Sixth

9.1K 514 1
                                    

"Eh, Sel, lo liat nggak?" Silvia mulai ngelirik ke arah seorang cewek berambut coklat dihadapan mereka saat ini. Cewek berambut sebahu yang lagi sibuk membaca itu sama sekali tak bergerak semenjak sejam yang lalu.

"Siapa sih, Vi?"

"Entuh tuh, si Fiska. Keknya dia pendiam banget yak? Liat tuh, udah sejam dia baca buku disono tanpa gerak sedikitpun, gak pegal apa" ujar Silvia. Saat ini mereka sedang berada di dalam perpus. Hampir seluruh siswa XI IPA 3 sedang mengerjakan tugas mereka disini.

"Sewot banget sih lo sama hidup orang. Urusin hidup sendiri napa." Balas Selvi. Silvia tak menghiraukannya dan lanjut ngomong.

"Dia gak punya temen ya? Gue gak pernah liat dia deket sama seseorang gitu" sambung Silvia. Selvi yang tengah membuka buku Sastra itu hanya geleng-geleng kepala dengerin Silvia.

"Vi, bukan urusan lo kali" celetuk Selvi.

"Ih, Sel. Niat gue baik kok. Gue pengen kita temenan aja sama dia. Biar dia punya temen gitu. Kasian gue liat dia kemana-mana sendiri mulu. Padahal diakan cantik tuh, pinter pula" jelas Silvia panjang lebar.

"Ih, bilang aja lo bosen sama gue trus lo mau cari temen lain. Oke!" Ujar Selvi pura-pura ngambek. Silvia segera ngelirik Selvi.

"Ih Selvi jangan asal ngomong dong. Gimana sih. Gue pengen aja liat si Fiska agak terbuka gitu. Apalagi dengan kacamata tebelnya itu. Pengen gue singkirin." Ujar Silvia lagi.

"Sumpah deh, Vi. Lo hobi banget ngurusin hidup orang"

"Astaga Sel, niat gue baik kok. Serius"

Selvi hanya terdiam dan ngangguk-ngangguk.

"Yaudah, yuk kita samperin."

"Ehm, hai Fiska" sapa Selvi.

"Hei, Fiska. Lo lagi ngapain sih?" Sambung Silvia berbasa-basi. Seketika Selvi langsung melempar tatapan ke Silvia jelas-jelas dia lagi belajar. Silvia hanya menghela napas menyadari kebodohannya.

"Ehm. Ha-hai, Vi, Sel. Gu-gue masih ngerjain tugas nih" jawab Fiska sedikit kikuk. Silvia dengan canggung hanya ngangguk-ngangguk gaje.

Apaan sih nih anak, katanya pengen temenan sama Fiska tapi daritadi dia yang paling canggung. Trus sampe kicep segala lagi, batin Selvi.

"Kita boleh duduk disini gak? Bareng elo" tanya Selvi akhirnya. Fiska terlihat berpikir sebentar.

"Eh, i-iya. Duduk aja" jawabnya. Selvi lalu duduk tepat disamping Fiska sementara Silvia hanya bengong gak jelas.

"Eh, Vi. Duduk" ujar Selvi dengan segera Silvia terbangun dari lamunannya.

Silvia lalu duduk bareng Selvi dan Fiska.

"Sorry, gue lagi gak fokus. Keknya tadi gue harus ngelakuin sesuatu deh. Tapi gue lupa apaan." ucap Silvia. Selvi hanya menghela napas ngeliat temennya yang selalu pikun itu.

"Gak penting" ketus Selvi. Silvia jadi manyun dibuatnya. "Fis, lo dari kelas XB kan?"

Fiska yang duduk diantara Silvia dan Selvi segera ngangguk.

"Berarti sekelas dong ya sama Gevan" ucap Silvia lagi. Memang waktu kelas X, Silvia tidak sekelas sama Gevan. Si Gevan kelas XB dan Silvia sama Selvi kelas XD.

