Fourth

10.6K 588 3
                                    

SILVIA POV

"HAHAHA!"

"HAHAHA!"

Tawa kami menggelegar ke penjuru kelas ini. Sangat berisik tapi kami tak menghiraukannya.

"Woy! Berisik banget tau gak!" Omel Gevan padaku dan Selvi. Ya, Selvi temen cewek yang lumayan deket sama gue.

"Ih! Ngiri aja sih lo gak bisa ketawa ketiwi kek kita. HAHAHA!" Ujarku pada Gevan lalu mulai tertawa ngakak lagi bareng Selvi. Tebak, apa yang lagi kita ketawain sekarang?

Foto lamanya Gevan yang selalu jadi aibnya.

Hahaha.

"Gila. Kalo gini caranya mah, bisa mati ketawa gue" ucap Selvi seraya membolak balikkan halaman album itu.

Tidak jelek. Gevan dari dulu emang udah ganteng. Tapi, tetep aja lucu. Ekspresinya lucu-lucu sih. Ada beberapa candid yang gagal juga. Hahaha!

"Liatin apaan sih!" Gevan akhirnya mulai menghampiri gue dan Selvi. Kami masih tetep tertawa sambil perlahan menutup dan menyembunyikan album itu didalam laci mejaku. Ya, album berukuran sedang yang kumiliki ini hanya berisi fotoku bareng Gevan pas masih kecil.

"Gak ada apa apa" jawabku. Gue dan Selvi lalu berpandangan dan kembali tertawa dengan konyol. Gak tau aja napa gue ketawa bareng Selvi kek orang gila gini.

Ya setidaknya gue gak ketauan lagi liatin foto Gevan yang udah lama banget ini.

"Cepetan keluarin apa yang lo liat daritadi!" Ujar Gevan. Dan akhirnya kami jadi pusat perhatian. Gue masih santai dengan kekehan yang membuat Gevan makin kesal menurutku.

Gevan segera berpindah kesampingku dan mulai mengacak-acak isi laciku.

Tunggu, jangan sampe dia temuin album yang sudah gue simpan tadi.

"Eh! Apaan sih ngacak-ngacak laci gue!" Teriakku. Setiap pagi dan setiap hari. Selalu saja gue bertengkar dengan Gevan dan temen sekelas gue udah terbiasa dengan tingkah lebay gue jadi gue gak peduli lagi.

Gue menahan kedua pergelangan tangannya. Gevan segera menangkup wajahku dengan salah satu telapak tangannya yang berhasil kabur dari genggamanku. Sial!

Gue hanya bisa melihat dari sela jarinya. Gevan masih mencari-cari didalam laciku. Dengan cepat gue memberontak dan gagal. Gue segera ngelirik Selvi yang tadi masih ada disebelahku. Ya, dia memang teman sebangkuku.

Tunggu, dimana Selvi?

Sial! Gue ditinggal kabur sama dia. Awas saja!

"Apa ini?" Dan akhirnya Gevan menemukan album yang kusembunyikan tadi. Anjir! Mati gue!

Gevan membuka album itu dan...

Mengutik jidatku.

Astaga, sakit sumpah!

"Dasar ya lo, bawel banget. Dibilangin jangan bawa ke sekolahan. Malah dibawa mulu" ujarnya sementara gue sibuk ngusap ngusap jidat gue yang kesakitan, astaga!

"Ih! Sakit Gevan! Lo gimana sih! Ih!!" Dan gue akhirnya mulai merengek. Seriusan sakit banget. Jangan coba-coba lakukan hal ini tanpa pengawasan orang tua. Oke gue aneh. Lanjut,

"Elo sih, iseng banget sama gue" gue mulai manyun dan merengek lagi. Gue mulai menepuk-nepuk jidatku dan sekali-kali mengelus-ngelusnya. Sumpah beneran sakit.

"Huhu! Sakit Ge! Sialan lo!" Dan sekali lagi gue berteriak. Dan sekali lagi gue menjadi pusat perhatian sekelas.

"Yaudah maap" Ucapnya lalu...

Be MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang