Lost Memory About The First Meeting

90 5 0
                                    

*Peter's POV*


Semuanya 180derajat dari semua yang aku harapkan. I wish i could tanning under the sun of Kuta Beach, but the reality is not. Entah apa yang Tuhan ingin lakukan. Kenapa harus ketemu William? Di Bali. Ditambah pas lagi ada masalah. Jadinya, makin banyak masalah. Kenapa gak nanti aja ketemunya, pas aku ke Amerika. Itu kan jadi lebih masuk akal. Ini, ketemu di Indonesia. Seakan-akan dunia tuh sempit banget!


Selepas dari kejadian itu, memang aku ga ketemu lagi. Sekarang semua udah jelas, mulai untuk merelakan semuanya. Ikhlas, walaupun disatu bagian tubuh ini ada yang gabisa ikhlas. Entah dibagian mana. 


Sekarang yang bikin tambah masalah adalah: Jeremy is falling in love. With a cowardest boy i ever met, in the world!


"Kenapa bisa kamu suka sama dia?" Tanyaku

"Yah, gatau. Namanya cinta ya datengnya kapan aja." Jawab Jeremy.

"And now, the problem is. How you tell this problem with Dad." Tanyaku.

"That's what i think. Since i was fallin' in love." Katanya.

"What a jerk. Falling in love, let me puke your face." Kataku.


Dan serius. Gimana caranya ngomong ke Dad kalau Jeremy itu gay. I don't know he was a truly gay or just a 'baper'. I wish he just 'baper' and forget him for a next day.


***


Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobilku.

"Just take a seat." Kataku sambil ngebuka kaca dan menyuruhnya masuk.

"So, what's up? Terakhir lo ngehajar gue, dan gue belom bales itu." Katanya, ya Arnold.

"Bales itu kalo udah saatnya. Sekarang aku pengen ngomong sama kamu." Kataku. "Gimana menurut kamu?" Tanyaku.

"Gimana apaan?" Tanyanya.

"Stupid as hell, Jeremy." Kataku.

"You moron as a jerk!" Katanya.

"You such a big bastard!" Kataku ikutan naik darah.

"I give you F for that." Balasnya.

"Seberapakah pentingnya kah pelajaran sejarah? I dont care about F in my historical subject, anyway." Tantangku.

"I will make you F in every subject!" Ancamnya.

"Do as what you speak. Dont speak bullshit." Kataku.

"Lo yang minta sendiri. Jangan kaget." Katanya.

"Yaya, whatever." Kataku malas.


Hening sempat terjadi beberapa detik, sampai


"Gua mau minta izin lo, buat restuin gua sama brother lo." Kata Arnold.

"That's what i want to heard." "Kenapa bisa lo suka sama Jeremy?" Lanjutku.

"Gua liat dia orangnya tulus, baik, perhatian sama gua." Katanya.

"Dan gue juga muak denger kisah cinta monyet kalian." "Tapi awas kalo lo cuma mau mainin dia. Bakal abis lo sama gua." Ancamku.

"Just a relax. Kenapa sih lo bawaannya emosi aja kalo ketemu gua? Perasaan kalo gua liat lo sama temen-temen lo kok slow aja." Katanya.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang