Honest or Lie

212 9 1
                                    

Aku lebih memilih untuk melupakannya. Aku sudah bisa sejauh ini, tidak mungkin aku harus balik dengan keadaan yang tidak juga bisa dipastikan kalau William akan kembali benar padaku. Walaupun aku benar-benar berharap, suatu hari aku bisa kembali lagi padanya. Dengan tidak seorang pun yang mengganggu kami.

Tidurku terganggu oleh suara-suara yang ada disekitarku. Oh, waktu tidurku di Indonesia benar-benar tidak nyaman. Tanpa harus membuka mata aku sudah tau saat aku membuka mataku pasti ada Jeremy dan Matthew didepan mataku.

Kubuka mataku sedikit. Aku lihat mereka berdua sedang membelakangiku, dan sepertinya ada sebuah pertanyaan besar disana. Ah, biarlah. Mereka berdua memang, freak.

"Ngapain tuh?" Kataku yang membuat mereka berdua sedikit melompat dari duduknya.

"Ehh, hmm.. Kamu kenapa bisa tidur disini, Pet?" Kata Jeremy

"Ketiduran aja." Kataku

"Sambil ngeliat foto ini?" Kata Matt sambil menunjukkan sebuah foto. Sial! Fotoku dengan William saat aku menang kejuaraan baseball waktu itu.

"Ha? Siapa yang ngeliat foto itu?" Elakku. "Kemaren itu aku ngantuk, mungkin kegeser-geser sampai foto itu." Bohongku.

"Terus sambil dengerin lagu Fix You, dan ini orang yang nyanyi. Yang nyanyi ini yang ada di foto itu kan?" Kata Matt serius

"Ha??! Bukannn. Itu suara Sid, kemarin dia nyanyi buat aku. Dia emang sering nyanyi buat aku kalo lagi ada masalah." Kataku

"Masalah? Jadi kamu lagi ada masalah?" Kata Jeremy

Telak! Ah, aku salah ngomong. "Hmm.. Iyaa masalah Sid sama Felix. Tahun depan aku disuruh kesana buat graduation mereka." Bohongku

"And you call it problem?" Kata Matt

"Iya. Emang itu bukan problem?" Kataku

"Okay kalo itu problemnya. Dan kalo problemnya itu Sid harus nyanyi lagi itu?" Kata Matt

Habis sudah. Harus bohong apa lagi aku. Apa aku harus jujur pada mereka kalau aku ... Tidak tidak tidak. Tidak mungkin. Mungkin, tapi tidak sekarang.

"Pasti tentang cinta kan?" Tebak Jeremy

"Ha??" Kataku panik

"Tuh kan pasti cinta. Gila lo, baru berapa hari disini udah punya pacar?" Kata Matt

"Bukan! Bukan!" Kataku, bingung harus menjawab apa.

"Apa jangan-jangan lo homo ya?" Tebak Matt

What?! Darimana firasat kuat itu? Gila. Matt gila. "Ya enggalah! Masa ganteng-ganteng gini homo." Elakku

"Jadi ini siapa?" Kata Matthew lagi sambil memberikan foto yang tadi.

"Itu teman baseball aku waktu di Amerika." Kataku

"Kalo yang ini?" Kata Matt yang lagi-lagi memberikan foto yang membuat aku semakin bingung.

"Itu.. Sama kayak yang tadi. Dia teman aku." Kataku

"Ini? Kok kalian deket banget?" Kata Matt yang kelihatannya semakin curiga.

"Dia sahabat akuuu." Kataku kesal.

"Pertama bilang cuma temen baseball, terus jadi temen, sekarang sahabat. Kalo ini?!" Kata Matt yang kali ini memberikan foto aku dengan William. Yang waktu itu William sedang berulang tahun. Tepat ia sedang menundukkan kepalanya kearahku sambil memegang kue. Dan aku sedang mencium keningnya sambil merangkulnya.

Dan tak terasa, air mata ini pun mulai jatuh. Dan air dari hidung pun juga mulai mengeluarkan cairan. Ah! Kenapa harus menangis? Kali ini apa aku harus jujur? Tapi bagaimana mungkin?!

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang