Kami makan siang hanya berdua di rumah Damian. Sesekali aku mengejeknya karena kejadian tadi. Yah itung-itung menghilangkan kesunyian di rumah ini.
"Kan sudah ku duga kau akan mengakuinya jadi aku memang benar bahwa kau cemburuh hahaha" ucapku mengejeknya. Damian hanya memasang muka cemberutnya yang kupikir itu lucu.
"Aku jadi menyesal mengungkapnya dan aku ingin tanya pada mu. Besok kita akan menikah, apa kau sudah putus dengan pacarmu yang sok over protective itu?" Ucap Damian yang membuatku semakin tertawa. Aku lupa menceritakan tentang Ryan.
Tak lama kemudian orang tua ku dan Damian datang dan langsung memarahi kami berdua karena seharusnya kedua mempelai harus di pingit. Hah ada-ada saja percuma karena pernikahannya kan besok.
"Kalian ini malah asik di sini. Seharusnya kalian itu tak boleh bertemu atau pun saling komunikasi" ucap ibu Damian yang di setujui yang lainnya.
"Percuma bu kan pernikahannya besok" ucapku santai menaggapinya.
"Besok apanya? Pernikahanmu itu seminggu lagi" ucap mama. Yah aku akan merubah kebiasaan memanggil orang tua ku seperti biasa. Tunggu apa kata mama tadi SEMINGGU.
"APA SEMINGGU LAGI" ucap Damian dan aku bersamaan. Kenapa dia ikut terkejut. Apa hanya aktingnya saja agar aku tak memarahinya.
"Tapi Damian bilang pernikahannya besok" ucapku memandang Damian tajam. Sudah dua kali kau berbohong dan kali ini aku tak akan memaafkan mu. Lihat saja nanti kau akan memohon padaku untuk meminta maaf.
"Oh itu papa yang bilang pada Damian agar dia bersemangat lalu dia harus mendapat kejutan untuk di pingit" ujar ayah Damian.
APA!!! yah padahal aku baru mau bikin rencana untuk Damian.
"Ayah sungguh keterlaluan" ucap Damian. Kenapa dia??
"Kau sudah tak tahan lagi yah" ucap papaku mengejeknya. Lebih baik aku kabur dari sini sebelum mereka melakukan hal yang sama padaku. Aku cukup tau sifat tetua di sini.
"Kau mau kemana Refanya?" Ah itu seperti panggilan ke neraka untuk ku. Akhirnya aku berbalik menghadap semua tetua itu. Sambil senyum di paksakan.
"E-eh cuma mau ke kamar mandi" kenapa jadi gelagapan begini sih.
"Oh jadi kau juga tak tahan Fa" ucap papa yang menaikakan satu alisnya. Yang lain hanya tertawa kecuali aku dan Damian.
"Sudah lah pa lebih baik kita bawa Refanya pulang agar pingitannya langsung di mulai" ucap mama yang langsung berpamitan pada orang tua Damian.
~~~~~
"Kamu ngak boleh kemana-mana selama seminggu ini kan kamu juga sudah berhenti dari pekerjaanmu kan" ucap papa saat kami memasuki rumah yang pernah ku tempati dan di sini menyimpan banyak kenangan pahitku. Dan aku juga tak perlu menanyakan kenapa papa bisa tau karena pengawal papa selalu mengawasiku.
"Ya aku tau!! Budak mu ini akan selalu patuh terhadap majikannya" ucapku jengah.
"Pa sudah lah biar mama yang berbicara padanya" ujar mama menahan papa.
"Nak ayo mama ingin menjelaskan sesuatu pada mu" ujar mama membawaku ke kamar yang dulu pernah aku tempati.
Kamar ini tak berubah sedikit pun. Saat terakhir kali aku menempatinya. Warna merah dan unggu mendominasi kamar ini. Mama membawaku duduk di tepi ranjang dan kedua tangannya mengelus kepala hingga pipi ku dengan pandangan sedih.
"Kau sudah besar dan akan memiliki kehidupan sendiri jadi mama akan memberi tahu mu yang sebenarnya. Pasti kau bertanya-tanya kenapa orang tua mu tak peduli pada mu. Tapi kami lakukan ini demi kebaikanmu nak, Kami sayang padamu, kami tak ingin kau meninggalkan kami, maka dari itu kami bersikap kasar padamu agar kau membenci kami maka dari itu kau tak akan ingin bertanya tentang kami dan agar kau hidup tanpa ada rasa takut. Kami lakukan ini karena kau masih kecil untuk menanggung semuanya. Mama dan papa menitipkan mu pada nenek karena kami tak siap untuk kehilangan mu"
Aku binggung dengan ucapan yang ibu berikan
"Papa mu berbisnis dengan seseorang yang ternyata istrinya mengalami gangguan jiwa karena anaknya meninggal saat usia 1 tahun dan kami tak mengetahui itu. Kami ingin membatalkan kerjasama ini tapi papa mu terikat oleh perjanjian yang mereka buat dan setengah perusahaan papamu juga di pegang oleh orang itu akhirnya dia meminta jaminan dengan atas nama perusahaan harus memberikan anak kami padanya. Kau tau mama tak akan melakukan itu lalu papa mu memutuskan untuk merelakan perusahaannya di ambil alih tapi orang itu tak menyerah sedikitpun hingga ia meninggal karena kecelakaan mobil 5 tahun lalu bersama istrinya saat mengejar kami. Dari situ papa ingin membangun bisnis baru jadi papa dan mama harus berpindah-pindah kesana kemari jadi mama tak mungkin mengorbankan anak-anak mama karena kalian adalah harta yang paling indah" ucap mama meneteskan air mata. Tapi tunggu dulu maksudnya anak-anak mama???
"Anak-anak mama?? Memangnya mama dan papa mempunyai anak lain selain aku?" Tanyaku binggung karena nenek pun tak pernah cerita masalah ini.
"Kau mempunyai kakak laki-laki dan adik perempuan dan hanya kau yang tinggal bersama nenek. Mama juga sudah berbicara pada mereka sebelum menjemputmu di rumah Damian" jawab mama yang membuatku bersemangat. Ternyata aku tak sendiri menanggung semua ini.
"Jadi sekarang di mana mereka ma? Aku ingin tau seperti apa kakak dan adik ku" tanyaku antusian pada mama.
"Mereka ada di sini" ucap papa di ambang pintu. Langsung saja aku menoleh dan melihat mereka.
"Kalian..."
******
Aku yakin kalian bisa menebaknya..
Vote n commentnya ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Back
Любовные романыPOV Refanya sudah cukup kalian tak menganggapku sekarang kalian ingin menjualku pada om-om gila. POV Damian aku cukup terkejut dan binggung. Apa maksudnya 'om-om' ? hey usiaku baru 25 tahun dan 'membeli'. apa dia merasa di jual?. ini hanya perjodoha...