Menyadari nama Gevan yang disebut-sebut. Pipi Fiska mulai merona.

"I-iya" jawab Fiska.

Baru saja Selvi pengen angkat bicara karena menyadari semburat diwajah Fiska, Gevan datang sambil manggil nama Silvia.

"Vi.." panggil Gevan. Silvia segera noleh keasal suara yang ada dihadapannya.

"Eh, elo Ge. Ada apaan?" Tanya Silvia. Gevan yang sempat ngelirik ke Fiska jadi heran ngeliat wajahnya Fiska yang udah berubah kek kepiting rebus.

"Eh, Fis. Muka lo merah gitu, lo lagi demam?" Tanya Gevan sambil menempelkan punggung tangannya pada kening Fiska. Sontak tubuh Fiska menegang.

Yah, gue dikacangin, rutuk Silvia ngebatin.

"Gu-gue baik-baik aja kok" jawab Fiska terbata-bata. Gevan hanya ngangguk tanda mengerti.

"Oh. Yaudah kalo gitu" ucap Gevan. "Eh, Vi. Buku yang gue minta mana?" Sambungnya bertanya pada Silvia. Silvia segera masang tampang bingung karena gak ngerti apa yang di omongin sama Gevan.

"Buku apaan sih, Ge?"

"Buku sastra yang gue suruh pinjemin dari perpus mana?" Tanya Gevan. Silvia langsung bangkit karena ngingat sesuatu yang tadi sempat dilupakannya.

"Maap, Ge. Gue lupa" ucap Silvia terkekeh.

"Ikut gue sekarang. Bantu cariin buku sastranya" ujar Gevan lalu segera narik tangan Silvia.

"Eh, gue pergi dulu bentar. Di rak sastra gak lama" ujar Silvia pada Selvi dan calon temen barunya itu. Selvi mengacungkan jempolnya sementara Fiska yang masih membeku karena sentuhan Gevan tadi.

"Lo.. suka ya sama Gevan?"

"Lo kok pikun banget sih, Vi" omel Gevan sambil mencari-cari buku sastra yang diinginkannya.

Seminggu ini Silvia deket mulu sama si Rio Rio itu, kok nyebelin banget, batin Gevan.

"Namanya juga manusia. Gue kan bukan orang yang sempurna, Ge" kekeh Silvia.

"Elo sih gak fokus mulu. Entah mikirin siapa" ujar Gevan lagi.

Emang gue mikirin siapa? Gak ada tuh.. , pikir Silvia dalam hati.

"Paan sih. Sewot banget. Udah dibantu nyariin juga. Dasar tiang listrik!" Omel Silvia. Gevan segera noleh ke Silvia.

"Pendek"

"Muka Triplek"

"Cebol"

"Jelek" ujar Silvia. Seketika Gevan menunduk dan mensejajarkan tingginya dengan Silvia.

Gevan mulai mendekatkan wajahnya ke Silvia. Sangat dekat.

"Gue jelek?" Gevan memamerkan senyum miringnya yang selalu menambah kegantengannya 100 kali lipat. "Serius?"

Seketika Silvia menahan napas.

Terlalu dekat!, batinnya.

"Jauh-jauh, ih! Mau nyari buku gak sih!" Bentak Silvia. Gevan hanya tertawa kecil menyadari Silvia yang mulai blushing karena dia.

"Jangan berisik. Ini perpus, Vi" ujar Gevan sambil mencubit salah satu pipi Silvia.

"Ih! Sakit Ge!"

Elo sih, manis banget.., batin Gevan

*****

Haii!!! Hahaha... maap.. kali ini kependekan lagi ya? Maap deh. Tetep lanjutin bacanya ya! Makasih yang udah sempet baca sama ngasih vote. Semoga suka.

Vommentnya masih dinantikan. Hehe. See ya!

Be MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang