nikah lalu bagaimana dengan kakak Ryan? Apa dia tidak bisa datang"
"Papa juga tidak tau apa dia bisa datang apa tidak" ucap papa yang membuatku sedih.
"Masa di pernikahan adiknya dia tidak hadir sih" ucapku.
"Udah lah kak. Aku yakin kakak Ryan pasti datang, tenang aja" ucap Kayna.
"Fanya papa minta maaf atas perlakuan papa selama ini sama kamu" ucap papa yang membuatku semakin sedih.
"Sudah lah pa kami ngerti kok apa yang terjadi" ucapku dengan mata berkaca-kaca. Aku pun memeluk papa sambil menangis di dalam pelukannya.
"Besok kami akan menyerahkan tanggung jawab kami pada nak Damian yang bakalan jadi suami kamu" ucap mama yang baru bergabung dengan kami dan duduk di sebelah Kayna.
"Aku sayang kalian. Hiks... hiks... hiks...." ucapku sesenggukan.
"Udah ah seperti anak kecil aja kamu ini padahal besok mau jadi istri orang loh" ucap papa.
"Biarin. Pokok nya aku mau peluk kalian" ucapku memeluk mereka.
"Kamu mah peluk Damian aja besok kalau udah SAH" ucap mama yang membuat ku langsung melepas pelukanku.
"Ihh mama aku kan mau manja-manjaan dengan kalian" ucapku.
"Papa kan sudah bilang ma. Ngak usah di pinggit mereka berdua. Kan jadi gini" ucap papa kepada mama.
Apa maksud mereka coba?
"Yah mau gimana lagi pa. Mama kan pengen cepat nimang cucu" ucap mama yang membuat Kayna cengengesan.
"Eh lebih baik Fanya ke kamar dulu ya" ucapku langsung ngacir ke kamar. Dari pada berlanjut jadi bahan ejekan. Kudengar tawa dari mereka yang membuat aku jadi bete.
Aku pun menghempaskan diriku di kasur dan memejamkan mata. Berharap semua akan cepat berlalu.
Belum sempat aku masuk ke alam mimpi. Suara ponselku berbunyi.
Aku pun melihat nama yang tertera ternyata Mita menelfon ku.
"Hallo" jawab dengan mata terpejam.
"Dasar kebo tau nya molor mulu lu" ucap Mita bagaikan tinggal di gunung. Bisa budeg lama-lama.
"Woy ngak usah pakai teriakteriak kali!!" Ucapku dengan nada yang sama.
"Ya maaf. Eh lo semenjak ngak kerja lagi ngak pernah hubungin gue dan jarang hangout bareng tau-tau mau nikah aja lo besok" ucap Mita lebih pelan dari sebelumnya.
"Ya mau bagaimana lagi gue ngak bisa keluar dan ponsel gue baru beberapa hari ini di tangan gue lagi" jelasku.
"Lah kenapa? Ponsel lo rusak?" Tanya Mita.
"Gue di pinggit" ucap ku malas karena pasti aku di tertawakan olehnya.
"Apa!! Hahhahhaa...." tawa Mita pecah. Sudah kuduga.
"Ah sudah lah gue males ngomong ama lo. Nanti lagi deh kalau kita ketemu gue ceritaain semua" ucapku menutup telfon sepihak.
Sebel deh sana sini di tertawain mulu. Lebih baik aku tidur lagi. Karena besok akan menjadi hari yang melelahkan
Aku pun mulai memejamkan mata dan tertidur.*****
Jangan lupa vote dan comment nya.
Karena itu memotivasi authornya untuk cepat bikin part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Back
RomancePOV Refanya sudah cukup kalian tak menganggapku sekarang kalian ingin menjualku pada om-om gila. POV Damian aku cukup terkejut dan binggung. Apa maksudnya 'om-om' ? hey usiaku baru 25 tahun dan 'membeli'. apa dia merasa di jual?. ini hanya perjodoha...