#16 - NO!

160K 4.1K 80
                                    

Yaas yaaassss kita lanjut yuk tapi jangan lupa VOTE dulu yaaah dan jangan lupa comment nya diakhir...

Juga kalian follow gue yah sebelum baca ;)


!!! WARNING CONTENT !!!

{[----------BROTHER!----------]}

16


Kucengkram jas yang masih ia pakai. Mencoba mendorongnya dengan lemas karena nafasku sangat sesak. Namun setelah itu dia menekan kejantanannya di atas perutku. Membuatku tidak karuan.

Aku teriak meminta tolong. tapi percuma, suaraku tidak terdengar keluar.

"Arrh ... lep-phassh..." aku sulit bernafas, "mmph.."

"You wake me up, baby," suara Justin terdengar berat dan serak.

Belum sempat aku bernafas saat dia berbicara, bibirnya kembali mendorong bibirku. melumatnya bahkan menggigitnya. Lagi-lagi bibirku terasa perih. Rasa asin kembali menguasai indra pengecapku. Air mataku turun dengan suara isakanku. Aku merasa sakit dan tersiksa.

Leher belakangku terasa sakit. Selagi menahan badaku yang terus berontak, dia mencengkram dan mendorong leherku di belakang sehingga aku tidak bisa menjauh dari lumatannya yang menyiksa.

"Mmhh-pp," tangisanku semakin menjadi. Tanganku terus mendorong tubuhnya menjauh.

Tiba-tiba kepalaku sakit karena tekanan tangan Justin yang mencengkran keras leher belakangku. Aku meringis saat rasa sakit itu semakin terasa dan bahkan seperti mencekikku.

Kini tanganku beralih mencakar lehernya dengan jari-jariku yang kukunya sedikit panjang. Kucakar dia dengan seluruh kekuatanku yang ada. Kuakui aku mulai lemas karena perlakuannya yang memaksaku untuk tidak bernafas.

Tapi sepertinya itu tidak mengganggunya. Aku tak tahu harus berontak seperti apa lagi.

Kemudian aku merasa Justin melepaskan ciumannya. Kulangsung mengambil napas sebisaku. Terengah-engah dan menatapnya sayu. Namun bukan damai yang kurasakan. Tatapannya masih tajam memperlihatkan bahwa dia marah saat ini. Aku takut. Rasa takut itu, rasa takut yang sangat sampai menusuk ubuh-ubunku. Kembali lagi melihat tatapannya seperti itu padaku.

Tubuhku tergoncang saat ternyata dia menarik kemeja sekolahku dan terdengar suara benda-benda kecil membentur sesuatu dengan keras.

"N-no Just-" ucapku memohon padanya lalu berusaha meyingkirkan tangannya yang kini menarik rok sekolahku. Juga.... tidak! dia bahkan menarik celana dalamku. Aku tidak bisa apa-apa sekarang. aku hampir telanjang.

"Aaw ..." jari manisku terasa sangat sakit, karena beradu dengan tangannya yang membuka braku dengan kasar. 

Sangat jelas. Aku sekarang sudah telanjang dibawah Justin. Apa sebenarnya yang dia pikirkan? dia tidak melindungiku. Sedetik emudian aku merasa bahuku ditindih dengan telapak tangannya, lalu...

"Aargh..k-ka sa..kit," aku merasa ada sesuatu yang kurus masuk ke dalam lubang vaginaku yang kurasa masih kering. Rasanya sangat sakit.

Seperti dia tidak memperdulikan rasa sakitku, karena dia mengocok di dalam dengan jarinya. Mau berontak, dia ada di atasku dengan tubuhnya yang kuat. Aku sama sekali tidak bisa mendorongnya.

Alisku mengerut, begitu juga dahiku. Menahan sesuatu dalam diriku yang berdemo untuk keluar, tapi aku akan seperti jalang jika mengeluarkannya.

"Hiks..justin sth..ooph.." kurasa dia menusukku dengan kuat.

Brother! [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang