----------
[[[[[BROTHER!]]]]]
----------
PROLOG
Ladie Cranklin Point Of View
Kenapa dia tahu sedetail itu? Dia terlalu jenius.
Suaranya berat. Dia menatapku begitu penuh harapan, sdangkan aku tidak bisa mengelak dari pandangannya. Sama sekali tidak bisa berpindah. Tangannya mendekatiku. Menyentuh pipiku. Mataku terasa panas. Aku sangat ingin menangis entah kenapa alasannya.
Jarinya mengelus pipiku, dan menyingkap rambutku kebelakang telinga. Aku tidak bisa bergerak. Sentuhan ini yang aku rindukan darinya. Mataku masih terbuka dan terasa berat merasakan sentuhannya.
Ditambah kepalaku masih terasa pusing. Mungkin ini efek obat bius yang diberi padaku saat orang suruhannya menculikku.
Wajahnya mendekat. Ingin. Aku ingin bibir itu, tapi...
Ingatlah, ladie ... INGATLAH!
Remember that you're trying to forget him.
Bibirnya mendekat dan bisa kurasakan hangat nafasnya.
INGAT, LADIE!
Kudorong tubuh nya dan aku menarik tubuhku ke belakang yang berhasil menjauhkan jarak antara aku dan Justin. Ya, mulai sekarang aku tidak akan memanggilnya dengan embel-embel 'kak' di depan namanya.
"Tidak! kamu tidak tahu aku," suaraku seperti ketakutan. Mendorongnya menjauh ternyata membuat raut wajahnya berubah. Aku takut melihat tatapannya seperti itu.
Mataku panas. Aku ingin menangis sekarang juga, tapi tetap aku tahan. Badanku bergetar. Lemas. Kepalaku pusing.
Ada apa ini? apa yang salah denganku? ruangan ini terasa sangat dingin untukku. Aku ingin keluar berpindah ke tempat yang lebih hangat.
"Ladie ..." lirihnya. Entah apa yang dia lihat pada diriku. Aku merasa berbeda.
Justin Bieber Point Of View
Ternyata gagal. Usahaku untuk memberi dia ciuman selamat datang gagal, bahkan dia berlaku kasar padaku dan membuatku sedikit geram. Saat aku ingin memarahinya, Ladie malah terlihat aneh. Tubuhnya bergetar, genggaman tangannya sangat erat pada selimut yang ia tarik untuk membungkus badannya. Matanya memerah basah. Apa dia menangis? tapi kenapa? ada apa dengannya? Tolong jangan membuatku khawatir, Ladie ...
"Ladie ..." lirihku.
Dia menatapku dan matanya terlihat gelap. Dia menangis saat menatapku.
"Kamu! Keluarga kamu! Aku dibuang jauh! Tanpa keluarga ... sendirian ... rasa sedih, takut, kau tidak tahu bagaimana rasanya!" Nada suaranya menuntut tapi bergetar hebat. Matanya sayu. Air mata bergelinang di kelopaknya dan turun begitu deras sampai kepipinya.
Oh, tidak, jangan menangis ladie ... kumohon.
"Tidak. Jangan menangis, ladie ... bukan ini yang aku inginkan."
[[[[[NEXT]]]]]
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother! [REVISION]
Fanfiction[BAHASA INDONESIA] you must be 18+ for available to read this story. this about your brother start to make out with you. FOLLOW ME first for reading :) Don't forget to Comment and Like