COUNSELLOR II (PART 28)

69 7 3
                                    

Jessica Serena Hood's POV



Tangan-tangan nakal Harry tidak henti-hentinya menyentuh lembut pipiku, entah itu dielusnya hingga dicubit layaknya pipiku adalah sebuah roti bolu dan karena itulah dia kena getahnya. Aku terus mengomel merasa terganggu akibat ulahnya. Semenjak insiden the five moments itu aku tidak jadi marah padanya walaupun cara menenangkan itu sedikit menggelikan dan sangat romantis. Oh baiklah! Kuakui aku telah terjebak dalam pesona seorang Harry Styles. Aku tidak akan munafik mengakui hal satu itu.

Aku jadi teringat statusku sekarang. Aku sudah lulus dari Universitas Cheshire Utara dan itu artinya aku harus segera mencari pekerjaan yang memang sesuai dengan keahlianku selama menimba ilmu di salah satu kampus terkemuka di Inggris, meski tidak sekeren Oxford atau Cambridge. Kulepas tangan Harry kasar yang hampir memasuki kausku. Dia ini benar-benar lelaki mesum yang sinting.

"Harry! Aku ingin bicara serius denganmu!" sentakku. Tangannya tidak lagi bermain-main dan kini dia mengikuti arah pembicaraanku. Anak pintar. Tanggapannya langsung cepat.

"Katakan."

"Aku akan mencari pekerjaan. Mungkin besok. Bagaimana menurutmu?" Harry berpikir sejenak. Setidaknya aku membutuhkan saran darinya. Siapa tahu dia mempunyai pemikiran cemerlang.

"Bagaimana kalau kau bekerja pada kami? Maksudku, tim One Direction." Kucubit lengannya merasa gemas. Oh baiklah! Aku tarik omonganku dalam benak yang mengatakan bahwa dia adalah anak pintar.

"Kau gila, huh? Aku ini anak desain! Bukan anak manajemen ataupun sejenisnya! Sepertinya meminta saranmu bukan suatu pemecahan yang baik." Harry terkeukeh. Tangannya beralih mengusap rambutku lembut. Aku merasa nyaman.

"Aku hanya bercanda, sayang! Aku mendukungmu dalam hal apapun. Kalau besok kau akan mulai, aku tidak keberatan. Bagaimana jika aku yang mengantarmu? Hitung-hitung uangmu tidak habis untuk naik-turun bus sekalian berusaha menjadi seorang kekasih yang perhatian." Kutatap Harry yang tengah mengerling menggoda. Ya ampun! Ibunya saat mengandung dulu mengidam apa sih?!

"Kalau aku tidak ingin kau antar?"

"Aku memaksa. Baiklah! Besok kujemput pukul delapan pagi. Aku harus kembali sekarang. Aku mencintaimu, Jess.." Harry mengecup pipi kananku sebelum dia menghilang di balik pintu rumah meninggalkanku yang menatap lirih ke dirinya yang telah lenyap.

Bisakah aku membalas kalimat cintanya itu?




Louis William Tomlinson's POV



Sudah beberapa minggu ini aku menyaksikan gelagat aneh dari Niall. Dia selalu menjauh dari kami saat menerima panggilan di handphonenya. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Kau tahu, lelaki itu sangatlah terbuka. Jadi, sangatlah ganjil jika tingkah Niall tidak seperti biasanya. Kali ini dia mengangkat telepon itu lagi setelah sebelumnya pamit pada kami yang tengah bersantai ria menikmati pertandingan sepak bola antara Manchester United melawan Leicester City. Karena sayangnya aku tidak ingin dibawa mati penasaran, kuputuskan untuk mengikuti pria berstatus jomblo itu dengan langkah pelan dan tentunya hati-hati agar dia tidak tahu bahwa aku akan menguping pembicaraannya dengan seseorang yang berbincang dari balik sambungan. Niall duduk di bangku sementara aku dalam jarak kurang lebih empat meter bersembunyi di balik pohon kayu besar.


Perrie, Zayn tidak kemana-mana dua hari besok. Bagaimana kalau menemuinya di antara dua waktu itu?

I AM NOT HATER ANYMORE (1D & 5SOS FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang