#14 - Fine.

162K 4K 58
                                    

setelah bertahun-tahun gue gak ada kabar ... gue kembali.


NEXT》》》

{[----------BROTHER!----------]}

14

Kuikuti perintahnya untuk duduk. Alhasil, aku hanya duduk dan melihat dia menerima kerjaannya dari wanita tinggi yang memakai baju kantoran dan terlihat lumayan cantik.

Siapa dia? Karyawan? Atau asisten? Atau Staff biasa--haa tidak mungkin.

Mereka membicarakan hal yang tidak ku mengerti. Tapi aku harus menunggu.

Wanita yang berdiri di depan meja kerja Justin terlihat sangat menarik.

Bagaimana tidak? Tinggi badannya melebihi tinggi badanku, mungkin sepantaran dengan Justin.

Badannya langsing dan sangat terawat. Tidak seperti tubuhku yang kurus kering seperti ini. Rambutnya tergerai dan tertata rapih setiap helainya tidak ada satu pun yang keluar dari jalurnya, tidak seperti rambutku yang panjang dan kusut seperti sekarang dan sedikit bau matahari.

Hanya dari belakang aku bisa melihatnya, tapi saat dia berjalan menghampiri Justin tadi, sekilas aku melihat wajahnya yang cantik dan mulus. Tidak ada jerawat satupun diwajahnya. Kulihat Justin berbicara mengenai map di tangannya tanpa melihat pada wanita itu.

"Sore ini?" kulihat Justin mengerutkan keningnya menatap map.

"Yes, sir." Mereka yang mengajukan jadwal, "jawab wanita itu.

"Oh, Kate, apa tidak ada waktu lain?" tanya Justin.

"No, sir," jawab wanita yang tadi dipanggil dengan sebutan 'Kate'

"Baiklah. Siapkan semuanya." Map yang ada di tangan Justin dia tutup dan memberikannya pada wanita yang bernama Kate.

"Baik, sir, akan saya siapkan semuanya," jawabnya, "kalau begitu, saya permisi." dia berbalik dan berjalan di depanku. Sangat angkuh. Bahkan menoleh kearahku pun tidak. Padahal aku ingin memberinya senyuman.

Seperginya Kate dari ruangan ini, kulihat Justin membuka telpon di mejanya dan menekan beberapa nomor. Sepertinya sambungan ke kantor ini, karena angka yang dia tekan tidak banyak.

Obrolannya ditelpon lumayan panjang, aku juga tidak mengerti apa maksudnya. Yang bisa aku cerna hanya beberapa kata seperti pengeluaran perusahaan dan jadwal Justin selanjutnya.

Selesai dia berbincang di telpon, dia menutup telponnya mengembalikan gagang itu ketempatnya. Ada beberapa berkas di atas mejanya. Kulihat tangan Justin yang terasa besar saat memegang pipiku menarik kertas itu.

Jari-jarinya membuka setiap lembaran kertas, teringat di pikiranku bahwa jari-jari itu lah yang pertama kali berhasil menyentuh kewanitaanku.

Ah sial! Otakku mulai meninggi kualitasnya.

Melihatnya mengutak-atik laptopnya sekarang membuatku jenuh, kuputuskan untuk menaruh kotak yang ada di tanganku ke atas meja dan berjalan menghampirinya.

"Um, Justin, aku ingin pulang saja. Sepertinya kau sangat sibuk," ucapku menumpukan kedua tanganku di ujung mejanya.

Raut wajahnya berubah masam, seperti kaget mendengar perkataanku seperti itu. "Tunggulah sebentar, aku yang akan mengantarmu pulang," ucapnya padaku.

Dia bahkan langsung membereskan berkas-berkas yang ada di atas mejanya tanpa mematikan laptopnya.

"Tapi kau sibuk," ucapku lagi.

Brother! [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang