kenyataan 1

8.5K 258 0
                                    

POV Ryan

Aku melihat seorang gadis yang tengah menangis di taman sendirian. Ku perhatikan tampak tak asing bagiku. Kuputuskan untuk menghampirinya dan memberikan sapu tangan milikku. Saat ia mendongak aku langsung mengenalinya.

Ternyata dia Refanya adik sepepupuku. Sedang apa dia menangis di sini.

"Ryan" ucapnya terkejut.

Aku langsung duduk dan menghapus air matanya.

"Kau masih sama seperti dulu Fa" ucapku. Cantik.

"Sejak kapan kau kembali ke Jakarta? Kenapa tidak mengabariku? jadi aku bisa menjemputmu di bandara! Terus apa kabar orang tua mu? Dan juga Keyna?" Tanyanya beruntun. Dia seperti bunglon bisa berubah kapan pun. Aku sangat menyukai sifat dan orangnya dari ia masih kecil.

"Wow! Satu-satu oke. Pertama aku baru pulang beberapa hari lalu. Kedua aku tidak ada kontakmu. Ketiga kabar orang tua ku baik-baik saja dan Keyna sebentar lagi dia kesini" jawabku satu persatu. Dia lah cinta pertamaku hingga saat ini

"Benarkah keyna juga ikut kesini?" Tanyanya antusias.

Aku hanya menjawab dengan menganggukkan kepala.

"Kak Ryan!" Ujar seseorang dari jauh. Itu dia Kayna adik perempuanku. Kami selalu dekat dengan Fanya karena dulu aku sempat tinggal dengannya untuk beberapa bulan dan saat itu juga aku mulai menyukainya.

"Kayna" panggilnya.

"Kak Fanya, ya ampun apa kabar kak?" Ujar Kayna memeluk Refanya.

"Mata kakak kenapa kok rada bengakak gitu abis nangis ya? Apa kak Ryan yang buat kak nangis? Kalau 'iya' akan aku beri dia pelajaran" Tanya Kayna heran sambil mengepal tangannya. Enak saja aku dituduh seperti itu. Kalau Refanya bersama ku pasti aku tak akan membiarkan ia meneteskan air mata seperti ini.

"Enak saja kakak yang buat kak fanya menangis, dia sudah menangis sebelum kakak sampai disini" ujarku membela diri.

"Kenapa kak Fanya nangis di taman gini. Ada apa kak?" ucap Kayna terlihat cemas.

"Aku akan cerita tapi tidak di sini" ujarnya.

"Baiklah ayo kita pergi untuk mendengar dongeng" ucap ku. Karena aku ingin tau siapa yang telah membuatnya menangis.

~~~~~

Aku pun mengajaknya ke sebuah lestoran yang tak jauh dari taman tadi. Dan Refanya pun mulai menceritakan apa yang ia alami sebelum ia menangis di taman.

"Kurang ajar. Berani-beraninya dia memperlakukan kau seperti itu" ucap ku dengan menahan amarah setelah Fanya mencerita kan semuanya.

"Kami akan selalu ada di sampingmu kak" ucap Kayna mencoba menenangkan Fanya sambil mengelus pundaknya.
Aku harus memberi pria itu pelajaran karena sudah beraninya menyentuh dan menyakiti Fanya seperti ini. Tiba-tiba ada seorang pria menghampiri kami.

"Fa, aku kesini untuk minta maaf padamu. Ternyata aku salah menilaimu. Maafkan aku." Ujarnya bertekuk lutut yang membuat kami semua terkejut. Apa ini yang berani mencium Fanya.

"Jadi ini pria yang kau ceritakan itu. Cih.. dia tak lebih dari seorang bajingan yang ingin menghancurkanmu lalu meninggalkanmu begitu saja" ucapku sambil mengepalkan tangan.

"Hey! Aku kesini tidak mencari masalah tetapi aku datang untuk minta maaf kepada Fanya. Apa itu salah" ucapnya. Lalu ia mencoba memukulku. Hey! kenapa jadi dia yang marah. Baru saja aku ingin balas memukulnya. Refanya melerai kami.

"Sudah cukup. Lebih baik kau pergi dari sini. Atau aku yang pergi" ujar Fanya pada pria itu. Hah lebih baik seperti itu.

"Aku mohon Fanya maaf kan aku" ucapnya.

"Kau dengar Fanya ingin kau pergi" ucapku muak dengan pria ini.

"Diam kau!!" Ucapnya sambil menunjukku. Lalu aku menyadari Fanya pergi. Pria itu pun mengejarnya.

"Fanya tunggu!!" Ujarnya terus meneriakinya sambil mengejar Fanya yang sudah keluar dari lestoran tersebut. Aku pun ikut mengejar Fanya karena takut ada apa-apa.

Kulihat Fanya menyeberangi jalan untuk mendapatkan taxi yang baru saja berhenti. Aku terus mengejarnya. Sampai terdengar suara yang cukup membuatku terkejut

"Fanya"

BRAAAKKK..

Aku menghampirinya. Oh syukurlah bukan Fanya yang tertabrak.

"DAMIAN!!" Teriak Fanya saat mendapati pria itu terlempar cukup jauh. Cih masih saja dia peduli pada pria itu yang sudah melecehkannya.

"Ryan tolong aku membawanya kerumah sakit" ucap Refanya karena orang yang menabraknya langsung kabur sebab di situ banyak sekali warga.

Mungkin ia takut di hakimi dan di jebloskan ke penjara. Tapi lain kali aku akan berterima kasih padanya. Kalian pikir aku jahat hahaha aku hanya bercanda. Aku juga punya prikemanusiaan.

"Baiklah aku akan mengambil mobilku" ucapku pada Refanya dan berlari ke arah parkiran segera.

Sesampai di rumah sakit aku memperhatikan Fanya terlihat cemas. Mungkin dia merasa bersalah dengan semua ini. Terlihat dari gerak-geriknya yang hanya modar-madir di depan ruang UGD.

"Tenang lah Fanya aku dan kayna selalu ada di sampingmu" ucapku menenangkannya.

Tidak lama kemudian ada dua orang yang menghampiri kami.

"Refanya bagaimana ke adaan Damian. Apakah dia baik-baik saja" ucap wanita paruh baya itu dengan cemas. Sepertinya mereka ini orang tua pria itu. Hmm bagus lah aku bisa mengajak Refanya pulang untuk menenangkan pikirannya.

"Damian masih di tangani dokter bu. Aku harap dia baik baik saja" ucap Fanya.

"Ya sudah lebih baik kita pulang karena ada orang tuanya. Kau juga butuh istirahat" ucapku cemas dengan ke adaannya.

"Tidak aku tidak mau. Aku akan menunggu di sini sampai ada kabar dari dokter" ucapnya. Hah lebih baik aku pulang karena Kayna sudah mengajakku pulang.

"Ya sudah kami pulang dulu ya. Jaga dirimu baik-baik kalau ada apa-apa telfon aku. Ini nomorku" ucapku sambil memberi kan nomorku dan berlalu pergi.

Apa yang istimewa dari pria itu. Aku sangat cemburu melihatnya perhatian pada pria itu. Aku harus menemui om Rayhandoko agar pernikahan Fanya dengan pria itu batal dan aku akan melamar Refanya setelah itu.

*******

Aku lanjut lagi.

Nanti di part selanjutnya masih POV Ryan ya.

Vote dan commentnya!!!

Love Me BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang