*Author's POV*
"ANAK GAK BERGUNA!" Teriak, berusaha untuk menghantam anaknya itu.
"Stop, Pa!!" Kata Adiknya.
Mamanya hanya bisa menangis, memeluk anaknya itu.
"Kakak itu gasalah pa! Papa cuma salah paham!" Adiknya masih berusaha menahan rasa amarah dari ayahnya.
Kakaknya, ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Hanya bersandar pada pelukan mamanya dan menangis. Padahal ia sangat jarang menangis, bahkan hal yang tidak pernah dilakukannya sejak 3 SD.
Terlihat muka papanya masih merah padam. Setelah beberapa menit terjadi keheningan, hanya ada isak-isak tangisan kakak dan ibunya.
"Kamu, balik ke Indonesia." Kata papanya tiba-tiba. Yang otomatis membuat kakak, adik, dan ibunya itu menoleh ke arahnya. Terjadi keheningan yang sangat panjang. Nafas ayahnya masih tersengal-sengal.
"Kalau itu mau papa, aku jalanin." dan langsung disambung adiknya "Jojo ikut kakak."
"Papa udah siapin tiket ke Jakarta, kamu balik malam ini juga. Siapkan baju-baju kamu." Kata ayahnya lalu pergi meninggalkan ruang keluarga.
"Ma... Malam ini?" Kata Kakaknya yang terlihat sangat shock. Adiknya pun ga kalah shock dengan kakaknya.
Adiknya yang tertunduk, perlahan mulai terguncang.
"Gua bakal balik lagi." Kata kakaknya itu sambil merangkul adiknya.
Adiknya pun membalas dengan pelukan. "Lo cuma bad luck, bro." Bisiknya.
Mamanya pun ikut memeluk kedua anaknya itu. "Mama tau kamu ga salah." Kata mamanya sambil menangis.
"The truth is never betrays us, Mam." Yang dijawab dengan anggukan.
Setelah cukup lama berpeluk-pelukkan. Adiknya pun mengajak kakaknya itu untuk mempacking baju-bajunya.
"Setelah lo berangkat, gua bakal urus surat-surat. Gua juga mau ikut lo balik." Kata adiknya.
"Jangan. Gua yang bakal balik lagi kesini. Lo tunggu aja. Gua mau buktiin ke papa kalau gua ga salah." Balas kakaknya.
"I'll be waiting for you. But i wondering what i gonna do while you're not in here." Kata Adiknya itu.
"Trying to flirt a girls." Kata Kakaknya.
"You know I'm not expert with that." Jawab adiknya.
Tak cukup lama dan tak banyak membawa peralatan. Packing pun selesai, dan ia turun ke bawah. Di meja sudah terlihat sebuah amplop tebal yang sudah bisa ditebak isinya. Dia mengambil amplop tersebut tanpa mengeceknya, dan langsung memeluk ibunya itu.
"Papa cuma emosi, mungkin seminggu lagi kamu udah balik." Bisik mamanya di sela-sela peluknya.
"Who knows, mam?" Bisiknya "Aku pergi dulu, mam." Lalu mencium kening mamanya.
"Aku anterin kakak ke airport mam." Kata Adiknya itu ke mamanya.
"Ya, take care both of you." Kata mamanya yang hanya bisa tersenyum lirih melihat kepergian anaknya.
"Yap, take care yourself Mam, and Dad too." Kata kakaknya itu.
***
"Pake mobil ini buat nge-flirt cewek, pake baju-baju gua dan segalanya yang ada di kamar gua, pake parfum gua yang satu lagi itu." Kata kakaknya.
"It'll be better if you stay in here." Suara adiknya yang mulai getir kembali membuat kakaknya semakin susah meninggalkan adik kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen FictionAwalnya hidupnya sangat tenang, seperti es didalam musim salju. Tidak ada yang menggangu. Sampai seorang asing datang didekatku dan berhenti sejenak. Tapi ia mulai merakit sebuah tenda, mencari kayu bakar, dan membuat tungku. Aku mulai terganggu k...