"Iya sama-sama, i. Ali pergi dulu ya," ucap Ali berat.
Yang tadinya bibir Prilly melengkung keatas kembali menjadi melengkung ke bawah.
"Ali hati-hati ya. Jangan lupain ii, Ali bakalan sering main kan?"
"Iya ii, Ali janji. Jangan nangis lagi ya i, nanti kalau ada yang nakalin ii bilang ke Ibu aja." ucap Ali.
Ali dan Prilly kembali berpelukan. Terlihat jelas air mata merembet pada pipi chubby Prilly. Begitupun pada Ali.
"Jangan lupa bahagia ya, Li. Gelangnya bakal ii pakai terus." kata Prilly ditengah pelukannya.
"Bonekanya juga bakal Ali jagain, Ali janji," ujar Ali.
Zahra memperhatikanya tak tega.
"Ali, sayang..." panggil Anis dari dalam mobil sana.
Prilly melepaskan pelukannya.
"Ali udah dipanggil sama Tante Anis, Ali pergi sekarang ya?" tanya Prilly.
"Iya, Ali pergi dulu ya, i." kata Ali. Ali mengusap rambut pirang Prilly, lalu mengecup pipi kiri Prilly setelah itu berlari.
Prilly tertawa kecil.
Ali menaiki mobil kedua orang tua barunya itu, sebelum melaju Ali meminta agar kaca jendela dibuka.
"Om, eh Papa." panggil Ali. Anis dan Gerald tertawa kecil.
"Ada apa, sayang?" tanya Gerald.
"Ali mau dadah sama ii, kacanya dibuka sebentar ya, Pa!" ucap Ali malu-malu.
Gerald menganggukan kepalanya sambil tersenyum tulus.
"Dadah, ii. Dadah, Ibu" teriak Ali sambul melambai-lambaikan tangannya.
"Selamat tinggal, Ali. Jangan lupain ii ya!" teriak Prilly.
"Hati-hati ya, nak!" pesan Zahra.
"Ali sayang ii." teriak Ali sekali lagi.
Setelah itu mobil mereka melaju perlahan dan berlalu hingga tak terlihat lagi.
"Ibu, kalau Ali enggak balik lagi gimana?" tanya Prilly sendu.
"Ibu yakin kok, Ali nggak bakal lupain Kamu. Ingat pesan Ali, jangan nakal ya," kata Zahra.
"Iya, Bu!"
Zahra menggendong Prilly masuk kedalam rumah, menenangkan Prilly hingga ia tersenyum kembali, hingga Prilly tertidur dipundaknya.
...
Beberapa tahun ditinggal Ali. Prilly masih terlihat murung dengan melamun ke arah luar jendela. Pandangannya kosong. Sekarang sosok mungil Prilly sudah terlihat remaja, tapi hati dan fikirannya masih tetap sama, seperti Prilly si gadis kecil yang selalu menunggu kedatangan Ali.
Karena selama Ali diadopsi dulu, Ali tak pernah datang ke panti ini, sekali pun tak pernah.
Dari dulu banyak sekali sepasang suami istri yang ingin mengadopsi Prilly, tapi ditolak oleh Zahra, ia tak mau kehilangan seorang anak yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya, lagi pula ia tak mau melanggar amanah almarhum dan almarhumah kerabat dekatnya, yaitu kedua orang tua Prilly yang telah tiada.
"Nak," panggil Zahra.
Prilly tak menoleh, tetap fokus pada lamunannya.
"Prilly Putri," panggilnya lagi.
Akhirnya Prilly pun menoleh dengan sediikit terkejut.
"Eh i-iya ada apa, Bu?" tanya Prilly.
"Kamu sedang apa melamun seperti itu? Apa yang sedang Kamu fikirkan?" Zahra malah berbalik nanya.
"Ngg ngg... ii nggak lagi apa-apa kok, Bu!" jawab Prilly bohong.
"Cerita ke Ibu, i. Ibu tahu Kamu bohong, Ibu lihat seperti ada yang mengganggu fikiran mu," kata Zahra.
Prilly menarik nafasnya panjang, lalu dibuangnya perlahan.
"Aku nggak apa-apa, Bu."
"Hmm, Kamu kok nggak tidur siang? Lihat yang lainnya sudah pulas, Kamu masih melek," kata Zahra.
"Aku nggak ngantuk, Bu!" ucap Prilly
"Kalau lagi begini, pasti ada yang lagi Prilly fikirin," batin Zahra.
"Kamu kenapa?" tanta Zahra lagi.
"Aku nggak apa-apa, ibu sayang. Lagi banyak fikiran aja,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love
Fanfiction[THE END] Maaf, kita akan terpisah lagi, Aku tak bisa berada disampingmu lagi, bahkan kali ini untuk selamanya. - Prilly Putri Latuconsina - PU : Ali & Prilly.