Fifth

9.4K 532 4
                                    

Hahh...

Silvia menghela napas dengan berat. Untung saja Pak Suryo sudah keluar setelah bel tanda istirahat berbunyi. Yap, Pak Suryo yang notabenenya wali kelas XI IPA 3 itu juga merangkap sebagai guru mapel Fisika.

Dan baru saja tercium aroma hangus mengisi seisi ruangan kelas Silvia. Tentu saja karena otak mereka yang sudah gosong karena pelajaran killer itu.

Rio, baru saja hendak bangkit buat ngehampirin Silvia tapi segera terhenti saat ngeliat cewek itu yang lagi berjalan kearah Gevan dengan membawa sekotak bekal ditangan mungilnya.

Mereka... ada hubungan apa?, batin Rio

Rio hanya terdiam mengamati Silvia dan Gevan.

Silvia segera meletakkan kotak bekal itu diatas meja Gevan sementara orangnya sibuk ngomong sama Vano.

Menyadari kehadiran Silvia, Gevan segera noleh kearahnya. Silvia hanya memberinya tampang datar dan hendak balik kebangkunya.

Silvia terhenti.

Gevan menahan pergelangan tangannya. Silvia lalu menoleh dengan wajah datarnya lagi.

"Ini apaan?" Tanya Gevan sambil melirik kearah kotak yang berada diatas mejanya saat ini.

"Kotak bekal lah, lo gak bisa liat apa" Jawab Silvia. Gevan hanya nyengir gaje.

"Iya, gue tau. Anak kecil aja pada tau kalo ini kotak bekal." Ucap Gevan. "Maksud gue, bekal lo nih napa ada dimeja gue? Lo mau makan disini? Bareng gue?" Sambungnya.

Silvia hanya menghela napasnya sebentar.

Astaga, nih anak-.-, batin Silvia

"Bekal entuh bukan punya gue. Tapi punya lo" jawab Silvia. Gevan mulai memasang tampang herannya sementara Vano udah pamit ke kantin duluan.

Jangan tanya kemana Selvi. Semenjak bel istirahat, dia langsung nempel kayak permen karet yang keinjek ke murid baru itu. RIO.

"Gimana sejarahnya deh nih bekal bisa jadi milik gue? Lah bukan gue yang bawa dari rumah" tanya Gevan. Tanpa mereka sadari Rio sedari tadi masih menatapi mereka.

"Gue yang bawain bekal buat lo. Biar lo gak makan punya gue" jawab Silvia langsung. Gevan seketika sumringah.

"Ciee, so sweet banget sih, Vi" goda Gevan. Silvia tidak menanggapinya lagi. Dia segera berjalan menuju tempat duduknya. Untuk memakan bekalnya tentu saja.

"Makan bareng gue disini, Vi!" Teriak Gevan ngajakin Silvia. Silvia tidak merespon tapi si Gevan masih aja sumringah gaje.

Melihat Silvia yang udah ada dihadapannya saat ini. Rio mulai bergerak.

"Hei" sapa Rio. Silvia menoleh dengan sekotak bekal lagi di genggamannya.

"Gue Rio." Ucapnya memperkenalkan diri. "Lo Silvia kan?" Sambungnya. Silvia seketika kaget. Selvi aja kaget, tadi dia gak dikenal sama Rio. Trus Rio udah tau aja nama Silvia.

"Tau dari mana?" Tanya Silvia kepo.

Mungkin ini yang namanya secret admirer.. haha, geer lagi kan gue-.-, batinnya.

Rio hanya nyengir gaje yang sukses bikin Selvi klepek klepek disampingnya. "Tau aja sih" jawab Rio. Silvia hanya ber-oh ria lalu hendak berjalan kearah Gevan.

"Tunggu," cekal Rio. "Lo gak mau ikut gue ke kantin?" Tanyanya. Silvia hanya menggeleng.

"Makasih. Gue pengen makan bareng dia" ucap Silvia sambil menunjuk Gevan dengan dagunya. Gevan hanya diam dengan eskpresi tripleknya saat ngelirik ke Rio.

Rio tersenyum miris, "Pacar lo?" Tanyanya. Dan seketika Silvia dan Selvi tertawa ngakak.

"Pacar?? Mereka mah sahabatan doang. Temen kecil gitu" ucap Selvi. Rio hanya mengangguk sambil tersenyum penuh arti. Sumpah, Silvia gak ngerti arti senyumannya itu.

"Gue duluan ya" ucap Silvia lalu mulai mengahampiri Gevan dan duduk tepat disampingnya.

"Makasih bekalnya cantik" ujar Gevan sambil meminum sebotol minuman isotonik itu. Silvia hanya terkekeh.

"Tumben banget. Ada maunya nih" ujarnya lalu mulai membereskan kedua kotak bekal itu.

"Gak ada kok. Gue cuma seneng aja ada yang capek-capek buatin gue bekal" ujarnya sumringah.

"Dih, setau gue ya. Elo tuh banyak yang buatin bekal tapi malah lo bagi-bagiin sama anak basket. Napa gak lo makan aja sih? Cewek-cewek itu pasti capek bangun pagi-pagi buatin lo bekal." Cerocos Silvia. Gevan hanya nyengir dengan cengiran khasnya itu lagi.

"Pengennya makan yang lo punya sih"

"Sarap!" Ujar Silvia langsung. Lalu dia segera balik ke bangkunya dan menyimpan kedua kotak bekal itu.

"Wey!" Gevan memanggil Silvia. Tapi cewek itu gak noleh lagi.

"Nih! Lo suka coklat kan?" Ucapnya lagi sambil meletakkan sekotak coklat yang dibungkus dengan cantik diatas meja Silvia. Silvia menatap Gevan meminta penjelasan.

"Ini.. Lo dapet dari mana?" Tanya Silvia. Gevan mulai nyengir lagi.

"Banyak numpuk dalem loker gue" ucapnya dengan bangga. Silvia hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum menyimpan cokelat itu dalam tasnya.

Dalem lokernya banyak bingkisan. Dalem loker gue banyak bungkusan surat anceman. Kasian banget gue-.-, batin Silvia

FISKA POV

Gue selalu aja disini, di pojok. Sendiri. Dan dia disana. Bareng temen ceweknya yang selalu bikin gue nyesek. Gue udah suka lama sama dia, tapi gue tau, gue tau diri kalo dia gak bakal suka sama gue. Secara gue tau dari tatapannya ke temen ceweknya itu-

Tatapan pas cowok lagi tertarik sama seorang cewek.

Dan itu...

GEVAN dan SILVIA

Selalu bikin gue nyesek, cemburu, gak karuan.

Walaupun gue tau mereka hanya temenan, tapi gue ngerasa Gevan nganggep Silvia lebih dari itu. Gue tau.

Gue sering ngeliat Gevan yang senyum-senyum sendiri saat lagi merhatiin Silvia. Dan barusan, gue ngeliat tatapan Gevan yang cemburu dan gak rela saat Silvia lagi digangguin sama Rio. Siswa baru itu.

Sakit.

Hati gue sakit.

Sudah pasti ini cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Tapi ini belum berakhir karena gue belum memulai perjuangan gue.

Gevan... lo akan jadi milik gue. PASTI.

*****

Haii!!! Kali ini cepet updatenya yak? Maap kalo kependekan.. heheh..

Jangan lupa Vommentnya ya! Biar aku semangat nulisnya, hehe. Makasih! See ya!

Be MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang