*James's POV*
Aku dan Robert sedang sibuk di ruang principal. Meminta tanda tangan dan cap sekolah untuk ujian terakhirnya itu. Beberapa lembar bertuliskan surat pengizinan, surat pengesahan, surat lampiran untuk sekolahnya disana. Entahlah, banyak sekali berkas yang harus ditanda-tangan.
"So, When are you going back to USA?" tanya seorang paruh baya yang di meja nya bertuliskan "Ben Sanjaya - Principal High Scool-
"2 more days again, Sir." jawab Robert yang disertai dengan anggukan dariku.
"Okay, this file already done. You can take this paper." Senyum Mr. Ben.
"Thank you for accepting us, Mr. Ben." Kataku dengan sopan.
"That's my liability to accepted you both." Senyum Mr. Ben.
"Okay, Mr. Ben. We'll leave now. Thank you very much." Kata kami berdua
Mr. Ben hanya mengangguk dan mempersilakan kami keluar. Kami segera menuju ke ruang locker, hanya untuk mengambil barang-barang yang kami kumpulkan selama 1 bulan. Ah, aku jadi teringat Peter. Dari raut mukanya sepertinya dia masih belum bisa melupakan William dan sepertinya dia juga belum berteman dengan yang lain. Habis ini aku harus ke lapangan baseball. Hanya untuk memberitahunya kami akan segera pergi. Barang-barang sudah hampir ku masukkan kedalam tas. Bunyi apa itu? Seperti bunyi hempasan kearah locker. Ku tengok perlahan. Shit! Kulihat sekumpulan anak-anak tukang bully, yang menjadi objek rahasia paper kami sedang mengelilingi sesuatu. Shit! Apa kali ini Robert yang menjadi objek bully-annya? Tapi kami salah apa? Apa mereka marah kami mengambil kasusnya secara diam-diam? Kujalan kearah mereka secara perlahan, ingin mengetahui apa yang mereka kepung itu benar-benar Robert.
"I ever saw you in canteen. And you've talked with a little jerk, Peter! What are you talking about?!" Tanya seorang dari mereka.
"No...no...nothing." Kudengar suara Robert yang bergetar.
Shit! Bagaimana ini? Robert, bahkan dia tidak mempunyai otot sedikit pun! Tidak, dia punya sedikit. Tapi itu tidak akan mampu melawan semuanya. Bahkan melawan satu diantara mereka pun tidak akan menang. God! Please help us! Don't let Robert die! He have a smart brain! Terlalu disayangkan bila ia mati sekarang, populasi orang pintar bisa berkurang. Ting! Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Perlahan aku membalikkan badanku.
"Hey, You! Stop in there!" Teriak salah satu orang dari mereka. Shit! Habislah aku sekarang. 1..2.. Aku lari sekencang-kencangnya. Tapi, baru saja berlari 2 detik. Tanganku ditahan oleh seseorang. Shit! Aku pernah lihat dia dilapangan waktu itu. Dan dia dijuluki sebagai "si tendangan maut" habislah aku sekarang jika itu benar-benar di terapkan padaku. Mereka menarikku dan dilemparkannya aku ketengah-tengah mereka. Bersama Robert.
"Just tell me, and you will be free." Katanya padaku.
"Tell you what?" Tanyaku.
"What are you talking with a jerk!" Jawabnya.
"Talking what?" Tanyaku lagi.
"Don't act stupid! I saw that jerk appeal you something!" Katanya sedikit teriak.
"Appeal what?! I dont know what are you talking about!" Kataku. Shit! Aku ingat moment itu.
"Moron!!" Teriaknya sambil mengarahkan pukulan keras. Dan tepat. Mengenai pelipisku. Okay, ini sakit. "Remember now?" Katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
Teen FictionAwalnya hidupnya sangat tenang, seperti es didalam musim salju. Tidak ada yang menggangu. Sampai seorang asing datang didekatku dan berhenti sejenak. Tapi ia mulai merakit sebuah tenda, mencari kayu bakar, dan membuat tungku. Aku mulai terganggu k...