Author's POV
Pria bertubuh yang nyaris seperti atlet ternama David Beckham itu membantu gadis yang tidak sengaja menabraknya mengambil barang-barang belanja yang terhempas bebas ke lantai. Beberapa pengunjung yang datang menarik minat diri mereka untuk melihat apa yang sedang terjadi. Namun setelahnya mereka hanya mengerdikkan pundak tidak ingin ikut campur padahal mereka tahu bahwa di supermarket itu ada seorang superstar, oh ralat, lebih tepatnya dua orang yang tengah booming di zaman sekarang.
Bella mengucek kedua matanya kasar melihat siapa yang sebenarnya ia tabrak. Gadis itu sesekali menggeleng tidak menyangka dengan apa yang ditemuinya hari ini. Pria di depannya menyerahkan barang belanja yang jatuh itu pada dirinya sembari mengulas senyum tipis namun terkesan manis dan seksi di mata gadis seperti Bella.
"Mengapa tidak kunjung kau ambil?", ucapan pria tersebut sontak membuyarkan lamunan Bella yang melalang-buana. Bella merasakan dirinya bukan berada di bumi, melainkan di surga karena dalam sehari ia bertemu lelaki tampan yang menjadi idolanya selama empat tahun berjalan.
Meletakkan rambut ke belakang telinga sebagai respon justru semakin membuat jantung Bella berdegup layaknya orang mengikuti perlombaan marathon. Ia mengambil barang belanjanya dengan tangan gemetar. "Te—terima kasih..", Bella mengumpat keras dalam hati mengapa ia membalas ucapan sang idola dengan suara gelapan. Hell. You aren't British idiot, Bella! So please, calm down! Bisakah kau bersikap tenang seperti yang kau lakukan di hadapan Zayn tadi? Batin gadis itu terus memberikan ketenangan.
"Kau benar-benar Bella 'kan?", tanya lelaki tersebut. Bella mengangguk sembari menunduk tidak sanggup menatap manik cokelat di depannya. Menatap manik cokelat tersebut bisa membuat dirinya terbang ke langit ke tujuh. Ya ampun.
"Uhm—hey, Niall kemari!", Bella membulatkan mata lalu menoleh begitu lelaki itu memanggil nama yang tidak asing di telinganya dengan memberikan kode tangan terangkat.
"Liam, what are you doing?", begitu Niall sampai di hadapan mereka berdua, iris mata samudera Niall berbinar tidak menyangka ia bertemu Bella lagi untuk kedua kalinya.
"Hanya mengajakmu bertemu dengan Niall. Kenalkan, dia—" sebelum Liam melanjutkan omongannya Bella sudah memotong terlebih dahulu. Gadis itu mendengus karena baginya yang harus memperkenalkan diri adalah dirinya, bukan dua lelaki tampan sekaligus manis dan seksi di depan matanya.
"I'm Bella. Marybella Doormany. Both of you haven't to introduce yourselves because i already known it. You guys are superstar. So, no one doesn't know you, right?" Niall dan Liam terkekeh geli mendengar ucapan Bella yang menurut mereka terlalu serius karena pada dasarnya mereka berdua juga tidak ingin dianggap sebagai superstar. Mereka ingin dianggap sebagai dua pria dewasa yang sukses karena kerja keras dalam bernyanyi melalui sebuah kompetisi. Just simple like that.
"Oke, kuanggap itu sebuah predikat sekaligus pujian baik dan mengesankan!", Liam menjentikkan telunjuk kanan lalu menurunkan kembali. Ia berdehem melihat sekeliling dan beruntung pengunjung di sini sibuk memilah apa yang mereka beli.
"Bolehkah aku memeluk kalian?", kedua mata Liam teralihkan oleh suara Bella yang terdengar. Ia melirik Niall meminta klarifikasi dan dibalas anggukkan pelan oleh lelaki berdarah asli negara seberang itu. Liam merentangkan tangan menyambut Bella untuk masuk dalam dekapannya. Bella mengulum senyum haru kemudian melangkah memeluk idolanya yang tidak sengaja ia temui di supermarket ini. Tanpa dikomandoi gadis itu menitikkan air mata. Ia menangis tidak menyangka bahwa mimpinya selama empat tahun yang berharap bertemu One Direction akhirnya menjadi kenyataan. Walaupun ia dan One Direction berada dalam satu daratan, namun kerap sekedar bertemu sang idola harus membutuhkan kerja keras. Ketidakadaan kakak laki-laki beserta orang tuanya di Inggris justru sedikit memberikan ruang bebas untuk gadis berambut pirang tersebut. Pasalnya, sebelum kakak lelaki serta orang tuanya mengurus perusahaan di luar negeri dan mereka masih mengurusi pekerjaan di daratan Britania ini, keluarga Bella selalu melarang dirinya untuk menonton konser One Direction. Itu yang menyebabkan Bella bahkan tidak pernah sama sekali menatap wajah tampan lima laki-laki yang ia gemari. Hanya membeli merchandise mengenai One Direction pun ia perlu menabung dahulu. Entahlah, Bella bingung dengan jalan pikiran kakak serta orang tuanya. Tak jarang ia jengkel dan melampiaskan emosi di kamar lalu bercerita tentang kesedihannya pada boneka teddy bear kesukaan gadis itu sebelum ia bertemu Jessica di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM NOT HATER ANYMORE (1D & 5SOS FANFICTION)
FanfictionWARNING: BEBERAPA PART ADA YANG DIPRIVATE!! Sinopsis Seorang gadis cantik yang masih menduduki bangku kuliah di Columbia University, United States of America kini terpaksa mengikuti jalan hidup yang merupakan pekerjaan dari orang tuanya, yaitu ke n...