#7 - I Lost Her

246K 6.1K 91
                                    




-------—

[[[[[BROTHER!]]]]]

----------

Part #7 - I Lost Her


Patricia Mallete Point Of View

"Hey ..." Aku hanya mengikuti Justin dibelakang saat dia membuka pintu itu. Suaranya sangat lembut untuk memanggil Ladie, adik angkatnya.

Membeku. Aku melihatnya menjadi patung sejenak.

Ada apa?

Batinku berpikir melihat reaksinya.

"Huh ... imposible," dia menyeringai dan langsung terduduk. "Ladie ... Ladie bangun!"

Tenggorokanku kering. Seperti ada yang mencekik. Justin mengangkat Ladie ke pangkuannya. Menangis. Baru kali ini setelah terakhir aku melihat puteraku sendiri menangis saat dia masih 8 tahun.

"Panggil ambulans! CEPAT!!" bentak Justin. "tidak! Siapkan mobil. Kita ke rumah sakit," ralatnya menangkup kepala Ladie. "CEPAT!!"

Pelayan yang mengikutiku dan membawa nampan langsung keluar ketakutan karena perintah Justin. Badanku masih tidak bisa bergerak melihat semua ini.

"Stay wih me, please ..." isaknya membuat air mataku ikut keluar.

Bisa kulihat dengan jelas Ladie terbaring dengan darah yang merubah warna bajunya. Aku tahu, sebelum ini dia memakai kemeja putih yang menutupi badannya sampai paha.

Namun sekarang, sebagian baju itu sudah berubah menjadi merah. Darah mengalir sebagian ke pembuangan air. Begitu basah dan becek dengan darahnya.

Kulitnya sangat putih, bahkan lebih putih dari sebelumnya. Matanya sedikit terbuka ketika Justin mencium keningnya.

"Stay with me, okay. You're safe now." Tangisan Justin tidak berhenti. Sebagai ibu, aku tidak tega melihat Justin menangis. Tapi aku lebih tidak tega melihat keadaan Ladie seperti itu.

Matanya kosong, kupeluk Justin dari samping untuk menenangkannya dan mengelus kepala Ladie yang berada di pangkuan Justin.

Kepalanya membentur ujung bathup dan jatuh ke lantai, aku melihat bercak darah di ujung bathup.

Tangisanku semakin menjadi. Mata Ladie kembali tertutup dan Justin tak henti mengelus kepalanya. Baju dan celana yang Justin pakai juga sudah basah terkena darah Ladie.

—————

Pandangannya lurus kearah pintu di depannya, bajunya kotor terkena darah. Aku tidak bisa melihat anakku seperti ini.

"Justin, jangan sedih. Mom yakin dia akan selamat," ucapku memeluknya.

Kami memang menunggu Ladie di depan ruang ICU. Menunggunya sangat lama dan selama itu juga Justin diam menatap tanpa mengeluarkan satu kata pun.

Suamiku, Jeremy terlihat frustasi di kursi lain. Aku tidak tahu masalah besar seperti apa yang menghadang keluargaku sekarang. Semuanya terlihat kacau.

Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya ada dokter yang keluar. Bukan aku yang menyambutnya, tapi Justin.

"Ba-bagaimana Ladie?" Tanya Justin terburu-buru.

"Jadi namanya Ladie?" Tanya dokter itu.

"Y-ya."

Dia menghela nafas panjang "Saya tidak tahu apa yang dilalui oleh gadis itu, hanya saja lukanya bisa dibilang parah. Terbentur dari samping dan belakang dengan keras. Apa dia dikeroyoki oleh teman-temannya? Atau apa?" Jelasnya. Kulihat wajah suamiku merasa bersalah.

Brother! [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang