THE TRUTH (PART 25)

126 10 7
                                    

Liam James Payne's POV


Kedua manik mata cokelatku berpendar memandang ruangan yang telah dipenuhi mahasiswa yang sedang merayakan kelulusan mereka hari ini. Di sana. Gadis itu sedang duduk menikmati minuman jeruk sendirian. Aku tersenyum dan melangkah mendekati dirinya dengan kedua tangan terus mengeluarkan keringat dingin. Jika aku gugup, reaksi tubuhku pasti seperti ini. Kuletakkan pantatku di sebelahnya. Dia menatapku sekilas kemudian mengalihkan pandangan ke objek lain. Bella masih marah padaku.

"Bagaimana kabarmu?", tanyaku gugup setelah mengeluarkan deheman yang memang tidak begitu penting. Tidak biasanya aku canggung seperti ini saat bertemu seseorang. Terlebih lagi orang itu mengenaliku.

Bella masih bungkam seribu bahasa. Apakah aku terlalu mengecewakannya? Tapi kupikir kejadian beberapa waktu lalu juga bukan sepenuhnya murni kesalahanku.

"Bella...aku minta maaf." Oh sial. Hanya menyebutkan kata-kata itu saja sudah membuat lidahku terlalu kelu. Jantungku entah mengapa berdetak tidak normal sedari tadi. Belum membalas ucapanku tiba-tiba gadis itu berdiri. Aku tahu maksudnya. Tapi sayangnya Liam Payne lebih cepat menerima respon darinya. Aku menahan gadisku untuk menghindar.

"Bella, look at my eyes!" paksaku. Bella tetap tidak berguming. Dengan sangat terpaksa kusentuh pipi kanan dan kirinya supaya dia bisa memandangku. Seharusnya dia lebih suka menatap kekasihnya ketimbang sesuatu yang lain.

Bella memberanikan diri menatap manik mataku. Ada secercah luka dan kecewa di dalam matanya. "Listen! I am so sorry.." ucapku sekali lagi dengan penuh penekanan agar dia memahami.

Kuhembuskan nafas panjang. "Aku berjanji akan menyukai sahabatmu. Maksudku, tidak menganggap Jessica sebagai musuh atau seseorang yang patut kuhindari, demi kau." Bella membelalakkan matanya. Apakah kalimatku ada yang salah?

Dengan rasa tidak suka gadis ini melepaskan kedua tanganku yang menempel di kedua pipinya. "Jadi kau tidak ikhlas? Kalau dirimu masih seperti ini lebih baik jangan pernah bertemu denganku!" sentaknya membuatku diam.

"Lalu aku harus bagaimana?" tanyaku lembut.

"Jika kau menerima keberadaan Jessica hanya demi aku dan bukan memang dari lubuk hatimu yang paling dalam, maaf aku tidak bisa bersamamu."

"Apa itu artinya hubungan kita berakhir?" sumpah demi celana dalam patrick star air liurku tercekat. Ini lebih sakit dari apapun. Binar bahagia di manik mata Bella perlahan meredup.

Bella mengangguk kecil. "Kau harus menerima siapapun yang berada bersamaku jika kau memang masih mencintaiku. Itu artinya kau juga harus menerima Jessica. Dia sahabatku. Aku menyayanginya. Aku tidak peduli jika aku sampai mengorbankan hubungan kita karena aku mengerti posisiku dan posisimu. Kita berbeda." Aku mengusap cairan bening yang meluncur dari sudut mata Bella. Dia benar. Penjelasannya membuka mata hatiku.

"Tidak! Aku mencintaimu tulus tidak peduli seperti apa posisimu. Berhenti berbicara bahwa kita berbeda. Aku janji. Aku akan berusaha menyukai sahabatmu. Bukan demi dirimu, tapi memang ini karena keputusan dari diriku sendiri."

"Kau serius? Bisakah aku mempercayaimu?" Aku mengangguk. Bella tersenyum lantas berhambur menuju dekapanku. Oh! Seperti inikah rasanya bahagia yang sesungguhnya?

"Bella—kita tidak putus kan?" tanyaku hati-hati. Bella mengangkat alis kanannya.

"Memangnya kapan aku mengatakan putus?" Dia menyeringai. Sial. Aku jadi kena skakmat sekarang. Dasar Liam bodoh!



Author's POV


I AM NOT HATER ANYMORE (1D & 5SOS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang